Gabriel Jesus Merunut Jejak Idolanya, Thierry Henry
Gabriel Jesus membuka lembaran baru dalam kariernya bersama Arsenal. Ia punya modal besar demi menapaki jalan sebagai legenda baru "Si Meriam", seperti halnya idolanya, Thierry Henry.
Senyum merekah dari Manajer Arsenal Mikel Arteta terlihat dalam foto-foto dan video ketika ia memperkenalkan pemain baru timnya, Gabriel Jesus yang direkrut dari Manchester City. Pemain asal Brasil itu adalah rekrutan penyerang pertama Arteta sejak menangani “Si Meriam”, Desember 2019.
Tanpa ragu, Jesus menyatakan, Arsenal bukan tim yang asing bagi dirinya. Ketika tumbuh bermain sepak bola di jalanan daerah Jardim Peri, pinggiran kota Sao Paulo, Brasil, Jesus menjadikan legenda Arsenal, Thierry Henry, sebagai satu-satunya pemain non-Brasil yang dikaguminya.
Trik demi trik pemain asal Perancis itu kerap ditiru Jesus ketika masih kecil. Salah satu kemampuan Henry yang terus diasah dan mulai terlihat dimiliki Jesus di level profesional adalah tendangan melengkung dengan kaki dalam.
Baca juga : Mengapa Arsenal Butuh Gabriel Jesus?
Alhasil, ketika mengungkapkan keinginannya hijrah dari City, Mei lalu, Jesus menganggap Arsenal sebagai destinasi prioritasnya. Ia sangat menyukai iklim sepak bola Inggris, tetapi pemain berusia 25 tahun itu ingin memegang peran lebih besar jelang memasuki usia emas sebagai pesepak bola yang umumnya dimulai pada usia 27 tahun.
Di City, Jesus hanyalah ikan kecil di kolam besar yang dikelola manajer Pep Guardiola. Pemain didikan akademi Palmeiras itu kesulitan menembus tim utama City. Pada musim terakhirnya di Stadion Etihad, Jesus hanya 24 kali tampil sebagai pemain inti dari 50 laga City di Liga Inggris dan Liga Champions Eropa edisi 2021-2022.
Etos kerja tinggi
Selain itu, dalam 18 bulan terakhirnya membela “The Citizens”, peran Jesus pun telah berubah dari penyerang tengah, pelapis Sergio Aguerro, menjadi penyerang sayap. Etos kerja tinggi, pemahaman taktik menawan, dan gocekan lihai Jesus menjadi dasar bagi Guardiola menempatkan Jesus di posisi lebar lapangan.
Namun, setelah bergabung dengan Arsenal, Jesus berpeluang kembali menjadi poros utama di lini depan timnya. Setelah Pierre-Emerick Aubameyang dan Alexandre Lacazette keluar dari Stadion Emirates, Arteta hanya memiliki Eddie Nketiah sebagai penyerang tengah murni.
Saya mengenal Gabriel (Jesus) secara personal dengan sangat baik. Kami tahu dirinya dari penampilannya dan kesuksesan di Liga Primer. (Mikel Arteta)
Dengan kondisi itu, keputusan Arteta merekrut Jesus adalah demi menemukan sosok penyerang tengah yang didambakan juru taktik berusia 40 tahun itu. Arteta butuh penyerang tajam yang bisa menjadi penyelesai akhir dari kreasi gelandang-gelandang kreatif Arsenal, seperti Emile Smith Rowe, Bukayo Saka, dan pemain baru, Fabio Vieira.
“Posisi (penyerang tengah) ini telah berada dalam radar kami dalam waktu yang panjang dan kami akhirnya bisa mendapatkan pemain yang kami inginkan. Jadi, saya sangat senang,” ujar Arteta di situs resmi Arsenal, Senin (4/7/2022).
Merekrut Jesus dengan dana 45 juta poundsterling atau sekitar Rp 816,9 miliar tentu melegakan Arteta. Sejak tiba di Arsenal, pada musim panas 2019, ia telah mengintip peluang untuk mendatangkan sejumlah penyerang dari seantero Eropa, misalnya Tammy Abraham, Dusan Vlahovic, Dominic Calvert-Lewin, hingga Alexander Isak. Akan tetapi, usahanya itu bertepuk sebelah tangan.
Arteta telah mengenal baik Jesus sejak mereka berada di City. Ketika datang ke Inggris untuk membela City, Januari 2017, Arteta duduk sebagai asisten Guardiola. “Saya mengenal Gabriel (Jesus) secara personal dengan sangat baik. Kami tahu dirinya dari penampilannya dan kesuksesan di Liga Primer,” tutur Arteta.
Jesus pun mengakui kehadiran Arteta sebagai salah satu dasarnya menerima pinangan Arsenal. Ia mengungkapkan, Arteta salah satu sosok yang membantunya beradaptasi dengan sepak bola Inggris. “Saya percaya 100 persen kepada Mikel (Arteta). Saya memiliki waktu yang sangat bagus dengan Mikel sebelumnya. Ia pria dan pelatih yang sangat bagus,” ucap pemain pemegang nomor 9 di tim nasional Brasil itu.
