Sprinter Indonesia Lalu Muhammad Zohri akan tampil di Kejuaraan Dunia Atletik 2022 di Amerika Serikat, 15-25 Juli mendatang. Namun, dengan kebugaran yang kurang prima, Zohri lebih realistis menatap ajang tersebut.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Sprinter nasional Lalu Muhammad Zohri berlatih fisik diawasi asisten pelatih sprinter pelatnas Erwin Maspaitella di ruang kebugaran Stadion Madya Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (5/7/2022). Zohri bersikap realistis menghadapi Kejuaraan Dunia Atletik 2022 di Eugene Oregon, Amerika Serikat, 15-24 Juli 2022.
JAKARTA, KOMPAS — Lalu Muhammad Zohri yang dahulu bukanlah yang sekarang. Pada Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, yang menjadi debutnya, Zohri adalah pelari muda nomor 100 meter yang sedang berada di puncak performa. Namun, karena minim pengalaman, dia belum bisa mewujudkan ambisinya menembus waktu di bawah 10 detik dan lolos ke semifinal.
Jelang Kejuaraan Dunia 2022 di Eugene, Oregon, Amerika Serikat, 15-24 Juli, Zohri lebih dewasa untuk mengatasi tekanan lomba. Sayangnya, kondisi kebugaran sprinter berusia 22 tahun itu kurang prima. Hal itu membuat atlet asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, itu lebih bijaksana dalam menatap ajang dua tahunan yang tertunda satu tahun akibat pandemi Covid-19 tersebut.
Tidak lagi menggebu-gebu seperti tiga tahun lalu, Zohri coba realistis dalam memasang target di Kejuaraan Dunia 2022. ”Kali ini, saya lebih realistis. Pengurus pun (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) tidak memberikan saya target. Saya pribadi hanya coba berlari sebaik mungkin, setidaknya bisa mencatat waktu 10,2-10,3 detik. Dengan waktu seperti itu, sulit pula untuk lolos ke semifinal,” ujar Zohri seusai berlatih di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (5/7/2022).
Tiga tahun lalu, Zohri adalah salah satu fenomena atletik. Pelari kelahiran 1 Juli 2000 itu berhasil menjadi manusia tercepat di Asia Tenggara dengan waktu 10,03 detik saat finis ketiga pada lari 100 meter Seiko Golden Grand Prix 2019 di Osaka, Jepang, 19 Mei 2019. Berkat capaian itu, dia meraih tiket ke Kejuaraan Dunia 2019 yang mematok syarat waktu minimal 10,05 detik.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelari pelatnas atletik Indonesia, termasuk Lalu Muhammad Zohri (kiri), melakukan pendinginan seusai latihan fisik di ruang kebugaran Stadion Madya Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (5/7/2022).
Saat itu, Zohri yang masih berusia 19 tahun berada dalam puncak kepercayaan diri. Dia juga berani memasang target tinggi, yakni ingin menjadi manusia pertama Asia Tenggara yang berlari di bawah 10 detik, yakni antara 9,98-9,99 detik. PB PASI pun cukup yakin Zohri bisa menembus semifinal ajang tersebut.
Akan tetapi, dengan mental yang belum matang, Zohri tampil antiklimaks. Pada heat keenam babak penyisihan Kejuaraan Dunia 2019, peraih emas Kejuaraan Dunia U-20 di Tampere, Finlandia, itu finis keenam dari tujuh sprinter dengan waktu 10,36 detik.
Ketika itu, Zohri mengaku cukup gugup tampil di kejuaraan atletik terelite dunia di luar Olimpiade tersebut. Apalagi dia bersaing dengan pelari-pelari terbaik dunia, antara lain pelari Amerika Serikat Christian Coleman, pelari Italia Marcell Jacobs, dan pelari Jepang Abdul Hakim Sani Brown yang berlari pada heat yang sama. ”Saya cukup tegang karena bertemu banyak pelari top, seperti Coleman yang juga salah satu idola saya,” ungkap Zohri.
Situasi berbeda
Kini situasinya berbeda. Zohri jauh lebih berpengalaman bersaing dengan pelari-pelari terbaik dunia dalam ajang besar. Dia pernah tampil di Olimpiade Tokyo 2020 pada Juli 2021 dan Kejuaraan Dunia dalam Ruangan 2022 di Belgrade, Serbia, pada 19 Maret.
