Ancaman Rasisme yang Selalu Berulang di Lapangan Hijau
Rasisme ibarat sebuah parasit di sepak bola. Meskipun sudah ada beragam aksi dan kampanye, serangan rasial tetap saja terjadi. Richarlison (Brasil) dan Glen Kamara (Finlandia) adalah korban terbaru rasisme.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
Aksi berlutut yang dilakukan pemain Liga Inggris sebelum laga dimulai pada dua musim terakhir demi melawan tindakan rasisme ternyata belum efektif menyebarkan pesan anti-rasisme di lapangan hijau. Pekan internasional, yang berlangsung akhir September ini, tetap menghadirkan “luka” bagi beberapa pemain yang mendapat serangan rasial.
Itu dialami oleh pemain tim nasional Brasil yang juga penyerang Tottenham Hotspur, Richarlison, ketika tim Selecao berhadapan dengan Tunisia, Rabu (28/9/2022) dini hari WIB, di Stadion Parc des Princes, Paris. Serangan rasial itu dialami Richarlison saat merayakan golnya ke gawang Tunisia yang membawa Brasil unggul 2-1 di menit ke-19.
Tiba-tiba ada penonton yang melempar pisang ke arah Richarlison. Pemain berusia 25 tahun itu sempat melihat ke arah tribune penonton yang menjadi sumber hadirnya lemparan pisang itu.
Pisang itu sempat mendarat di atas lapangan. Gelandang Brasil, Fred, menendang pisang itu ke luar lapangan setelah ia memeluk Richarlison untuk merayakan gol yang dicetak rekan setimnya itu.
“Semoga otoritas bisa menemukan (pelempar pisang) itu dan memberikan hukuman. Saya berharap insiden ini bisa menjadi pelajaran bagi yang lain untuk tidak melakukan hal itu lagi,” kata Richarlison, seusai laga uji coba itu yang dimenangkan Brasil 5-1 dilansir L’Equipe.
Tanpa ada tindakan nyata yang memberikan efek jera, tambah Richarlison, mustahil untuk menghilangkan potensi aksi rasisme di lapangan hijau. Ia mencontohkan, Vinicius Jr, kompatriotnya di timnas dan bintang Real Madrid, sudah beberapa kali mendapat serangan rasial di Spanyol hingga ia dikritik karena melakukan tarian samba untuk merayakan golnya.
Pada laga derbi Madrid kontra Atletico Madrid di Stadion Wanda Metropolitano, 19 September lalu, Vinicius juga mendapat siulan dan sorakan bernuansa rasisme dari pendukung garis keras Atletico, Frente Atletico.
“Selama mereka (otoritas) tetap ‘blah blah blah’ dan tidak memberikan hukuman, ini akan terus berulang. Hal itu terjadi setiap hari dan di setiap sudut (bumi),” lanjut Richarlison yang telah mencetak 17 gol dari 38 cap (pengalaman laga) bersama Selecao.
Semoga otoritas bisa menemukan (pelempar pisang) itu dan memberikan hukuman.
Atas insiden rasisme yang diterima Richarlison, Federasi Sepak Bola Brasil (CBF) dan Spurs mengunggah pesan dukungan kepada sang pemain di akun media sosial mereka. CBF bahkan menampilkan foto Richarlison yang merayakan golnya serta foto pisang yang dilemparkan ke arah Richarlison.
“Setelah gol kedua, sebuah pisang dilempar ke arah Richarlison. CBF sangat tegas untuk melawan diskriminasi dan dengan keras menentang aksi rasisme lainnya di sepak bola,” tulis pernyataan resmi CBF.
Presiden CBF Ednaldo Rodrigues mengatakan, pihaknya telah memberikan laporan resmi kepada FIFA atas serangan rasial yang diterima Richarlison. Ia berharap FIFA bisa memberikan sanksi tegas kepada oknum yang melakukan aksi tidak terpuji itu.
“Perjuangan melawan rasisme adalah sebuah hal yang fundamental untuk menyapu salah satu tindakan kriminal di planet ini. Saya ingin ada hukuman lebih keras dari pelaku aksi itu di lapangan hijau,” kata Rodrigues.
Untuk menindaklanjuti laporan resmi CBF itu, FIFA berjanji akan melakukan investigasi terhadap insiden pada laga di Paris itu. “Pertama dan paling utama, FIFA menolak dengan keras berbagai aksi rasisme dan kekerasan lainnya. Kami tidak menoleransi aksi seperti itu di sepak bola,” tulis pernyataan resmi FIFA.
Tindakan berbeda
Tidak hanya Richarlison dan Brasil yang menjadi sasaran aksi rasisme di laga internasional, tengah pekan ini. Gelandang Finlandia, Glen Kamara, juga diduga menerima serangan verbal rasial dari salah satu pemain Montenegro pada laga Grup B3 Liga Nasional Eropa, Selasa (27/9) kemarin.
Atas tindakan itu, pemain dan tim staf pelatih Finlandia sempat melakukan protes kepada wasit untuk melaporkan aksi tersebut. Protes yang dilakukan tim Finlandia tidak berlanjut karena wasit telah berkomitmen untuk menyampaikan tindakan pemain Montenegro itu dalam laporan pertandingan yang mereka sampaikan ke UEFA.
Namun, berbeda dengan FIFA yang berjanji menyelidiki serangan rasial kepada Richarlison, UEFA memutuskan tidak akan melakukan investigasi terhadap dugaan serangan verbal rasial yang dialami Kamara, gelandang Glasgow Rangers.
“Di sistem UEFA, inisiatif untuk sebuah investigasi membutuhkan konfirmasi dari pemain terkait atau notifikasi dari pemain yang telah mendapat konfirmasi dari pemain lain, ofisial pertandingan, atau wasit. Glen Kamara tidak ingin membuat laporan resmi kepada UEFA atau komentar lebih lanjut tentang hal yang dialaminya,” tulis Asosiasi Sepak Bola Finlandia (Suomi).
Serangan verbal dari lawan bukan hal yang baru dialami pemain yang telah menjalani 48 laga bersama timnas Finlandia itu. Ia pernah menerima serangan rasial serupa dari Ondrej Kudela, mantan bek Slavia Praha, ketika Rangers berhadapan dengan tim asal Ceko itu di babak 16 besar Liga Europa, Maret 2021 lalu.
Atas insiden itu, Kudela, yang kini membela Persija Jakarta, dijatuhi hukuman larangan bertanding 10 pertandingan dari UEFA atas “perilaku rasisme”. Meski begitu, Kudela selalu membantah klaim dirinya melakukan serangan rasial itu. (AFP)