Persaingan sengit akan terjadi pada perebutan gelar juara dunia lari 200 meter. Noah Lyles dan Dina Asher-Smith pun tak akan mudah mempertahankan gelar nomor itu dalam Kejuaraan Dunia Atletik di Oregon, AS.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
EUGENE, KAMIS — Tak ada peraih emas Olimpiade Tokyo 2020, Andre De Grasse, yang akan menghalangi Noah Lyles dalam upaya mempertahankan gelar juara dunia lari 200 meter putra. Namun, pelari Amerika Serikat itu akan menghadapi tantangan dari rekannya yang masih berusia 18 tahun, Erriyon Knighton.
Lyles akan menghadapi tantangan itu dalam final lari 200 meter putra Kejuaraan Dunia Atletik 2002 di University of Oregon Hayward Field, Eugene, Oregon, AS, Kamis (21/7/2022) malam waktu setempat atau Jumat siang waktu Indonesia. Pada hari yang sama akan berlangsung pula final 200 meter putri yang diikuti pula oleh juara bertahan, Elaine Thompson-Herah (Jamaika).
Lyles memiliki momen kegagalan yang selalu diingatnya sebagai motivasi untuk menjadi juara dunia 200 meter dua kali beruntun. Momen itu adalah ketika gagal meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 yang berlangsung 2021.
Pada ajang multicabang terakbar di dunia itu, pelari berusia 25 tahun tersebut hanya meraih perunggu karena kalah cepat dari De Grasse, yang mendapat emas, dan Kenny Bednarek (AS) dengan medali perak. Padahal, Lyles memiliki peluang menyandingkan emas Olimpiade dengan gelar juara dunia yang didapatnya dalam Kejuaraan Dunia di 2019 di Doha, Qatar. Tiga tahun lalu, Lyles membuat kejutan dengan finis terdepan dalam waktu 19,83 detik, mengalahkan De Grasse di posisi kedua.
Saya tidak ingin momen itu (kekalahan di Olimpiade Tokyo 2020) terulang lagi. Saya pastikan akan berusaha keras agar tak ada orang lain yang merebut gelar juara dunia nomor ini dari saya.
”Saya tidak ingin momen itu (kekalahan di Olimpiade Tokyo 2020) terulang lagi. Saya pastikan akan berusaha keras agar tak ada orang lain yang merebut gelar juara dunia nomor ini dari saya,” katanya setelah menjadi yang tercepat dalam semifinal, Selasa, dengan waktu 19,62 detik.
Momen kekalahan dari De Grasse tak akan terjadi setelah pelari Kanada itu batal tampil di Oregon karena cedera. Selain 200 meter, pelari berusia 27 tahun itu, juga, batal bersaing dalam nomor 100 meter dengan final yang berlangsung 16 Juli.
Meski demikian, itu bukan berarti Lyles bisa mempertahankan gelar dengan mudah. Pesaing barunya adalah rekan sesama pelari AS yang berusia 18 tahun, Knighton. Lyles mengalahkan Knighton dalam final Tokyo 2020. Dalam semifinal di Oregon, Lyles pun mengungguli pemegang rekor dunia 200 meter kategori U-18 itu.
Namun, Knighton memiliki potensi unggul atas seniornya dengan catatan waktu terbaik yang dibuatnya tahun ini. Dia berlari 200 meter dengan waktu 19,49 detik dalam lomba di Louisiana State University, AS, April.
Rekor dunia untuk kategori U-20, yang dibuatnya beberapa bulan setelah lulus SMA, itu menjadi catatan waktu tercepat keempat sepanjang sejarah. Dia berada di bawah para legenda, yaitu Usain Bolt (19,19 detik), Yohan Blake (19,26), dan Michael Johnson (19,32).
”Tak diragukan, ini menjadi salah satu tahun terbaik saya. Saya berada di jalur karier yang saya inginkan,” kata Knighton yang membuat waktu tercepat kedua dalam semifinal di Oregon, 19,77 detik.
Persaingan ”panas” diiringi canda pun terjadi saat mereka diwawancara NBC pada waktu bersamaan. ”Tugas belum selesai,” kata Knighton. ”Tepatnya, tak akan pernah selesai,” timpal Lyles kepada yuniornya itu.
Selain Lyles dan Knighton, salah satu nomor bergengsi pada kategori trek ini tampaknya akan kembali dikuasai pelari-pelari AS. Pelari dengan catatan tercepat ketiga pada semifinal adalah rekan senegara Lyles dan Knighton, yaitu Bednarek (19,84). Itu menjadi catatan waktu terbaik Bednarek pada musim ini.
Dominasi pelari putra AS, juga, terjadi pada 100 meter. Podium 1-3 dimiliki pelari negara tersebut, yaitu Fred Kerley, Marvin Bracy, dan Trayvon Brommel. Adapun juara dunia 2019, Christian Coleman, hanya menempati posisi keenam.
Persaingan terbuka di putri
Pada nomor 100 meter putri, persaingan didominasi pelari Jamaika yang menempati tiga posisi teratas, yaitu Shelly-Ann Fraser-Pryce, Shericka Jackson, dan Elaine Thompson-Herah. Itu, bahkan, menjadi gelar juara dunia kelima Fraser-Pryce di nomor tersebut.
Akan tetapi, persaingan pada 200 meter berpeluang lebih terbuka. Selain ketiga bintang Jamaika itu, perebutan gelar juara dunia akan melibatkan juara bertahan, Dina Asher-Smith (Inggris). Finalis lain adalah dua pelari AS, salah satunya bintang di tingkat universitas (NCAA), Abby Steiner.
”Persaingan sangat terbuka karena setiap pelari memiliki standar tinggi. Kami pun harus tampil dengan seluruh kemampuan terbaik,” komentar Asher-Smith, yang hanya menempati urutan keempat pada final 100 meter. (AFP/REUTERS)