Berbekal 14 pemain, tim Indonesia U-23 berhasil meraih perunggu usai menang adul penalti atas Malaysia. Skuad Garuda Muda menunjukkan mental baja di tengah keterbatasan pemain dan kelelahan fisik sepanjang laga.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Mental baja ditunjukkan oleh tim nasional sepak bola Indonesia U-23 saat menghadapi Malaysia U-23 dalam perebutan perunggu sepak bola SEA Games Vietnam 2021 di Stadion Nasional My Dinh, Hanoi, Minggu (22/5/2022). Berbekal 14 pemain, skuad Garuda Muda mampu memberikan perlawanan ketat dan berhasil merebut perunggu melalui drama adu penalti 4-3 usai laga normal berlangsung imbang 1-1.
”Ini pertandingan yang sulit dan beruntung kami bisa meraih perunggu. Betapa tidak, kami hanya memiliki 14 pemain, 11 yang bermain, dua cadangan, dan satu kiper cadangan. Ini pertama kalinya saya mengalami situasi seperti ini. Pemain sangat terbatas, tetapi harus menjalani laga penentuan. Maka itu, saya berterima kasih kepada pemain, mereka sudah bekerja sangat keras hari ini,” ujar pelatih Indonesia U-23 Shin Tae-yong dalam konferensi pers.
Jelang menghadapi Malaysia, Indonesia kehilangan enam pemain. Pasalnya, bek Elkan Baggott yang bermain di klub Inggris Ipswich Town U-23 urung membela timnas. Bek Rachmat Irianto, bek sayap kiri Firza Andika, dan gelandang Ricky Kambuaya dalam masa sanksi kartu merah. Gelandang Syahrian Abimanyu dan penyerang Egy Maulana Vikri mengalami cedera.
Jadinya, cuma 14 pemain yang tersisa untuk melawan Harimau Malaya Muda. Ketika laga berlangsung, Shin Tae-yong mencadangkan kiper Muhammad Adisatryo, bek Ilham Rio Fahmi, dan penyerang Muhammad Ridwan. Tak pelak, sebelas pemain inti berada di bawah bayang-bayang kelelahan karena nyaris tidak ada penggantinya.
Karena kondisi itu, Indonesia coba langsung menyerang untuk mencuri gol cepat. Strategi itu berjalan cukup baik. Belum lima menit babak pertama berlangsung, Indonesia sudah mendapatkan tiga peluang emas, yakni dari sepakan keras penyerang Ronaldo Kwateh, tendangan pemain sayap Saddil Ramdani, dan penyerang Witan Sulaeman.
Sayangnya, peluang Ronaldo dan Witan masih bisa ditepis penjaga gawang Malaysia Muhammad Rahadiazli. Sedangkan peluang Saddil melebar tipis di sisi kanan gawang lawan. Malaysia tampaknya paham dengan situasi sulit Indonesia. Maka itu, mereka coba bersabar dengan bermain bertahan. Garis pertahanan Malaysia yang rendah terbukti jitu meredam serangan sporadis punggawa Indonesia.
Perubahan Malaysia
Memasuki babak kedua, Malaysia melakukan tiga pergantian pemain. Mereka ternyata coba mengubah gaya permainan untuk lebih menyerang. Taktik itu ampuh merepotkan pertahanan Indonesia. Beruntung, di tengah gempuran Malaysia, Indonesia justru bisa mencuri gol melalui tendangan keras Ronaldo di menit ke-69. Namun, Malaysia tidak tinggal diam, mereka sukses membalas lewat sepakan keras penyerang Muhammad Hadi Fayadh di menit ke-81.
Skor 1-1 bertahan sampai wasit meniup pluit panjang tanda laga berakhir. Akan tetapi, laga tidak dilanjutkan ke babak tambahan melainkan langsung ke adu penalti. Pada babak tos-tosan itu, dua pemain Malaysia gagal menyarangkan bola ke gawang, yakni Hadi Fayyadh (penendang pertama) dan penyerang Luqman Hakim (ketiga). Sebaliknya, Indonesia cuma sekali gagal, yakni bek sayap kanan Asnawi Mangkualam (penendang pertama). Adapun Malaysia mendapatkan kesempatan menendang lebih dahulu.
