Olahraga sepatu roda dan skateboard bukan hanya membuat seseorang berkeringat, melainkan juga dapat melepaskan penat, merasakan kepuasan atas keberhasilan melakukan suatu trik, dan menjalin relasi sosial.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Bermain skateboard dan sepatu roda menjadi pilihan beberapa orang di kota-kota besar untuk menjadi sarana kebugaran. Selain bermanfaat untuk kesehatan jasmani, olahraga tersebut memberikan manfaat lain, seperti melepas rasa penat dan menjalin relasi.
Belasan orang bermain skateboard dan sepatu roda di Skatepark, di bawah jalan layang Pasar Rebo, Cijantung, Jakarta Timur, Minggu (23/10/2022). Ruang semi terbuka dengan luas hampir 1.000 meter persegi itu memiliki sejumlah obstacle atau rintangan, seperti bowls, quarter, ledge, flat rail, dan sebagainya. Tidak banyak arena bermain sepatu roda dan skateboard milik publik seperti ini di Jakarta.
Muhammad Rahmat Nurahman (28) sedang meluncur menuju sebuah rintangan yang berbentuk seperti mangkok atau biasa disebut bowls. Tatapan matanya lurus menghadap rintangan itu. Sesampainya di tepi rintangan, roda-roda di bawah kakinya seakan menancap dan dia pun berhenti dalam waktu sekejap.
"Saya tertarik bermain sepatu roda agresif (agressive inline skate) karena ada banyak trik yang bisa dipelajari dan rasanya puas kalau bisa melakukannya," kata Rahmat yang kini bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik.
Bagi Rahmat, kegiatan bersepatu roda turut memberikan warna baru dalam rutinitasnya bekerja. Hampir di setiap akhir pekan, Rahmat menyempatkan diri untuk datang ke wahana agressive inline skate.
Penguasaan trik dan keseimbangan saat melakukan trik merupakan fokus agressive inline skate. Selain itu, sepatu agressive inline skate berbeda dengan sepatu roda biasa. Terdapat jarak antara roda depan dan roda belakang yang berfungsi sebagai tumpuan saat berada di tepi rintangan.
Selain Rahmat, Fadel Muhammad (22) dan Putra Aji (29) yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan juga merasakan kejenuhan dalam rutinitas mereka. Rasa jenuh itu kemudian membuat mereka ingin mencoba hal-hal baru seperti melalui sepatu roda dan skateboard.
"Awalnya karena pernah lihat film tentang sepatu roda, terus sekarang ingin mencoba hal baru. Apalagi, di sini banyak triknya, jadi menantang," kata Putra.
Sementara itu, Fadel yang baru dua bulan menggeluti skateboard sudah memiliki banyak jejaring baik di komunitas Pasar Rebo maupun di Sudirman. "Seru dan bisa punya banyak teman karena hampir di setiap tongkrongan pasti ngobrol sama orang baru," kata Fadel.
Psikolog Nirmala Ika Kusumaningrum mengatakan, masa pandemi memengaruhi kesehatan mental terutama bagi kalangan pekerja di perkotaan. Keterbatasan ruang dan kurangnya pergerakan di masa pandemi membuat suasana hati cenderung memburuk.
Nirmala menambahkan, berolahraga dapat memperbaiki suasana hati dan terutama untuk kesehatan mental. "Kalau kegiatan olahraga itu kan tergantung dari kecocokan masing-masing pribadi ya. Mungkin kalau yang suka skateboard atau sepatu roda karena bisa bergerak, dapat tantangan, dan dapat sosialisasi," kata Nirmala.
Salam satu papan
Selain suara bising kendaraan dari jalan raya, ada pula suara desing roda-roda yang menggilas lantai semen bangunan senilai Rp 14,5 M itu. Suara papan terbanting juga sering terdengar ketika seseorang gagal melakukan trik di atas skateboard.
Kinos Saputra (31), salah seorang pehobi skateboard tengah duduk beristirahat. Beberapa orang yang baru datang ke skatepark itu seketika menghampirinya. Mereka yang baru datang memberikan salam yang khas pada Kinos.
"Ini sudah jadi semacam tata krama di dunia skateboard. Ada istilah, 'salam satu papan'. Itu sebagai bentuk solidaritas," kata Kinos.
Menurut Kinos, budaya seperti itu sudah mengakar bagi mereka yang mendarah daging dengan skateboard. Makna solidaritas itu, lanjut Kinos, sebagai wujud bahwa di antara mereka harus saling bahu membahu satu sama lain.
"Kalau semisal ada apa-apa, nanti yang akan membantu siapa kalau bukan dari orang-orang ini (sesama pemain skateboard)?" ucap Kinos.
Sosiolog Elisa Sutanudjaja mengatakan, keberadaan para pehobi skateboard atau skateboarder di kota-kota besar merupakan budaya urban yang terbentuk dari relasi infrastruktur kota. Wilayah perkotaan tidak hanya sebagai ruang untuk tinggal dan bekerja bagi skateboarder, melainkan juga tempat untuk berekspresi di luar pakem otoritas.
"Skateboard memungkinkan para pelakunya berekspresi dan beraktivitas, tidak hanya secara fisik, tapi juga visual, suara (musik), serta bahasa mereka sendiri," kata Elisa saat dihubungi dari Jakarta.
Kalau semisal ada apa-apa, nanti yang akan membantu siapa kalau bukan dari orang-orang ini (sesama pemain skateboard)?
Elisa menambahkan, skateboarder turut memberikan manfaat sosial bagi masyarakat baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, skateboarder mendorong kohesi sosial karena pelakunya beragam, sedangkan secara eksternal, skateboarder yang menggunakan ruang publik memberikan rasa aman pada pengguna ruang publik, terutama di malam hari.
"Para skateboarders ini kalau di ruang publik kerap cari jam sepi dan lokasi sepi. Dari aktivitas mereka di ruang sepi tersebut, tempat itu jadi ada kegiatan (ramai)," lanjut Elisa.