APSF Pastikan Kesiapan Surakarta Jadi Tuan Rumah ASEAN Para Games 2022
APSF memastikan kesiapan Kota Surakarta, di Jawa Tengah, untuk menjadi tuan rumah ASEAN Para Games 2022. Pengalaman dari gelaran terakhir dijadikan bekal untuk mempersiapkan gelaran kali ini.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Federasi Para Sport ASEAN atau APSF memastikan kesiapan Kota Surakarta, Jawa Tengah, untuk menjadi tuan rumah ASEAN Para Games 2022. Pengalaman dari gelaran terakhir dijadikan bekal untuk mempersiapkan gelaran kali ini. Perbaikan venue diyakini rampung tepat waktu meski masa pengerjaannya cukup sempit.
”Pertemuan ini sangat penting. Kami ingin memastikan ajang ini (ASEAN Para Games 2022) bisa sukses diselenggarakan. Untuk itu, perlu dicek kembali kesiapan dari semua aspeknya,” kata Sekretaris Jenderal APSF Wandee Tosuwan, seusai pertemuan antara APSF, NPC Indonesia, dan Pemerintah Kota Surakarta, di Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Jumat (17/6/2022).
Itu merupakan kunjungan kedua dari APSF. Sejumlah delegasi negara peserta turut hadir bersama asosiasi tersebut. Para delegasi teknis akan mengecek area pertandingan yang akan digunakan pada laga nanti. Adapun APSF bakal membahas perihal protokol penyelenggaraan, penerapan aturan doping, keolahragaan, dan lain sebagainya.
Wandee mengapresiasi tekad dari Pemerintah Indonesia dan NPC Indonesia yang menawarkan diri menjadi tuan rumah. Dihadirkannya kembali gelaran tersebut sangat berarti bagi para atlet difabel. Sebab, sudah empat tahun, para atltet difabel absen dalam ajang olahraga antarnegara se-Asia Tenggara tersebut.
”Kami sangat berterima kasih dengan Presiden Joko Widodo dan Pak Senny Marbun (Ketua Umum NPC Indonesia). Kami acungi jempol dan apresiasi tinggi. Karena waktu persiapannya pendek, APSF akan memberikan dukungan lebih dalam gelaran kali ini,” kata Wandee.
Biasanya, kata Wandee, penyelenggara membutuhkan waktu setidaknya satu tahun untuk menyiapkan gelaran tersebut. Berbeda halnya dengan Indonesia yang hanya punya waktu persiapan sekitar lima atau enam bulan saja.
”Kami optimistis. Ditargetkan, semuanya sudah selesai dikerjakan pada 20 Juli. (Joni Hari)
Memang, sempitnya waktu persiapan menjadi tantangan. Namun, pihaknya meyakini, Indonesia bisa menggelar gelaran tersebut secara maksimal.
”Indonesia cukup berpengalaman menjadi tuan rumah event olahraga disabilitas. Saya lihat di sini semuanya bekerja keras. Saya yakin dan percaya. Ini kenapa saya hadir langsung dan bicara tatap muka dengan mereka (panitia),” kata Wandee.
Secara simultan
Pada 2011, Indonesia juga pernah menjadi tuan rumah ASEAN Para Games. Lokasinya berada di Kota Surakarta. Kota tersebut dipilih karena fasilitas umumnya ramah terhadap difabel. Untuk itu, kota tersebut kembali ditunjuk untuk ajang ASEAN Para Games 2022. Sejumlah arena pertandingan dinilai lebih siap dan tidak membutuhkan banyak perbaikan.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta Joni Hari Sumantri mengungkapkan optimismenya bahwa pengerjaan renovasi bakal rampung tepat waktu. Sebab, pembangunan dilakukan secara simultan. Kontraktor juga menunjukkan keseriusan agar renovasi bisa selesai sesuai dengan tenggatnya.
”Kami optimistis. Ditargetkan, semuanya sudah selesai dikerjakan pada 20 Juli. Dilihat dari progresnya, ini sudah lebih dari on track karena pengerjaannya simultan. Mana yang bisa dikerjakan lebih dulu akan dikerjakan,” kata Joni.
Sejumlah arena pertandingan yang sedang dalam pengerjaan, antara lain, Lapangan Tenis Manahan, Lapangan Kota Barat, Stadion Sriwedari, dan sebagainya. Renovasi mulai dari pengecatan ulang hingga melengkapi fasilitas pendukung bagi difabel. Fasilitas pendukung tersebut seperti ramp dan toilet ramah difabel.
Joni menjelaskan, sebagian pekerjaan dengan kategori ringan sudah hampir selesai. Adapun jenis pekerjaan yang masuk kategori ringan seperti pengecatan dan penambalan lapangan.
Hal tersebut dapat dilihat dari renovasi yang dilakukan di Lapangan Tenis Manahan. Untuk pekerjaan berat, kata dia, membutuhkan waktu lebih. Salah satu pekerjaan berat berupa pembuatan toilet baru yang ramah difabel.
”Misalnya, pembuatan toilet itu ada di Lapangan Kota Barat. Arena yang nanti digunakan untuk cabang olahraga panahan. Di sana, kan, perlu pembetonan, pemasangan keramik, dan lain-lain. Itu memang ada ukuran waktunya. Tidak bisa dicepat-cepatkan,” kata Joni.