Kontingen ASEAN Para Games indonesia menghadapi rintangan, bahkan sebelum bertanding. Sejumlah atlet dinyatakan tidak lolos klasifikasi. Harapan meraih emas bisa seketika sirna.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA, AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS – Tahapan klasifikasi atlet pada ASEAN Para Games 2022 yang dimulai Rabu (27/7/2022), menjadi masalah tersendiri bagi kontingen Indonesia, terutama atlet debutan. Beberapa di antara mereka terancam tidak bisa berlaga karena dinyatakan tidak memenuhi syarat klasifikasi. Potensi medali emas pun bisa saja lepas dari genggaman Indonesia.
Klasifikasi para atlet berlangsung selama tiga hari, 27-29 Juli. Lokasi klasifikasi berbeda-beda, bergantung pada jenis keterbatasan atlet. Atlet tundaksa wajib menjalani klasifikasi langsung di arena lomba. Hal itu untuk memastikan olah gerak dan keterbatasan fisik mereka. Sedangkan, lokasi atlet tunanetra dan tunagrahita dilaksanakan di hotel dan juga rumah sakit.
Tahapan klasifikasi ini menjadi momok tersendiri bagi para atlet yang akan berlaga di ASEAN Para Games, 30 Juli-6 Agustus. Sebab, latihan yang mereka jalani untuk persiapan berlaga terancam hilang karena gagal lolos klasifikasi. Bila seorang atlet dinyatakan tidak memenuhi syarat klasifikasi, mereka tidak diperbolehkan tampil.
Situasi itu yang dialami atlet renang Indonesia kelas S12 atau gangguan pada penglihatan, Tara Athaya Yasykur. Dari hasil klasifikasi, Tara dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk berlomba di kelas S12. Hal ini sebelumnya sudah merisaukan pelatih renang Indonesia, Dimin BA, yang sejak awal khawatir Tara akan menghadapi rintangan bahkan sebelum berlomba.
“Ini kabar kurang baik buat kita. Sementara akan kami perjuangkan (agar bisa berlomba) dalam rapat ketua kontingen. Klasifier di ASEAN Para Games memang lebih ketat dibandingkan Peparnas (Pekan Paralimpiade Nasional),” kata Dimin.
Tara adalah atlet debutan di ASEAN Para Games dan berpotensi meraih medali di kelas S12. Atlet kelahiran Solo, Jawa Tengah, tersebut adalah peraih medali emas nomor 50 meter gaya bebas, 200 meter gaya bebas, dan 50 meter gaya dada pada Peparnas Papua 2021 lalu. Ia bahkan memecahkan rekor nasional di tiga nomor yang ia ikuti itu.
Dimin memproyeksikan Tara akan mampu meraih emas ASEAN Para Games di nomor 50 meter gaya dada yang merupakan spesialisasinya. Nomor tersebut diikuti Tara beserta dua rekannya dari Indonesia dan satu atlet dari Singapura.
Hasil klasifikasi ini membuat peluang mendapatkan satu medali emas dari cabang renang terancam hilang. Tim renang Indonesia menargetkan setidaknya bisa meraih 27 medali emas.
Dimin sedikit mempertanyakan hasil klasifikasi. Selain Tara, dua perenang Indonesia lainnya, Larasati (kelas S12) dan Aswin (S12) juga dinyatakan tidak memuhi syarat. Padahal, kata Dimin, ketiga perenang Indonesia itu sebelumnya sudah lolos klasifikasi di tingkat Asia.
“Bahkan (penglihatan) mereka makin lama makin lemah dan tidak bisa melihat jauh hingga dua meter. Kok ini malah dianggap tidak memenuhi syarat,” kata Dimin.
Membuat khawatir
Momok klasifikasi juga membayangi atlet lari Indonesia kelas T13 atau keterbatasan pada penglihatan, Muammar Habibila. Ia mengaku cukup khawatir tidak lolos karena belum pernah menjalani klasifikasi dengan dites oleh klasifier internasional.
Habibila baru pertama kali mengikuti ASEAN Para Games. Ia merupakan atlet jebolan Peparnas yang meraih medali perak di nomor lari 100 meter, 200 meter, dan lompat jauh. “Deg-degan juga mau ikut klasifikasi besok. Kalau gagal, impian saya bertanding di ASEAN Para Games akan hancur,” katanya.
Mayoritas atlet Indonesia yang terancam gagal lolos klasifikasi adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti ASEAN Para Games. Itu karena klasifikasi terakhir yang mereka ikuti rata-rata dilakukan oleh klasifier Indonesia yang belum bersertifikasi internasional. Sedangkan, klasifier ASEAN Para Games merupakan mereka yang mengantongi sertifikat internasional dan jauh lebih ketat dalam menerapkan klasifikasi.
Meski demikian, atlet renang Indonesia kelas S6 atau keterbatasan tubuh bagian bawah, Gerry Pahker, mengaku bersyukur sudah lolos klasifikasi. Gerry beruntung karena termasuk satu dari 17 atlet renang yang tidak perlu mengikuti klasifikasi lantaran sudah lulus klasifikasi saat mengikuti International German Championships in Para Swimming, Maret 2022.
Setelah tidak perlu lagi risau terhadap klasifikasi, Gerry bertekad tampil maksimal di tiga nomor yang ia ikuti, yaitu 100 meter gaya dada, 50 meter gaya kupu-kupu, dan 50 meter gaya bebas. Gerry berharap bisa meraih medali di ASEAN Para Games pertamanya ini. Atlet asal Siak, Riau, tersebut adalah peraih medali emas nomor 50 meter gaya dada di Peparnas Papua dengan catatan waktu 44,32 detik dan mencetak rekor nasional.
Bahkan (penglihatan) mereka makin lama makin lemah dan tidak bisa melihat jauh hingga dua meter. Kok ini malah dianggap tidak memenuhi syarat.
Hanya saja, nomor 50 meter gaya dada untuk kelas S6 putra tidak dilombakan di ASEAN Para Games karena minim peserta. Sebagai gantinya, Gerry akan tampil habis-habisan di nomor 100 meter gaya dada. “Saya memang spesialisasi gaya dada. Pertarungan bakal ketat dengan pesaing dari Myanmar dan Thailand,” kata Gerry.
Catatan waktu terbaik Gerry di nomor 100 meter gaya dada adalah 1 menit 36 detik yang ia raih di Jerman. Saat perlombaan nanti, Gerry berupaya bisa mempertajam catatan waktunya itu menjadi 1 menit 33 detik.