Target Jumlah Emas Renang Meleset pada Hari Pertama
Pelatih tim renang paralimpiade Indonesia, Dimin BA, awalnya menargetkan bisa meraih 10 medali emas pada hari pertama perlombaan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tim renang Indonesia meraih tujuh emas pada hari pertama perlombaan ASEAN Para Games 2022 di Kolam Renang GOR Jatidiri, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (1/8/2022). Perolehan emas tersebut meleset dari rencana awal, yaitu 10 emas. Kemunculan atlet-atlet baru negara lain yang di luar prediksi turut andil dalam lepasnya emas Indonesia.
Ketujuh emas Indonesia disumbangkan Aris Wibawa, Rino Saputra, Zaki Zulkarnain, Tangkilisan Steven Sualang, Meliana Ratih Pratama, tim estafet putra gaya bebas 400 meter, dan tim estafet putra gaya ganti 400 meter.
Pelatih tim renang paralimpiade Indonesia, Dimin BA, awalnya menargetkan bisa meraih 10 medali emas pada hari pertama perlombaan. Namun, tiga emas yang diharapkan datang dari Guntur (100 meter gaya dada putra kelas SB8), Mutiara Cantik Harsanto (100 meter gaya dada putri kelas SB9), dan Fathur Rizky Moreno (50 meter gaya punggung putra kelas S14) gagal tercapai.
”Untuk Fathur sebenarnya fifty-fifty. Dia perenang baru di pelatnas, tetapi catatan waktunya saya lihat sudah bisa bersaing dengan lawan-lawannya. Fathur baru berlatih tiga bulan di pelatnas, tetapi sudah bisa dapat perunggu,” ujar Dimin tentang Fathur yang berlaga di klasifikasi dengan keterbatasan intelektual.
Secara total tim renang Indonesia mendulang 7 emas, 9 perak, dan 7 perunggu pada hari pertama. Tim renang Indonesia yang diperkuat 47 atlet ditargetkan mampu meraih 27 emas dalam lomba yang berlangsung pada 1-5 Agustus 2022.
Dari tiga emas yang lepas dari genggaman Indonesia, kegagalan Guntur merupakan yang paling di luar prediksi. Perenang asal Balikpapan, Kalimantan Timur, itu merupakan peraih emas 100 meter gaya dada kelas SB8 di ASEAN Para Games 2017. Guntur kala itu meraih emas dengan catatan waktu 1 menit 20,53 detik yang sekaligus menjadi rekor baru ASEAN Para Games.
Saya mengikuti pemusatan latihan jangka panjang setahun, tiba-tiba ada atlet baru muncul. Ini di luar dugaan.
Sehari menjelang lomba, tim pelatih baru menyadari adanya perenang baru dari Malaysia, Abd Halim Mohamad, yang berpotensi menjadi pesaing berat Guntur di nomor dengan klasifikasi keterbatasan koordinasi tubuh tingkat rendah, atau keterbatasan gerak salah satu lengan atau kaki. Dugaan itu terjadi. Guntur harus bersusah payah mengimbangi kecepatan Halim.
Persaingan antarmereka berdua berlangsung ketat. Halim kemudian keluar sebagai pemenang dengan catatan waktu 1 menit 18,61 detik, sekaligus memecahkan rekor ASEAN Para Games. Guntur harus puas di posisi kedua dengan waktu 1 menit, 23,88 detik.
”Tanpa ada pemberitahuan jauh-jauh hari, ternyata ada perenang baru. Jadi, evaluasi untuk saya meningkatkan teknik renang yang lebih baik lagi sudah terlambat. Saya mengikuti pemusatan latihan jangka panjang setahun, tiba-tiba ada atlet baru muncul. Ini di luar dugaan,” kata Guntur.
Selain tidak ada informasi mengenai kemunculan Halim, Guntur juga mengaku kewalahan mengimbangi karena Halim memiliki anggota tubuh lengkap. Adapun Guntur kehilangan tangan kanannya. ”Dia lebih cepat karena punya dua tangan. Seharusnya dia enggak lolos klasifikasi kelas ini,” ucap Guntur.
Terus melambat
Hilangnya emas Guntur juga bisa terjadi karena catatan waktunya sejak tampil di Asian Para Games Jakarta 2018 terus menurun hingga saat ini. Pada Asian Para Games 2018 Guntur membuat catatan waktu terbaik di kisaran 1 menit 19 detik. Catatan waktu itu turun menjadi 1 menit 20 detik di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Papua 2021, dan turun lagi di ASEAN Para Games kali ini.
”Usia saya sudah enggak muda lagi untuk mengejar waktu itu. Besok sudah 40 tahun. Usia enggak bisa dibohongi dalam renang, olahraga terukur,” kata Guntur.
Pernyataan Guntur itu bisa dimaknai sebagai urgensi bagi tim renang Indonesia untuk mencari pelapisnya. Guntur, yang diproyeksikan menembus Asian Para Games 2023 dan Paralimpiade Paris 2024 kemungkinan akan semakin kesulitan mempertajam catatan waktunya.
Tim renang Indonesia menyadari hal tersebut dan sudah mencari pelapis Guntur. Beberapa nama, seperti Kanta Wijaya dan Fajar, disiapkan sebagai penerus Guntur. Namun, catatan waktu mereka, masih jauh dari Guntur. ”Mereka masih jauh, masih butuh banyak latihan. Dari latihan kita kan juga harus butuh proses jangka panjang,” kata Guntur.
Menanggapi catatan waktu Guntur yang terus menurun, Dimin mengatakan telah menyiapkan program latihan untuk meningkatkan daya tahannya (endurance). Renang gaya dada 100 meter membutuhkan kekuatan daya tahan yang lebih baik dibandingkan jarak 50 meter.
”Sebagai perenang 100 meter daya tahannya harus cukup. Stamina harus dilatih. Guntur yang sudah di depan akhirnya disusul di akhir,” ujar Dimin.