Panitia Penyelenggara ASEAN Para Games 2022 terus mematangkan ajang olahraga disabilitas tersebut. Upacara pembukaan, penutupan, dan laga yang akan tersaji bisa ditonton gratis secara langsung di arena pertandingan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Panitia Penyelenggara ASEAN Para Games 2022 terus mematangkan persiapan gelaran tersebut. Upacara pembukaan, penutupan, dan laga dalam ajang olahraga bagi atlet disabilitas Asia Tenggara itu bisa ditonton gratis secara langsung di arena pertandingan. Namun, kepastian adanya penonton akan menyesuaikan kondisi terkait penyebaran Covid-19.
Hal itu terungkap seusai acara penandatanganan nota kesepahaman antara Panitia Penyelenggara ASEAN Para Games 2022 (Inaspoc) dan Federasi Para Sports ASEAN (APSF) di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (1/7/2022). Dalam kesempatan itu, kedua belah pihak sekaligus membahas sejauh mana kesiapan penyelenggaraan dan mencocokkan detail yang perlu dilengkapi sesegera mungkin dengan waktu persiapan tersisa kurang dari 30 hari.
”Tiket nanti akan free (gratis). Yang paling penting tetap mengenakan masker setiap gelaran. Harus terus dibiasakan. Opening ceremony, closing ceremony, dan pertandingan-pertandingan bisa disaksikan oleh warga,” kata Ketua Inaspoc Gibran Rakabuming Raka seusai acara tersebut.
Gibran optimistis gelaran tersebut bisa dihadiri secara langsung oleh penonton. Ini karena kondisi penularan Covid-19 di Kota Surakarta cukup terkendali. Angka penambahan kasus harian juga tak banyak. Hingga Kamis (30/6/2022), misalnya, tercatat kasus terkonfirmasi positif aktif hanya berjumlah 19 kasus. Apabila nantinya memang terjadi lonjakan kasus, pihaknya juga sudah menyiapkan sejumlah skenario pembatasan guna memitigasi penularan Covid-19 yang lebih luas.
Sekretaris Jenderal Inaspoc Rima Ferdianto mengatakan, ada atau tidaknya penonton yang hadir ke arena pertandingan akan sangat bergantung pada kondisi penularan Covid-19. Pembatasan kapasitas arena pertandingan wajib ditempuh guna menyikapi tingginya angka kasus Covid-19. Kebijakan itu diperlukan untuk juga melindungi para atlet yang akan bertanding.
”Jika kebijakan pembatasan penonton diberlakukan, kami akan membuat screening atau pembatasan sesuai aturan. Entah itu 50 persen, 70 persen, atau jika kasusnya memburuk, bisa jadi tanpa penonton sama sekali. Kebijakannya akan sangat dinamis,” kata Rima.
Tiket nanti akan free. Yang paling penting tetap mengenakan masker setiap gelaran.
Dari segi penyelenggaraan lomba, sistem gelembung diterapkan untuk mengantisipasi risiko penularan Covid-19. Para atlet akan ditempatkan di satu hotel yang sama berdasarkan cabang olahraga. Tes berkala juga bakal ditempuh setiap tiga hari sekali untuk memastikan para atlet tak tertular Covid-19. Selama berada di dalam gelembung, atlet tidak diperbolehkan keluar masuk seenaknya. Mereka hanya bisa pergi dari hotel ke arena pertandingan, begitu juga sebaliknya.
Sementara itu, pihak pendukung acara, seperti sukarelawan, panitia, sopir bus atlet, dan pegawai hotel, akan dites usap setiap hari. Tes itu diperlukan guna melindungi atlet yang berada di dalam gelembung dari ancaman penularan Covid-19, karena tim pendukung tidak tinggal di dalam satu gelembung yang sama. Mereka juga akan banyak berinteraksi dengan orang sehingga risiko tertular akan lebih tinggi.
Berdasarkan data Inaspoc, sejauh ini terdapat 1.283 atlet yang akan berlaga dalam ajang tersebut. Sebanyak 19 hotel dijadikan tempat gelembung dengan rincian 17 hotel di Kota Surakarta dan 2 hotel di Semarang. Adapun jumlah kontingen, termasuk atlet dan ofisial, diperkirakan mencapai 1.800-2.000 orang. Pengecekan ulang tengah dilakukan guna memastikan jumlah rombongan kontingen yang akan turut serta.
”Mudah-mudahan kasus tidak naik. Jadi, mereka (para atlet) juga bisa bermain ke mana-mana. Kepastian sistemnya akan ketat atau longgar masih sangat dinamis,” kata Rima.
Presiden APSF Osoth Bhavilai mengapresiasi langkah Indonesia yang bersedia kembali menjadi tuan rumah ASEAN Para Games, yang telah dua kali tertunda penyelenggaraannya. Padahal, para atlet disabilitas terus berlatih selama masa penundaan tersebut. Pihaknya sangat berharap agar ajang itu bisa sukses digelar.
”Para atlet sangat siap mengikuti ajang ini. Mereka sudah berlatih selama dua tahun. Mereka sangat antusias dengan diselenggarakannya kembali ajang ini. Karena sudah cukup lama ditunda, harapannya ini menjadi titik baru buat mereka bertanding di Kota Surakarta,” kata Bhavilai.