Kesahajaan ditunjukkan bintang selancar dunia yang tampil dalam Seri Keenam Championship Tour Liga Selancar Dunia 2022 di Banyuwangi, Jawa Timur. Mereka sangat terbuka dan bersahabat dengan semua orang yang ditemuinya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Menyebut nama Filipe Toledo, John John Florence, dan Jack Robinson, besar kemungkinan mayoritas warga Indonesia tidak tahu siapa mereka. Padahal, kalau diibaratkan dengan Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, dan Neymar di sepak bola, atau Valentino Rossi, Dani Pedrosa, dan Marc Marquez di balap MotoGP, Toledo, Florence, dan Robinson selevel dengan mereka.
Toledo, Florence, dan Robinson yang kini berurutan berada di tiga besar klasemen sementara Championship Tour Liga Selancar Dunia (WSL) 2022 itu adalah pemburu ombak terbaik saat ini dan calon legenda di olahraganya. Mereka digandrungi dan pasti dikejar-kejar para penggemar di seantero planet ini.
Meski sangat populer di luar Indonesia, jiwa mereka sangat terbuka. Senyum ramah, menyapa orang-orang di jalan, meladeni wawancara, dan berfoto dengan warga lokal menjadi pemandangan sehari-hari selama mereka mengikuti Seri Keenam Championship Tour WSL 2022 di Pantai Plengkung atau G-Land, Banyuwangi, Jawa Timur, sejak hari pertama, Sabtu (28/5/2022) hingga Senin (30/5). Adapun perlombaan itu dijadwalkan berakhir Senin (6/6).
Florence, misalnya. Seusai menjalani lomba babak pembuka yang melelahkan di tengah cuaca terik bersuhu sekitar 40 derajat celsius, Sabtu, peselancar asal Hawaii itu tetap menyiapkan energi cadangan untuk memberikan suasana adem dan nyaman kepada orang-orang di sekitarnya. Malah, sehabis wawancara dengan awak media, dia langsung mendekat dan meladeni foto bersama belasan warga.
Ketika tampak sudah beres dan panitia mengarahkan menuju ke tempat istirahat, peselancar berusia 29 tahun itu masih mau berhenti tatkala ada lagi warga yang memanggil dan minta swafoto. Peselancar juara dunia WSL 2016 dan 2017 itu tak segan ikut berpose mengacungkan jempol dan melepas senyum lebar saat warga ingin swafoto dengan gaya narsis.
Peselancar asal Kosta Rika, Brisa Hennessy, mengatakan, itu sikap alami dari peselancar, terutama kepada para fans. Tidak ada yang memaksa atau mengarahkan mereka. Semuanya terjadi secara natural. Sebab, fans adalah bagian penting dalam kompetisi. Mereka hadir di belakang layar untuk memberikan semangat. Kadang di masa sulit, mereka pula yang memberikan energi positif.
Kami sangat menghargai orang-orang yang mendukung kami di seluruh dunia. Itu membuat kami merasa seperti di rumah. Jadi, saya pikir sangat penting untuk bersikap ramah dengan semua orang.
”Kami sangat menghargai orang-orang yang mendukung kami di seluruh dunia. Itu membuat kami merasa seperti di rumah. Jadi, saya pikir sangat penting untuk bersikap ramah dengan semua orang. Untuk saya pribadi, Anda bisa menjadi peselancar yang baik jika Anda bisa menghargai orang lain,” ujarnya saat ditemui, Senin (30/5).
Sikap bersahabat kian muncul karena warga amat antusias menyambut dan mendukung para peselancar. ”Saya lihat warga di sini sangat bersemangat menyaksikan lomba dan bertemu kami. Itu membuat kami bangga dan nyaman berada di Indonesia,” ujar Brisa yang berada di urutan pertama klasemen sementara kategori putri Championship Tour WSL 2022.
Kompetisi bergengsi
Dilihat sepintas, interaksi semacam itu normal antara warga lokal dan turis asing. Namun, ketika tahu siapa Florence, Brisa, atau para peserta lainnya dan paham gengsi kompetisi yang mereka ikuti, barulah interaksi itu menjadi luar biasa.
Para peselancar itu sedang berpartisipasi dalam Championship Tour WSL. Berdasarkan laman WSL, Championship Tour merupakan kompetisi selancar paling bergengsi di dunia yang mulai diselenggarakan pada 1976. Secara keseluruhan, WSL menyelenggarakan sedikitnya enam kejuaraan, yakni mulai dari Big Wave Tour, Junior Championship, Longboard Championship, Qualifying Series, Challenger Series, sampai yang tertinggi Championship Tour.
Untuk bisa berpartisipasi dalam Championship Tour WSL, peselancar harus meniti karier dan menjadi salah satu yang terbaik di masing-masing regional Qualifying Series. Nantinya, mereka bisa promosi ke Challenger Series. Kalau menembus 10 besar Challenger Series, mereka bisa naik jenjang ke Championship Tour.
Tingkat persaingannya tidak ”kaleng-kaleng”. Setidaknya, ada 105 peselancar di kategori putra Challenger Series. Mereka bersaing untuk menggantikan posisi sejumlah peselancar dari 32 peselancar yang berhak berada di Championship Tour. Butuh waktu paling singkat tiga tahun untuk peselancar bisa tampil dari Qualifying Series ke Championship Tour.
Tak heran, berada di Championship Tour menjadi impian semua peselancar. Itu ibarat pesepak bola yang mengidam-idamkan bermain di Piala Dunia atau pebalap yang ingin tampil di MotoGP. ”Mengambil bagian di Championship Tour merupakan impian semua peselancar dan itu tidak mudah karena Anda mesti bersaing dengan banyak orang di seluruh dunia. Sebab, itu ajang tertinggi yang bisa diikuti oleh peselancar, menjadi puncak karier dari peselancar,” tutur peselancar asal Amerika Serikat (AS), Griffin Colapinto, Senin.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengklaim WSL memiliki engagement (keterikatan) media sosial terbesar ketiga di dunia setelah liga bola basket AS (NBA) dan liga sepak bola AS (NFL), serta jauh di atas MotoGP di urutan kesembilan. Maka itu, mereka mengambil kesempatan membawa Championship Tour ke G-Land sejak 2019 dan bakal dilangsungkan pada 2020 sebelum tertunda ke 2022 karena pandemi Covid-19.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PB PSOI) Tipi Jabrik menyampaikan, kesahajaan para peselancar itu tidak lepas karena dasar hidup mereka yang dekat dengan alam. Pada dasarnya, orang-orang yang hidup dan menghargai alam punya sikap yang lebih terbuka dan bersahabat.
”Selain itu, boleh jadi karena mereka berada di lingkungan olahraga yang popularitasnya tidak terlalu tinggi seperti sepak bola yang secara tidak langsung menyebabkan mereka perlu menjaga jarak dengan warga atau tidak bisa terlalu dekat dengan masyarakat umum,” katanya.
Terlepas dari itu, sikap kesahajaan amat penting untuk menyosialisasikan selancar ke masyarakat yang belum kenal olahraga yang mulai berkembang di AS awal abad ke-20 tersebut, khususnya di Indonesia.
”Sejatinya, selancar ini sangat berpotensi berkembang di Indonesia karena memiliki banyak garis pantai berombak bagus. Itu bisa menjadi alat promosi ataupun mengembangkan wisata olahraga di Indonesia,” tuturnya.