Hari kedua Festival Catur Japfa, Minggu, memperlihatkan pentingnya daya nalar bagi para pecatur. Tanpa kemampuan penting itu, seorang pecatur bisa tersesat.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Tak hanya butuh daya ingat tinggi, olahraga catur juga menuntut daya nalar atau tingkat pemahaman luar biasa dari para pemainnya. Nalar itu ibarat penunjuk arah bagi penjelajah di tengah hutan belantara. Tanpa bekal itu, pecatur justru bisa tersesat dalam pola yang baru dicobanya.
Hal itu yang terjadi saat dua wakil Indonesia menjalani babak kedua dari enam babak dwitarung internasional pada hari kedua Festival Catur Japfa 2022 di Jakarta, Minggu (11/9/2022). Karena tuntutan lawan, mereka harus bermain dengan variasi berbeda dari yang biasa dilakukan dalam latihan. Namun, karena persiapan kurang matang, mereka justru kebingungan oleh permainannya sendiri sehingga masing-masing puas dengan hasil remis.
Dwitarung itu melibatkan pecatur Indonesia, Master Internasional (IM) Mohammad Ervan (2.402), dan pecatur Filipina, Grand Master (GM) Laylo Darwin (2.432), pada kategori putra. Adapun di putri, wakil Indonesia, IM Medina Warda Aulia (2.374), menghadapi wakil Singapura, Grand Master Putri (WGM) Gong Qianyun (2.275).
Ervan menjalani babak kedua dengan modal keunggulan 1-0 hasil menang babak pertama. Pada babak kedua, ia ganti bermain dengan buah hitam. Dia mantap memainkan pembukaan Ratu India yang sudah dimatangkannya dengan dua pelatih asing yang sempat menangani pelatnas catur, yakni Ruslan Scherbakov (dari Rusia) dan Andrei Kovalev (Belarus).
Dengan penuh percaya diri, Ervan memiliki asa kembali meraih kemenangan atas Darwin. Tak dinyana, Darwin bermain dengan cara berbeda dibandingkan biasanya, yakni menggerakkan menteri b3 di langkah kelima. Langkah itu di luar dugaan ataupun analisis yang telah dipelajari Ervan. ”Sebelumnya, dia tidak pernah melakukan langkah seperti itu,” ucap Ervan.
Sontak, Ervan kebingungan meladeni permainan tersebut. Sebab, yang disiapkannya adalah strategi menyerang kalau Darwin menggerakkan menteri c2. Beruntung, Darwin pun tidak terlalu paham mesti bermain seperti apa. Hal itu justru membuatnya menawarkan remis di langkah ke-15.
Tanpa pikir panjang, Ervan menerima tawaran tersebut. Pecatur kelahiran 15 Mei 1992 itu berpikir sangat realistis. Menurut dia, sulit untuk menang kalau memaksakan bermain hingga akhir. Dia justru berisiko kalah dan kelelahan. Padahal, masih ada empat laga tersisa. Stamina mereka pun akan diuji mulai hari ketiga karena dwitarung akan langsung menjalani dua babak.
”Saya realistis menerima remis tersebut. Secara keseluruhan, saya tetap masih unggul atas Darwin (skor menjadi 1,5-0,5). Kalau tadi saya paksakan lanjut bermain, saya bisa saja membongkar pertahanan dia dengan adu kuda dan bongkar pion c5. Tetapi, ini dwitarung enam babak. Kami masih ada empat babak lagi. Lebih baik saya menyimpan energi untuk bermain optimal di laga-laga berikutnya,” ujar Ervan.
Untuk menghadapi babak ketiga dan keempat pada Senin (12/9/2022), Ervan akan menyiapkan diri lebih matang guna mengantisipasi segala perubahan yang bakal ditunjukkan Darwin. ”Tidak tahu pasti dia akan melakukan perubahan seperti apa. Tetapi, itu bisa dikira-kira dari analisis permainan dia sebelum-sebelumnya. Yang jelas, saya akan mengoptimalkan kesempatan bermain dengan buah putih untuk menambah kemenangan,” tutur Ervan.
Kecerobohan Medina
Pada kategori putri, Medina dan Qianyun menjalani babak kedua dengan modal imbang 0,5-0,5 hasil remis babak pertama. Pada babak kedua, Medina gantian bermain dengan buah putih. Ia mencoba meladeni pembukaan Caro Kann yang dibangun lawannya.
Sayangnya, Medina melakukan kesalahan sendiri saat Qianyun menggerakkan kuda f6 pada langkah keempat. Medina menduga lawan sudah paham cara permainannya sehingga telah menyiapkan rencana mematikan strateginya. Maka, Medina berani mencoba variasi serangan baru.
Akan tetapi, Medina tidak siap dengan pola baru tersebut. Hal itu justru membuat Qianyun sempat unggul secara kualitas atau posisi. Untungnya, Qianyun tidak terlalu menyadari keunggulannya itu. Situasi itu menyebabkan Medina mendapatkan momentum untuk mengimbangi permainan, terutama tatkala Qianyun mengajak adu menteri.
Untuk menjadi pecatur kuat, tidak cukup dengan menghafal teori. Pecatur itu pun wajib memahami bangunan dari suatu permainan, mulai dari pembukaan, pertengahan, dan penutupan.
Keadaan itu membuat kedua pecatur sama-sama sulit mencari celah untuk mengakhiri laga dengan kemenangan. Mereka mencari aman. Akhirnya, terjadi gerakan berulang tiga kali antara benteng hitam f4 dan raja putih e3 serta benteng hitam e4 dan raja putih f3 sehingga otomatis laga dianggap remis di langkah ke-37.
Menurut Medina, kalau memaksakan untuk terus menyerang, baik dirinya maupun Qianyun sama-sama berisiko kalah. Oleh karena itu, keduanya memilih remis. ”Walaupun kurang optimal, hasilnya cukup baik. Sejauh ini, peluang kami tetap seimbang. Untuk laga-laga berikutnya, saya berusaha lebih menikmati permainan,” katanya.
Medina tidak terlalu siap menghadapi dwitarung kali ini karena panitia cenderung memberikan informasi mendadak. Namun, karena ada pengumpulan elo rating, dia harus berusaha mencari kemenangan. ”Kalau remis-remis terus, saya juga akan tetap kehilangan rating. Jadi, saya tetap berupaya menang,” kata Medina.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) GM Utut Adianto berkata, dwitarung itu bertujuan agar Ervan dan Medina mendapatkan lebih banyak pengalaman internasional. Lawan yang dicarikan untuk mereka, menurut dia, cukup berkualitas.
”Kita cari lawan yang cenderung seimbang, tidak terlalu di atas dan tidak terlalu di bawah. Tujuannya, agar Ervan ataupun Medina belajar dan semakin terasa dengan suasana laga internasional. Untuk menjadi pecatur kuat, tidak cukup dengan menghafal teori. Pecatur itu pun wajib memahami bangunan dari suatu permainan, mulai dari pembukaan, pertengahan, dan penutupan,” papar Utut.