Latihan fisik ekstra berat dan menyakitkan bagi para judoka Indonesia bersama pelatih asal Korsel terbayar dengan tiga medali ASEAN Para Games Surakarta 2022. Para judoka itu kini mengincar Paralimpiade Paris 2024.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Tiga medali emas dan dua perak cabang judo buta pada ASEAN Para Games Surakarta 2022 bisa diraih para judoka Indonesia berkat latihan keras dan perbaikan mental bertanding. Sejak dilatih oleh Lee Yong dari Korea Selatan mulai Desember 2021, judokaparalimpiade Indonesia menjalani program latihan yang sama dengan program untuk judoka normal. Latihan itu keras, bahkan kadang menyakitkan, tetapi itulah jalan untuk meraih medali emas dan ke depan ke Paralimpiade Paris 2024.
Tiga emas judo buta diraih oleh atlet peringkat ke-14 dunia kelas J1 -73 kilogram, Rafli Ahnaf Shidqi yang menang dengan dua poin ippon atas atlet ThailandWitthaya Wongphaet, serta judoka Vietnam Tran Viet Hung. Rafli mengalahkan Wongphaet dalam 29 detik, dan membanting Viet Hung dalam 1 menit 09 detik dari total waktu tanding 4 menit.
Performa brilian juga ditampilkan oleh Bayu Pangestu Aji di kelas J2 -60 kg. Bayu yang tidak ditargetkan meraih medali karena kelasnya sebenarnya di J1 atau buta total justru membuat kejutan. Dia meraih emas setelah menang atas rekan sepelatnas Herbin Nainggolan dan judoka Vietnam, Nguyen Viet Tu.
Emas ketiga diraih oleh Sahrul Sulaeman di kelas J2 -73 kg. Kelas J2 merupakan klasifikasi untuk penglihatan terbatas. Dia menang atas sesama judoka ”Merah Putih” yang meraih perak Agung Gondolimo, serta atlet Filipina Gener R Padilla.
Target emas keempat yang diharapkan diraih oleh Junaedi di kelas J1 -60 kilogram justru direbut oleh judoka Thailand, Vitoon Kongsuk. Junaedi yang telah masuk peringkat 12 besar dunia mengalami masalah dengan lutut sehingga tidak bisa tampil maksimal. Dia kesulitan meraih poin ippon karena tumpuan kaki kurang kuat untuk melakukan bantingan. Junaedi pun meraih medali perak. Atlet asal Garut itu berjanji akan memperbaiki penampilannya ke depan.
”Luar biasa, saya baru pertama kali meraih emas untuk Indonesia. Ini juga ASEAN Para Games pertama saya. Kunci meraih medali emas ini adalah latihan yang bersungguh-sungguh, kerja keras, serta tekad untuk membanggakan Indonesia,” ungkap Rafli.
Rafli mengakui, selama pelatnas dirinya dan kawan-kawan digenjot latihan fisik oleh pelatih Lee Yong. Penguatan mental juga ditingkatkan dengan mengikuti sejumlah kejuaraan internasional, termasuk di Kazakhstan tahun lalu. Dari penampilan di Kazakhstan itu, Rafli jadi tahu bahwa persaingan level dunia sangat ketat dan judoka Indonesia punya banyak pekerjaan rumah. Apalagi, ada target untuk lolos ke Paralimpiade Paris 2024.
”Mungkin atlet Indonesia harus sering ikut single event supaya jam terbang semakin banyak dan tahu lawan-lawan kita di Paralimpiade seperti apa supaya tahu tolok ukurnya,” ungkap Rafli.
Pertarungan dengan judokadari Eropa dalam kejuaraan itu juga menguatkan tekad Rafli dan kawan-kawan untuk terus memperbaiki fisik meskipun latihannya berat.
”Dari segi tenaga sedikit berbeda, mereka punya daya tahan dan powerlebih daripada kami, karena itu latihan fisik perlu ditingkatkan lagi walaupun menyakitkan,” ungkap Rafli.
Pejudo Indonesia, Junaedi (biru), berjuang melawan pejudo Vietnam pada cabang judo buta klasifikasi J1 kelas -60 kilogram putra ASEAN Para Games 2022 di Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (8/2/2022).
”Perbaikan mental yang utama, juga fisik, keduanya digenjot oleh Mr Lee, luar biasa latihan fisiknya. Mental saya sudah digenjot dan sudah teratasi,” pungkas Rafli yang ditargetkan bisa lolos ke Paralimpiade Paris.
Lee yang fasih berbahasa Indonesia itu mengatakan, dirinya mulai melatih sejak Desember2021. ”Saat saya datang, para judoka tak sanggup berlari dua putaran. Sekarang, mereka kuat berlari 20 putaran. Saya menerapkan pola latihan pelatnas judo normal yang biasa saya terapkan di Korsel. Program latihan saya sama dengan program pelatnas judo normal, tidak ada bedanya. Mereka kami paksa terus untuk menaikkan mental dan fisik. Mereka memang atlet blind judo, tetapi latihannya seperti atlet normal,” ungkap Lee.
