Pebulutangkis ganda putra Indonesia menjadi juara dalam dua turnamen. Fajar/Rian menjadi yang terbaik di Denmark Terbuka, sementara Pramudya/Rahmat menjuarai Indonesia Masters.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
ODENSE, MINGGU - Ganda putra Indonesia memperlihatkan dominasi pada dua turnamen bulu tangkis pekan ini. Selain gelar dari pemain senior pada Denmark Terbuka, ganda putra “Merah Putih” juga memiliki juara muda dari turnamen KB Financial Group Indonesia Masters Super 100.
Dominasi sektor nomor satu di Indonesia ini, bahkan, diperlihatkan melalui persaingan sesama pemain Indonesia dalam final Denmark Terbuka. Di JYSKE Bank Arena, Odense, Minggu (23/10/2022), Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto untuk pertama kalinya meraih gelar juara dari turnamen BWF World Tour Super 750 setelah mengalahkan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dengan skor 21-19, 28-26.
Adapun di Platinum Arena, Malang, Jawa Timur, yang berjarak 11.500 kilometer dari Odense, gelar juara ganda putra Indonesia Masters didapat Pramudya Kusumawardana/Rahmat Hidayat. Gelar tersebut menjadi yang kedua beruntun bagi kombinasi pemain pelapis di pelatnas utama dan pelatnas pratama itu setelah menjuarai Indonesia International Challenge, sepekan sebelumnya.
Gelar juara dari Denmark menjadi yang keempat bagi Fajar/Rian pada tahun ini, setelah Swiss Terbuka, Indonesia Masters, dan Malaysia Masters, dari delapan final. Mereka menjadi ganda putra paling konsisten hingga menempati posisi teratas daftar peringkat Final BWF. Daftar ini digunakan untuk menentukan delapan wakil terbaik dari setiap nomor, termasuk juara dunia, untuk bersaing dalam turnamen Final BWF di Guangzhou, China, 14-18 Desember.
Sebelum menjalani final, Fajar bercerita bahwa final sesama ganda putra Indonesia yang sering terjadi antara Kevin/Marcus dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menjadi motivasinya. Kedua pasangan itu bersaing dalam enam final dari 11 pertemuan.
Adapun Fajar/Rian baru sekali berhadapan dengan Kevin/Marcus pada laga perebutan gelar, yaitu saat kalah pada Asian Games Jakarta Palembang 2018. Mereka juga baru bersaing sekali dengan Hendra/Ahsan pada final, yaitu ketika menjuarai Malaysia Masters, pada Juli.
Motivasi itu membawa Fajar/Rian pada kemenangan yang mereka dambakan. Empat kali mereka kalah dari tujuh final sebelumnya karena kesulitan beradaptasi ketika lawan mengubah pola permainan. Namun, kali ini, mereka bisa mengontrol diri untuk lebih bersabar, menanti momen yang tepat untuk mendapat poin.
Fajar/Rian menang setelah selalu tertinggal lebih dulu pada setiap gim. Mereka pun bertahan dalam “drama” menjelang akhir gim kedua, meski tiga kali gagal memanfaatkan match point karena satu kesalahan servis Fajar dan dua dari Rian.
Fajar bercerita bahwa final sesama ganda putra Indonesia yang sering terjadi antara Kevin/Marcus dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menjadi motivasinya.
“Tentu saya senang karena untuk pertama kalinya bisa menjuarai turnamen Super 750. Ini menjadi motivasi kami untuk lebih baik ke depannya,” kata Fajar.
Meski kalah, Kevin/Marcus telah memperlihatkan kebangkitan mereka. Setelah bergulat melalui berbagai kendala pada tahun ini, yaitu cedera kaki yang dialami Marcus dan masalah non teknis Kevin yang membuat performa mereka menurun, ganda berjulukan “Minions” itu tampil baik di Denmark Terbuka. Permainan mereka kembali “menggigit” terutama ketika menyingkirkan juara dunia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, pada semifinal.
Di final, Kevin dan Fajar, yang berperan sebagai pemain depan, beradu cerdik dalam mengatur serangan. Dalam laga ini, seperti dikatakan pelatih ganda putra pelatnas Herry Iman Pierngadi, Kevin lebih pintar dalam membaca peluang.
Komentator pertandingan untuk BWF, Gillian Clark dan Steen Pedersen, memuji penampilan Marcus yang lebih baik dibandingkan Denmark Terbuka 2021. Mereka mencermati hal itu salah satunya terjadi karena penurunan berat badan Marcus.
“Walau kalah, kami tetap bangga karena bermain dengan sangat baik hari ini. Lawan bermain sangat tangguh dan kami mengakui mereka lebih baik di laga tadi,” ujar Marcus.
Di Malang, Pramudya/Rahmat menjuarai Indonesia Masters setelah mengalahkan pasangan China, He Ji Ting/Zhou Hao Dong, 21-18, 21-19. He adalah finalis Kejuaraan Dunia 2021 bersama Tan Qiang. Adapun Zhao mencapai prestasi tertinggi saat menjadi finalis China Terbuka Super 1000 pada 2018 bersama Han Cheng kai.
Sementara, Pramudya dan Rahmat diduetkan karena tidak bisa bermain dengan pasangan masing-masing. Partner Pramudya, yaitu Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, masih memulihkan cedera lutut kiri. Sementara, Muhammad Rayhan Nur Fadillah, yang menjadi partner Rahmat, bermain dalam Kejuaraan Dunia Yunior di Spanyol, 17-30 Oktober.
Maka, setelah dua turnamen di Malang dan Kejuaraan Dunia, Rahmat dan Rayhan akan kembali berpasangan. Sementara, Pramudya dan Yeremia direncanakan bertanding kembali pada Januari 2023. “Namun, saya akan melihat dulu kondisi Yeremia pada Desember nanti,” kata Herry.