Jalan serupa idola
Jesus datang ke Arsenal dengan situasi yang serupa dengan idolanya, Henry. Ketika tiba di Arsenal dari Juventus, Agustus 1999, Henry datang dengan penuh keraguan. Hal itu didasari performa buruk Henry di musim pertamanya membela Juventus.
Baca juga : Serpihan Skuad ”The Citizens” Diburu Para Pesaing
Selama bermain di Italia, Henry juga harus rela bermain di luar posisi murni sebagai penyerang tengah. Di bawah asuhan Marcelo Lippi dan Carlo Ancelotti ketika itu, Henry lebih sering bermain di posisi sayap.
Bersama Arsene Wenger, Henry kembali ke habitatnya sebagai penyerang tengah. Wenger mengenal baik Henry kala menangani AS Monako. Wenger memang hengkang dari Monako pada 1994 untuk menangani tim Liga Jepang, Nagayo Grampus Eight. Akan tetapi, dua tahun terakhirnya bersama Monako cukup membuatnya mengenal potensi besar Henry.
Di bawah kendali Wenger, Henry menjadi pemain berkelas dunia yang berperan besar dalam membentuk tim terbaik Arsenal dalam sejarah ketika menjalani musim 2003-2004 dengan tidak terkalahkan di Liga Inggris alias "The Invincibles". Secara total, ia adalah top scorer sepanjang masa Arsenal dengan torehan 228 gol.
Adapun Jesus tidak mempermasalahkan bermain di posisi mana pun selama tetap menjadi pemain utama. “Saya seorang pemain jalanan. Jadi, saya suka bermain di depan, berlari ke seluruh sisi lapangan, dan berjuang merebut bola untuk menyerang,” ucap Jesus yang mencetak 95 gol dari 236 laga bersama City pada periode Januari 2017 hingga Mei 2022.
Jesus juga akan dikeliling orang-orang yang telah mengenal potensinya. Selain Arteta, kepribadian dan kemampuan Jesus telah dipahami oleh Direktur Teknik Arsenal Edu. Jesus menjalani debut di tim senior Brasil pada September 2019. Kala itu, Edu menjabat sebagai Koordinator Umum Timnas Brasil yang bertanggung jawab memantau pemain-pemain Brasil di seluruh dunia untuk membela “Selecao”.
Bahasa yang sama
Tak hanya Arteta dan Edu, Jesus juga akan dikelilingi oleh rekan setim yang menggunakan bahasa pertama yang sama dengannya, yaitu Portugis. Meskipun telah berada di Inggris selama lima tahun, Jesus masih lebih senang berbicara di hadapan umum dengan bahasa pertamanya itu. Hal itu terlihat dalam video perkenalannya yang diunggah di media sosial Arsenal.
Pemain berbahasa Portugis amat dominan di Si Meriam pada musim 2022-2023. Selain Jesus, Arsenal merekrut pemain Portugal, Vieira, dan penyerang sayap muda Brasil, Marquinhos. Mereka akan menambah nuansa Portugis di dalam tubuh Arsenal bersama Gabriel, Nuno Tavares, Cedric Soares, dan Gabriel Martinelli.
Saya seorang pemain jalanan. Jadi, saya suka bermain di depan, berlari ke seluruh sisi lapangan, dan berjuang merebut bola untuk menyerang. (Gabriel Jesus)
Kehadiran tujuh pemain berbahasa Portugis itu bukan masalah bagi Arteta. Meskipun berasal dari Spanyol, Arteta menguasai bahasa Inggris, Perancis, dan Portugis. Untuk bahasa Spanyol, ia bahkan menguasai dialek Catalan dan Basque.
Dikelilingi kolega dengan bahasa yang sama pernah pula dirasakan Henry di musim debutnya bersama Arsenal. Selain Wenger yang berbahasa Perancis, Henry cepat beradaptasi di London berkat bantuan rekan satu bahasa, seperti Patrick Vieira, Emmanuel Petit, Gilles Grimandi, dan Nwankwo Kanu.
Dengan berbagai keuntungan itu, Jesus punya bekal untuk mengikuti jejak idolanya itu dan menjadi pemain favorit baru di Stadion Emirates. Bahkan, bukan mustahil, Jesus akan menjadi pemimpin baru Si Meriam di masa depan.
Baca juga : Manchester City Terus Memperkuat Diri
Namun, perkataan Henry dalam wawancaranya bersama The Guardian, Oktober 2004, perlu dipahami dengan baik oleh Jesus demi menyandang predikat sebagai legenda baru Arsenal. “Ketika tiba di Arsenal dan menjalani empat bulan sulit di Inggris, saya harus menemukan ulang insting mencetak gol untuk bereaksi otomatis di depan gawang. Saya seperti harus kembali ke sekolah dan belajar kembali segala hal tentang seni menyerang,” kata Henry.
Selamat berjuang, Jesus! Boa sorte, Jesus! (AFP)