Panitia Penyelenggara ASEAN Para Games 2022, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, menyiapkan sistem gelembung ketat dalam penyelenggaraan ajang olahraga disabilitas tersebut. Langkah itu menyikapi ancaman ledakan Covid-19.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS – Panitia Penyelenggara ASEAN Para Games 2022 di Kota Surakarta, Jawa Tengah, menyiapkan sistem gelembung ketat dalam penyelenggaraan ajang olahraga disabilitas se-Asia Tenggara tersebut. Kebijakan itu diambil menyikapi potensi ancaman peningkatan kasus Covid-19. Tes usap berkala bakal dilakukan kepada segenap orang yang terlibat selama penyelenggaraan acara tersebut.
Sekretaris Jenderal Panitia Penyelenggara ASEAN Para Games 2022 Rima Ferdianto mengatakan, konsep gelembung dalam gelaran acara tersebut terus dimatangkan. Dengan adanya ancaman peningkatan kasus Covid-19, pihaknya juga menyiapkan skenario penerapan sistem gelembung ketat. Hendaknya sistem ini mampu efektif menghindarkan penularan Covid-19 pada para pesertanya.
“Kami siapkan sampai dengan bubble yang paling ketat. Di situ, atlet sama sekali tidak boleh ke mana-mana. Praktis, mereka hanya bergerak pulang dan pergi dari hotel ke venue (arena pertandingan). Begitu terus sebaliknya,” kata Rima, seusai rapat koordinasi, di Kompleks Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (30/6/2022).
Para pihak pendukung acara, seperti sukarelawan, sopir, petugas hotel, dan lain sebagainya harus menjalani tes usap setiap hari. Sebab, mereka tidak dikarantina bersama para atlet. Mereka juga akan berinteraksi dengan banyak orang selama penyelenggaraan acara. Untuk itu, tes usap perlu dilakukan setiap hari guna memastikan mereka tidak akan menularkan Covid-19 kepada atlet yang berada dalam gelembung.
Bagi para atlet, tutur Rima, tes usap berkala juga akan diterapkan. Mereka akan dites begitu pertama kali memasuki gelembung. Setelahnya, tes usap bakal diberlakukan setiap tiga hari sekali guna menjamin kondisi mereka benar-benar sehat.
Adapun pemisahan gelembung dibagi berdasarkan cabang olahraga yang diikuti oleh para atlet.
“Tesnya nanti berupa antigen. Kalau positif, tesnya akan dilanjutkan dengan PCR (polimerase reaksi berantai) dan karantina. Ada hotel untuk karantina khusus bagi yang positif dan kontak eratnya. Itu dipisah dari hotel-hotel yang mereka tempati,” kata Rima.
Menurut rencana, kata Rima, penonton tetap akan dihadirkan ke arena pertandingan. Hanya saja, kepastiannya akan menunggu kondisi penularan Covid-19 yang kelak terjadi di Kota Surakarta. Ia sangat berharap tidak terjadi lonjakan kasus signifikan sehingga ajang olahraga tersebut bisa diramaikan banyak penonton.
Ada prediksi kenaikan kasus. Protokol kesehatannya harus kuat. Saya berpesan agar pertandingan nanti ada satgas (satuan tugas) khusus yang mengingatkan soal protokol kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih mengungkapkan, ancaman Covid-19 belum hilang. Hal itu dibuktikan dengan penambahan kasus yang masih terjadi.
Untuk itu, pihaknya menginginkan agar protokol kesehatan ketat wajib diterapkan. Para panitia perlu dididik mengenai penerapan protokol kesehatan agar benar-benar menjaga penerapannya selama pelaksanaan lomba.
“Ada prediksi kenaikan kasus. Protokol kesehatannya harus kuat. Saya berpesan agar pertandingan nanti ada satgas (satuan tugas) khusus yang mengingatkan soal protokol kesehatan. Ini jadi tanggung jawab bersama,” kata Siti.
Untuk keperluan lomba, kata Siti, ada dua fasilitas kesehatan yang disiapkan sebagai rumah sakit rujukan, yakni Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewardi dan Rumah Sakit Ortopedi Dr Soeharso. Kedua rumah sakit itu dijadikan rujukan untuk persoalan cedera dan gawat darurat pada lomba yang berlangsung di Surakarta.