Penantian panjang Citra Febrianti untuk mendapatkan medali perak Olimpiade London 2012 segera berakhir. Selama empat tahun tanpa kejelasan informasi, dia berjuang mengupayakan medali itu menjadi miliknya.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
KOMPAS/I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
Mantan lifter putri Indonesia, Citra Febrianti, memberikan keterangan pers terkait tanggal upacara penyerahan medali perak yang dia raih di Olimpiade London 2012, Rabu (6/7/2022). Upacara penyerahan, menurut rencana, dilangsungkan di Gelora Bung Karno pada 10 September 2022, bertepatan dengan peringatan Hari Olimpiade.
JAKARTA, KOMPAS — Citra Febrianti harus menunggu selama 10 tahun demi memastikan medali perak angkat besi kelas 53 kilogram putri Olimpiade London 2012 adalah miliknya. Penantian panjang itu berakhir dengan kejelasan tanggal penyerahan medali pada 10 September 2022, bersamaan dengan perayaan Hari Olimpiade.
Di Olimpiade London, lifter asal Lampung itu awalnya berada di posisi keempat dengan total angkatan 206 kilogram (kg). Citra berada di bawah Zulfiya Chinshanlo (Kazakhstan) dengan 226 kg, Hsu Shu-ching (Taiwan) 219 kg, dan Cristina Iovu (Moldova) 219 kg.
Namun, pada 2016, Komisi Disiplin Komite Olimpiade Internasional (IOC) lantas mendiskualifikasi peringkat pertama, Chinshanlo, dan peringkat ketiga, Iovu, lantaran terbukti memakai doping.
”Saya malah tahu (naik peringkat) itu dari Facebook. Ada teman yang mengucapkan selamat, katanya saya naik peringkat di Olimpiade London. Siapa yang percaya laga 2012 tiba-tiba 2016 dinyatakan saya dapat perak,” kata Citra, Rabu (6/7/2022), di Jakarta.
KOMPAS/I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
Komite Olimpiade Indonesia memperlihatkan medali perak angkat besi kelas 53 kilogram putri Olimpiade London 2012 yang sebelumnya menjadi milik lifter Taiwan, Hsu Shu-ching, Rabu (6/7/2022), di Jakarta. Medali itu kini menjadi milik mantan lifter Indonesia, Citra Febrianti, setelah dinyatakan naik peringkat akibat kasus doping yang menimpa lifter peraih emas dan perunggu
Citra mengatakan, sama sekali tidak ada perwakilan dari pemangku kepentingan terkait yang menghubunginya terkait hal tersebut. Sejak tahu dirinya dinyatakan naik peringkat, Citra memilih menunggu dan berdiam diri lantaran tidak paham prosedur penyerahan medali dan apresiasi berupa bonus.
Impitan ekonomi kemudian memaksa Citra berinisiatif mengejar hak-haknya. Pandemi Covid-19 membuat beban hidup keluarganya kian berat. Dalam kondisi suaminya yang belum kembali bekerja, Citra menumpukan harapan untuk menghidupi keluarganya dari prestasinya di Olimpiade London.
”Saya pikir bisa berharap dari Olimpiade. Siapa tahu dari itu saya ada modal biaya hidup. Akhirnya saya nekat mempertanyakan (medali dan apresiasi), tetapi tetap tidak ada berita sama sekali,” ujarnya.
Ia lantas aktif menghubungi Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Komite Olahraga Nasional Indonesia, hingga KOI. Citra pun harus bolak-balik Lampung-Jakarta untuk mencari informasi terkait kepastian realokasi medali untuknya.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Lifter nasional mengikuti latihan di pelatnas angkat besi PB PABBSI di Mako Marinir TNI AL, Jakarta, Senin (25/4/2022).
Setelah empat tahun berjuang, pengumuman resmi dari IOC terkait medali perak Citra muncul pada November 2020. Mereka memastikan Chinshanlo dan Iovu didiskualifikasi.
Proses banding yang panjang ditengarai membuat pengumuman resmi dari IOC memakan waktu cukup lama. Para atlet yang didiskualifikasi juga harus mengembalikan medali dan sertifikat yang mereka terima kepada IOC.
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah menyerahkan apresiasi kepada Citra atas raihan medali peraknya di London. Citra mendapat bonus senilai Rp 400 juta.
Setelah itu, IOC mengirimkan medali dan sertifikat yang dialihkan itu kepada atlet yang berhak. KOI menerima medali perak Citra pada Februari 2021. Namun,pandemi membuat medali itu urung diserahkan.
”Untuk memberikan medali itu ada mekanismenya. KOI harus bersurat kepada IOC terkait dengan proses penyerahan medali yang harus dihadiri anggota IOC di negara bersangkutan. Pemberian medalinya harus mengikuti Olympic Charter,” ujar Ketua KOI Raja Sapta Oktohari.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia Raja Sapta Oktohari saat memberikan keterangan dalam konferensi pers mengenai pencabutan sanksi WADA kepada LADI secara daring oleh Kemenpora, Jumat (4/2/2022).
Momentum peringatan Hari Olimpiade pada 10 September 2022 dinilai tepat untuk menggelar upacara penyerahan medali kepada Citra. Erick Thohir, Menteri Badan Usaha Milik Negara, yang juga berstatus anggota IOC, dipastikan hadir untuk memberikan medali.
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) telah menyerahkan apresiasi kepada Citra atas raihan medali peraknya di London. Citra mendapat bonus senilai Rp 400 juta. Jumlah itu sesuai dengan nominal bonus medali perak atlet dari pemerintah pada tahun 2012.
Kini, dengan bonus yang diterimanya, Citra berusaha untuk menghidupi keluarga, suami dan dua putrinya. Selain itu, ia juga berencana mengobati cedera tulang yang dialaminya sejak 2007. Cedera itulah yang juga mempercepat akhir kiprahnya di angkat besi. Citra menyatakan pensiun sebagai atlet setelah Asian Games Incheon 2014. Ia merasa tak sanggup lagi menahan cedera sembari tampil sebagai lifter.