ASEAN Para Games 2022 yang akan digelar di Kota Surakarta, Jawa Tengah, Juli nanti, terapkan sistem gelembung. Penonton juga akan dihadirkan langsung dengan sejumlah ketentuan khusus.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Konsep penyelenggaraan ASEAN Para Games 2022 di Kota Surakarta, Jawa Tengah, terus dimatangkan oleh jajaran panitia. Sistem gelembung bakal diterapkan, mengingat pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya rampung. Penonton juga akan dihadirkan dalam laga meski ada sejumlah ketentuan khusus.
Hal itu terungkap seusai pertemuan antara Panitia Penyelenggara ASEAN Para Games 2022 dan perwakilan dari Kementerian Kesehatan, di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (21/6/2022). Sistem penyelenggaraan acara hingga kesiapan fasilitas layanan kesehatan pendukung perhelatan menjadi bahasan dalam pertemuan yang berlangsung selama lebih kurang dua jam tersebut.
”Nanti akan menggunakan sistem bubble (gelembung) per cabang olahraga. Itu akan lebih gampang penerapan protokol kesehatannya. Berbeda dengan awal perencanaan dulu yang sistem bubble-nya per negara peserta,” kata Ketua Panitia Penyelenggara ASEAN Para Games 2022 Gibran Rakabuming Raka seusai pertemuan tersebut.
Dalam sistem gelembung, jelas Gibran, para atlet dari satu cabang olahraga yang sama akan dikumpulkan di satu hotel. Saat memasuki hotel, mereka akan menjalani tes usap reaksi berantai polimerase (PCR) guna mengetahui kondisi kesehatan masing-masing. Tes tersebut akan dilakukan setiap tiga hari sekali untuk memastikan semua atlet benar-benar terbebas dari Covid-19.
Selama berada dalam gelembung, lanjut Gibran, para atlet tidak boleh keluar masuk hotel seenaknya. Aktivitas mereka hanya dibatasi di dalam hotel dan arena pertandingan. Interaksi juga hanya boleh dilakukan dengan orang yang berada dalam gelembung sesama. Pembatasan interaksi tersebut dianggap mampu mencegah terjadinya penularan Covid-19 selama kejuaraan berlangsung.
”Kami bikin sistem bubble ini juga untuk mengantisipasi jika nanti ada lonjakan Covid-19. Atlet ini tidak akan ke mana-mana selama berada dalam bubble-nya. Setelah masuk hotel, mereka akan di hotel terus. Aktivitas makan juga dilakukan di hotel,” kata Gibran yang juga tengah menjabat sebagai Wali Kota Surakarta.
Gibran menambahkan, hotel-hotel yang digunakan sebagai tempat karantina atlet merupakan hotel berbintang empat dan lima. Lokasi sebaran hotel berada di wilayah Kota Surakarta dan sekitarnya. Sebab, tidak semua arena pertandingan berada di Kota Surakarta. Ada beberapa laga yang akan digelar di Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar, dan Kota Semarang.
Mobilisasi atlet dan seluruh personel perlu diawasi dengan baik. Edukasi kesehatan untuk atlet dan seluruh personel juga sangat penting. (Ari Probandari)
Menurut rencana, kata Gibran, penonton juga diperbolehkan hadir langsung menyaksikan setiap laga. Para penonton juga sangat diharapkan menonton upacara pembukaan ataupun penutupan yang akan digelar di Stadion Manahan. Untuk sementara, kapasitas stadion dibatasi 50 persennya atau sekitar 10.000 orang.
”Namun, ini nanti bergantung pada kondisi penularan Covid-19 di Juli dan Agustus nanti. Mudah-mudahan tidak terjadi lonjakan. Saya ingin yang datang lebih banyak. Biar semuanya bisa menikmati gelaran ini,” kata Gibran.
Terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi untuk menyaksikan laga secara langsung di arena pertandingan. Salah satunya ialah penonton paling tidak sudah menerima dua kali vaksin Covid-19. Para penonton juga diwajibkan mengenakan masker selama berada di arena pertandingan.
Dihubungi terpisah, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Sebelas Maret, Ari Probandari, mengapresiasi keputusan panitia untuk menerapkan sistem gelembung. Sistem tersebut diyakini mampu mencegah terjadinya penularan Covid-19. Hanya saja, penerapannya harus diawasi ketat. Pengawasan juga perlu dilakukan dengan dihadirkannya penonton ke arena pertandingan.
”Mobilisasi atlet dan seluruh personel perlu diawasi dengan baik. Edukasi kesehatan untuk atlet dan seluruh personel juga sangat penting. Dengan dihadirkannya penonton, kontak penonton dan pemain harus dibatasi. Ini agar sistem gelembung berlaku efektif,” kata Ari.
Fasilitas kesehatan
Setelah berkoordinasi dengan panitia penyelenggara, Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia, Kementerian Kesehatan, Kartini Rustandi juga memastikan fasilitas layanan kesehatan pendukung gelaran benar-benar siap. Pengecekan juga dilakukan terhadap arena-arena pertandingan ataupun hotel yang dijadikan tempat karantina bagi para atlet.
”Semua rumah sakit kami siapkan dengan berbagai kebutuhan, terutama cedera-cedera yang berpotensi dialami para atlet. Lalu, karena ini para games, ada beberapa dokter spesialis saraf dan penyakit dalam yang harus kami siapkan,” kata Kartini.
Untuk menentukan rumah sakit rujukan, kata Kartini, aspek aksesibilitas menjadi yang terpenting. Hendaknya rumah sakit tidak berada pada jalan-jalan padat. Kepadatan lalu lintas akan menghambat penanganan gawat darurat selama berlangsungnya perhelatan tersebut.