Potensi Bibit Muda Sepatu Roda Kategori Gaya Bebas
Sepatu roda kategori gaya bebas kurang mendapat perhatian dari pengurus cabang pusat. Padahal, ada banyak bibit-bibit berpotensi yang serius berlatih kategori tersebut.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Puluhan anak dari Komunitas Garuda Muda Roller Skate Club mengikuti latihan rutin di jalan Gerbang B, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (22/10/2022). Meski baru berusia kurang dari dua tahun, komunitas itu mampu menunjukkan potensi atlet binaannya di kompetisi skala nasional.
Pada Turnamen Sepatu Roda Jakarta Terbuka 2021, empat anak dari komunitas tersebut berhasil menorehkan kemenangan di kategori gaya bebas cabang skate cross baik putra maupun putri. Empat anak tersebut adalah Mahesya Qurrahman (juara 1 kelompok umur B standar putra), Syauqi Rabbani (juara 2 kelompok umur B standar putra), Satria Ramdani (juara 2 kelompok umur C standar putra), dan Salwa Widyadhana (juara 2 kelompok umur C standar putri).
Padahal, mereka ini baru belajar kurang dari setahun dan di luar dugaan, ternyata mereka bisa bersaing dengan 800-an peserta dari seluruh Indonesia.
”Padahal, mereka ini baru belajar kurang dari setahun dan di luar dugaan, ternyata mereka bisa bersaing dengan 800-an peserta dari seluruh Indonesia,” kata Kholil Urrahman, pelatih sekaligus pendiri komunitas itu.
Gaya bebas adalah satu dari beberapa kategori dalam sepatu roda. Adapun kategori yang paling banyak diminati dalam sepatu roda adalah kategori kecepatan. Dari 13 komunitas sepatu roda yang tersebar di wilayah DKI Jakarta, hanya ada dua komunitas yang fokus pada kategori gaya bebas, salah satunya adalah Garuda Muda Roller Skate Club.
Komunitas yang terbentuk di masa Pandemi Covid-19 itu sejak semula telah memutuskan untuk menggeluti kategori tersebut. Meski kurang populer dibandingkan kategori kecepatan, harga peralatan gaya bebas cenderung lebih terjangkau.
”Kalau sepatu roda speed itu harganya jutaan, sedangkan kami berangkat dari orang yang kurang mampu. Freestyle dipilih karena harga sepatu rodanya terjangkau, Rp 500.000 sudah bagus dan Rp 200.000 sudah dapat,” ucap Kholil.
Dengan sepatu roda ala kadarnya, anak-anak yang berkumpul di jalan menuju Gedung B, Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, itu terlihat antusias ketika berlatih speed slalom. Gerakan meliuk-liuk pun dipertontonkan mereka saat melewati rintangan berupa 20 kerucut yang berjajar lurus dengan jarak masing-masing kerucut 80 sentimeter.
”Aku berhasil meraih waktu 5,35 detik,” kata Adam, salah satu anggota komunitas yang kini duduk di bangku kelas V SD kepada Kholil.
Menurut Kholil, pelatihan gaya bebas ini bisa menjadi dasar bagi mereka yang ingin menggeluti kategori kecepatan. Selain speed slalom, Kholil juga melatih jenis gaya bebas lain, seperti classic slalom, slide, dan sejumlah trik-trik gaya bebas.
Selain menjadi tempat belajar dan bermain bagi anak-anak, agenda yang rutin digelar pada Sabtu dan Minggu itu juga menjadi forum berkumpulnya para orangtua. Mereka yang mengantar anak-anaknya berlatih tidak hanya memberi dukungan, tetapi juga menjalin silaturahmi.
Di tepi jalan, para orangtua itu duduk di atas tikar sembari berbincang dan melihat anak-anak mereka berlatih. Deka (35), Yulistina (40), Eksa Desiana (50), Sherlly Novalia (44), Herlina (39), dan Laode Bayu adalah enam dari sekian banyak orangtua yang hadir.
”Ini jadi kegiatan yang positif dan biar anak enggak mainan hp terus,” ujar Yulistina.
Selain itu, mereka tidak memaksa anak mereka untuk menjadi atlet. Bagi mereka, apa pun pilihan anaknya, orangtua hanya bisa memberi dukungan.
”Dulu, anak saya di dunia tarik suara dan model terus sekarang beralih ke sepatu roda. Katanya lebih bebas berekspresi ketimbang sebelumnya,” ujar Eksa Desiana.
Adapun para orangtua juga merasa karakter anak mereka berkembang baik semenjak terlibat di komunitas sepatu roda itu. Mereka melihat bahwa anak mereka menjadi lebih sabar, fokus, dan patuh pada orangtua.
Selama ini, sepatu roda kategori gaya bebas belum diperlombakan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON). Sekretaris Umum Persatuan Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi) DKI Jakarta Lika Lunardi Ariestika mengatakan, pemerintah hanya berfokus pada pembinaan kategori kecepatan. Padahal, dalam ajang internasional, kategori gaya bebas cukup digandrungi.
”Sampai saat ini, belum ada surat keputusan dari pusat terkait kategori freestyle di PON Aceh 2024. Kalau freestyle diperlombakan, kami akan langsung persiapkan seleksi untuk pemusatan latihan daerah DKI Jakarta,” kata Lika saat dihubungi dari Jakarta.
Menurut Lika, Perserosi DKI Jakarta memiliki perhatian yang cukup serius dalam mempersiapkan bibit-bibit atlet. Apalagi, di Jakarta dibangun stadion bertaraf internasional, yakni Jakarta International Roller Arena, Sunter, Jakarta Utara.
Lika menambahkan, seharusnya perhatian pengurus pusat tidak hanya pada kategori kecepatan yang sudah populer dan diperlombakan dalam PON, tetapi juga gaya bebas, agressive, dan skate board. Salah satu upaya yang dilakukan Perserosi DKI Jakarta untuk memopulerkan kategori-kategori itu ialah mengadakan Turnamen Sepatu Roda Jakarta Terbuka 2022 pada 13-18 Desember 2022. Dalam ajang skala internasional tersebut, kategori gaya bebas dan skate board akan diperlombakan.
”Harusnya ini bisa jadi acuan bagi Perserosi Pusat karena selama ini mereka tidak pernah mengadakan kejuaraan nasional kategori itu. Harapannya, ke depan, kategori yang kurang populer ini bisa diperhatikan secara serius oleh Perserosi Pusat dan diperlombakan di PON Aceh 2024,” kata Lika.