Tim Suriah menunjukkan negara mereka tidak ditakdirkan untuk perang. Mereka juga bisa berprestasi di bola basket meskipun dalam keterbatasan akibat perang.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Nyaris tidak terbayangkan sebelumnya, negara yang berkecamuk perang dalam 11 tahun terakhir mampu bersaing di Piala Asia FIBA. Negara itu bahkan memenangi laga terpenting untuk lolos menjadi 12 tim terbaik di Asia. Hal nyaris mustahil diubah jadi realitas oleh Suriah.
Timnas basket negara itu menang atas Kazakhstan, 77-67, dalam laga terakhir penyisihan Grup C di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (17/7/2022). Mereka mengejutkan lawannya itu yang lebih tinggi 15 posisi dalam peringkat dunia. Setelah memastikan kemenangan perdana di ajang Piala Asia 2022 itu, emosi para pemain dan pelatih Suriah pun tumpah.
”Saya ingin memberikan selamat kepada seluruh warga Suriah. Luar biasa bisa berada dan bertahan di turnamen ini. Kami bahkan masih tidak tahu bisa berangkat ke sini atau tidak, tiga hari sebelum turnamen,” ucap Pelatih Suriah Javier Juarez dengan suara bergetar saat konferensi pers.
Suriah terbelenggu perang saudara selama lebih dari satu dekade sejak 2011 silam. Perang itu berdampak besar pada kehidupan masyarakat. Hampir setengah juta orang tewas, separuh populasi mengungsi, dan berbagai infrastruktur pun luluh lantak. Perang di sana mulai mereda tahun ini, tetapi belum ada tanda itu bakal berakhir tuntas.
Di tengah kesulitan untuk berangkat dan selama persiapan, tim asuhan Juarez itu akhirnya tiba di Jakarta. Banyak yang mengira mereka hanya akan jadi tim ”penggembira” karena berada dalam satu grup dengan lawan-lawan yang lebih tangguh, yaitu Iran, Jepang, dan Kazakhstan.
Nyatanya, tim dengan peringkat terendah di grup, yaitu ke-83, itu menjadi salah satu dari 12 tim terbaik Piala Asia. Mereka lolos dari penyisihan grup dengan status peringkat ketiga. Mereka pun akan bertarung di playoff perempat final.
Kata Juarez, bertanding dengan persiapan seadanya dan harus meninggalkan keluarga dalam kondisi negara kurang kondusif tidaklah mudah. ”Beruntung, kami sudah melewati banyak kesulitan bersama. Kami pun melalui rintangan kali ini seperti satu keluarga,” ucap pelatih asal Spanyol itu.
Saya tidak pernah merasakan perjuangan ’spartan’ seperti itu selama ini. Mereka membuat bola basket lebih dari sekadar permainan.
Sebelum kemenangan atas Kazakhstan, nyaris tidak ada yang percaya Suriah bisa bangkit setelah menelan dua kekalahan beruntun di babak penyisihan grup. Bahkan, dua hari sebelumnya, mereka dipermalukan Jepang, 56-117.
Kekalahan itu memukul mental para pemain. ”Namun, saya yakin mereka akan bangkit setelah lagu kebangsaan dinyanyikan. Semua pemain tampak ingin melakukan segalanya dalam laga tadi. Saya tidak pernah merasakan perjuangan spartan seperti itu selama ini. Mereka membuat bola basket lebih dari sekadar permainan,” ujarnya.
Sempat tertinggal 16-26 pada kuarter pertama, Suriah membalikkan keadaan pada kuarter kedua. Mereka unggul 37-33 pada akhir paruh pertama. Dipimpin kapten Nadim Issa, yang mencetak 15 poin dan 4 asis, Suriah pun menjauh hingga akhir laga.
Padahal, diakui Issa, banyak yang mengkritik permainan mereka sebelum laga itu digelar. ”Mereka tidak tahu apa yang terjadi di Suriah. Kami baru mulai pulih dari perang besar, selalu mencoba untuk lebih baik. Kritik itu menyakitkan. Namun, hari ini kami membuktikan kepada banyak orang bahwa kami bisa bertarung hingga akhir,” ucap Issa.
Bagi Issa dan rekan-rekan, kemenangan atas Kazakhstan bermakna lebih besar, bukan sekadar olahraga basket. Mereka sadar, seluruh warga Suriah mendukung dari belakang. Hal itulah yang membuat para pemain Suriah enggan menyerah. Mereka ingin memberikan sesuatu untuk negaranya.
Mereka juga berperang habis-habisan di lapangan bola basket demi mengubah persepsi banyak orang tentang Suriah. Akibat perang, Suriah lebih sering diidentikkan dengan negara konflik. Seperti tidak ada hal positif dari negara itu.
”Ajang (Piala Asia) ini disaksikan banyak mata. Kami ingin menang karena ingin membuktikan negara ini punya sesuatu setelah perang. Dari bola basket, kami menunjukkan cara untuk bertahan,” ujar Issa.
Perjalanan Suriah di Piala Asia belum tuntas. Mereka akan menghadapi Selandia Baru dalam playoff, Selasa (19/7) malam. Apa pun hasilnya, mereka tetap akan pulang sebagai pahlawan negaranya.