Namun, kebugaran Zohri kini tidak sama dengan tiga tahun lalu. Dia mengalami cedera hamstring kanan seusai finis ketiga dengan waktu 6,58 detik dalam heat ketiga lari 60 meter Kejuaraan Dunia dalam Ruangan 2022. Cedera itu membuatnya mengundurkan diri dalam semifinal ajang tersebut.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelari pelatnas atletik Indonesia Lalu Muhammad Zohri (belakang kanan), Adith Rico (belakang kiri), Eko Rimbawan (depan kanan), dan Sudirman Hadi (depan kiri) seusai pendinginan di akhir berlatih fisik di ruang kebugaran Stadion Madya Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (5/7/2022).
Cedera itu belum pulih 100 persen saat Zohri berpartisipasi pada SEA Games Vietnam 2021 pada Mei. Hal itu menyebabkan performanya tidak optimal, yakni finis di posisi ketiga dengan waktu 10,73 detik pada heat kedua babak penyisihan 100 meter, dan finis keempat dengan 10,59 detik pada babak final.
Menurut Zohri, pemulihannya saat ini 90-95 persen. Dia tidak mau mematok target muluk dan memaksakan diri berlari secepat mungkin pada Kejuaraan Dunia 2022. Dia khawatir cedera itu semakin parah jika memaksakan diri.
Untuk kali ini, saya lebih realistis. Pengurus pun (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) tidak memberikan saya target. Saya pribadi hanya coba berlari sebaik mungkin.
”Proses pemulihannya agak lambat karena waktunya mepet. Sehabis Kejuaraan Dunia Indoor, dua bulan kemudian sudah ada SEA Games 2021. Selesai SEA Games, saya hanya ada waktu dua bulan sebelum tampil di Kejuaraan Dunia 2022. Andai ada waktu lebih panjang, misal setahun, pemulihannya pasti bisa lebih optimal,” ujar Zohri, yang menjadi anggota tim estafet Indonesia yang merebut perak estafet 4 x 100 meter Asian Games 2018.
Lagi pula, Zohri masih menyimpan mimpi untuk tampil lebih baik di Asian Games Huangzhou 2022, China, yang ditunda ke 2023, dan Olimpiade Paris 2024. ”Saya tidak ingin cedera ini berkepanjangan karena saya ingin tampil di Asian Games dan Olimpiade 2024. Mudah-mudahan, saya bisa lebih baik di dua kejuaraan tersebut,” kata Zohri, yang finis di posisi ketujuh (10,20 detik) pada laga final 100 meter Asian Games 2018 dan finis kelima (10,26 detik) pada heat keempat penyisihan Olimpiade Tokyo 2020.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Sprinter nasional Lalu Muhammad Zohri berlatih fisik diawasi asisten pelatih sprinter pelatnas Erwin Maspaitella di ruang kebugaran Stadion Madya Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (5/7/2022).
Dengarkan alarm diri
Mantan pelatih Zohri di pelatnas PB PASI Eni Nuraini menyampaikan pendapat serupa. Pelatih Atletik Terbaik Asia dari Asosiasi Atletik Asia pada 2019 itu menilai, Zohri harus bijaksana dalam mendengarkan alarm dari dirinya. Itu demi menjaga kariernya yang masih panjang.
”Saya dengar dari pelatih dan Zohri, cedera Zohri belum pulih. Untuk itu, saya harap Zohri tidak memaksakan diri di Kejuaraan Dunia 2022. Apalagi umur Zohri masih sangat muda. Kariernya masih panjang. Dia masih memiliki banyak kesempatan untuk meraih prestasi lebih baik di kejuaraan lain, seperti Asian Games dan Olimpiade ke depan,” pesan Eni.
Zohri dengan didampingin asisten pelatih sprinter pelatnas PB PASI Erwin Maspaitella direncanakan bertolak dari Indonesia ke Amerika Serikat pada 12 Juli untuk berlomba pada 15 Juli.
Berbeda dengan Kejuaraan Dunia 2019, saat Indonesia diwakili oleh Zohri dan pelompat jauh putri Maria Natalia Londa, di Eugene Indonesia hanya diwakili Zohri. Pada Kejuaraan Dunia 2019, Zohri mendapatkan tiket murni, sedangkan Maria melalui undangan (wildcard).
Pada Kejuaraan Dunia 2022, tidak ada atlet Indonesia yang lolos standar limit di nomor masing-masing. ”Hanya Zohri yang ikut (Kejuaraan Dunia 2022) untuk mengisi kuota karena tidak ada (wakil Indonesia) yang lolos kualifikasi,” jelas Sekretaris Umum PB PASI Tigor M Tanjung.