Atlet Indonesia harus sering ikut single event supaya jam terbang semakin banyak dan tahu lawan-lawan kita di Paralimpiade seperti apa, supaya tahu tolok ukurnya.
Selain Rafli, target lolos ke Paralimpiade berada di puncak Junaedi yang telah masuk 12 besar dunia. Untuk lolos ke Paris 2024, judoka harus masuk 12 besar dunia.
”Junaedi ini sekarang sebenarnya ranking ke-11 dunia, tetapi harin ini, maaf, ada sedikit masalah. Pada laga pertama, dia sakit lutut, jadi satu kali kalah dan menempati peringkat kedua. Target saya Junaedi meraih emas, lalu Junaedi dan Rafli lolos ke Paralimpiade,” ungkap Lee.
Untuk dapat tampil di Paris 2024, judoka perlu ikut sejumlah kejuaraanuntuk mengumpulkan poin. Jika tidak masuk rangking 12 dunia, masih ada peluang lewat wild card, tetapi Lee berusaha meloloskan atletnya secara langsung dengan menempati 12 besar.
”Wild card memang masih ada kuota masing-masing satu orang untuk Asia, Amerika, dan Eropa. Adapun untuk masuk 12 besar dunia, setidaknya perlu ikut tiga atau empat kejuaraan setahun. Tahun depan, kita bersiap untuk ASEAN Para Games di Kamboja, lalu Asian Para Games di Hangzhou,” ungkap Lee yang delapan tahun melatih judoka normal.
Posisi Junaedi yang menempati ranking ke-11 dunia bisa melorot jika tidak mengikuti kejuaraan. Lee berharap pemerintah dalam hal ini Kemenpora mendukung atlet terus bertanding dan mendapat poin untuk lolos ke Paralimpiade. Iku kejuaraan juga membantu Rafli yang menempati peringkat ke-14 untuk masuk 12 besar dunia.
Lolos ke paralimpiade juga menjadi target Bayu Pangestu Aji meskipun dirinya saat ini belum ditargetkan lolos ke Paris 2024. Dia tetap berjuang meraih tiket lolos dengan kerja keras dan latihan disiplin. Dia telah membuktikan bisa kompetitif meskipun bertanding dalam kelas di atas kelasnya.
”Medali ini saya persembahkan untuk Indonesia. Perjuangannya berat, latihan keras, melawan rasa malas, melawan sakit. Saya sangat ingin maju ke Paralimpiade, tetapi saya masih perlu memperbaiki mental dan fisik,” tegas Bayu.
Pelatih judo paralimpiade Indonesia, Imam Kuncoro, yang mendampingi Bayu mengaku terkejut dengan penampilan anak asuhnya itu. ”Bayu memang tidak saya target meraih medali hari ini, tetapi Bayu justru membuat kejutan,” ungkapnya.
Imam menjelaskan, Bayu tidak ditargetkan meraih medali karena berada di kelas buta total (J1). Namun, Bayu dinaikkan ke kelas J2 (penglihatan terbatas)karena ada atlet lain di kelas J1. ”Bayu yang naik kelas ke low vision justru meraih medali. Kami merekrut atlet-atlet di kelas 60 kg yang masuk klasifikasi J1, tetapi Bayu kami naikkan ke J2 dan alhamdulillah bisa mengalahkan atlet-atlet J2,” ungkap Imam.
Cabang judo buta menargetkan meraih tujuh medali emas dalam ASEAN Para Games 2022 ini. Empat emas lainnya diharapkan diraih dari kategori putri kelas -57 dan +57 serta di kategori putra kelas -90 dan +90.
Terkait dengan kegagalan Junaedi meraih emas, Imam mengatakan hal itu akan menjadi bahan evaluasi. ”Saya enggak menyangka Thailand bisa mencuri satu medali, saya merasa terpukul, karena saat kejuaraan di Kazakhstan Thailand kita habisi 5-0 di nomor beregu. Di sini, mereka bisa mencuri satu emas, itu menjadi catatan bagi kami,” ungkap dia.
Imam bertekad terus membina para judoka untuk bisa menembus level dunia. Dia mengakui, membimbing mereka memerlukan tekad kuat dan niat tulus.
”Selama melatih, saya juga bercengkerama dengan adik-adik ini, ada kalanya marah, juga merasa trenyuh. Kalau mereka nakal, ya saya tegur. Kini, mereka bisa meraih prestasi ini, luar biasa, apa yang kita lakukan ini bermanfaat untuk anak-anak didik saya. Tujuan kami adalah mengantar atlet-atlet ini meraih prestasi terbaik, dan kalau mereka mendapat bonus seperti ini, kan, untuk kehidupan mereka, itu saja,” pungkas Imam.