Ini pertama kalinya saya mengalami situasi seperti ini. Pemain sangat terbatas, tetapi harus menjalani laga penentuan. (Shin Tae-yong)
”Ini hasil terbaik yang bisa kita dapat. Materi pemain kita melawan Malaysia pas-pasan, tetapi bisa dilihat, semangat juang pemain luar biasa. Fisik mereka sangat terkuras. Bahkan, Dewangga (bek Alfeandra Dewangga) ditarik keluar karena cedera, tetapi itu tidak mengendurkan semangat pemain lain untuk terus bermain spartan,” terang Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan di laman resmi PSSI.
Pelatih Malaysia U-23 Brad Maloney menilai penyelesaian akhir para pemainnya kurang memuaskan. Di sisi lain, bek banyak melakukan kesalahan. Para pemain bertahan lambat dalam mengantisipasi pergerakan cepat pemain Indonesia. ”Kami kecewa dengan hasil ini. Tim mesti dievaluasi, membentuk kelompok yang lebih baik,” jelasnya.
Muncul bakat baru
Dari SEA Games 2021, Indonesia U-23 turut mengorbitkan sejumlah bakat baru. Pemain belia yang bermain cukup menonjol, antara lain gelandang Marselino Ferdinan yang mencetak satu gol dari lima laga dan Ronaldo yang membukukan satu gol dari lima laga sepanjang kejuaraan.
Kedua pemain sama-sama masih berusia 17 tahun. Namun, mereka menunjukkan mental yang cukup apik dan skill di atas rata-rata. Mereka tidak canggung bermain di ajang multi cabang perdananya dan mengeluarkan skill individu atraktif.
Shin Tae-yong memberikan perhatian tersendiri kepada kedua pemain itu. Pelatih asal Korea Selatan itu berharap, keduanya berani mencoba berkarier ke luar negeri, seperti ke Liga Thailand, Liga Jepang, atau Liga Korea Selatan mengikuti beberapa seniornya. ”Mereka perlu bermain di luar negeri atau di liga yang lebih baik. Itu penting untuk perkembangan mereka dan bisa membantu perkembangan timnas ke depan,” kata Shin Tae-yong.
Selepas dari ingar-bingar SEA Games 2021, lanjut Shin Tae-yong, sebagian besar pemain akan melanjutkan tugas membela timnas senior menjalani kualifikasi Piala Asia 2023 di Kuwait, 8-14 Juni mendatang. Sebelum bertolak ke Kuwait, Indonesia pun direncanakan menghadapi Bangladesh dalam FIFA match day di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/6).
”Untuk kualifikasi Piala Asia 2023 dan Piala AFF (akhir tahun ini), komposisi pemain Indonesia hampir sama dengan yang ada di U-23 ini. Untuk itu, pemain-pemain yang ada sekarang akan diistirahatkan sebentar sebelum bergabung dengan pemusatan latihan,” ungkap Shin Tae-yong.
Sementara itu, Vietnam berhasil mempertahankan emas SEA Games Filipina usai menaklukan Thailand 1-0 dalam final, Minggu malam. Gol tunggal tim Negeri Paman Ho dilesatkan melalui tandukan penyerang Nham Manh Dung di menit ke-83. Secara keseluruhan,
Itu emas kedua Vietnam sejak SEA Games pertama digelar, dulu bernama South East Asia Peninsular (SEAP) Games, di Thailand pada 1959. Prestasi mereka terus mencuat pasca meraih perak SEA Games Chiang Mai, Thailand 1995. Pelan tapi pasti, mereka terus menempel Thailand dan puncaknya bisa menggusur dominasi Thailand pada 2019.
Dari kategori individu, Witan dan Egy turut menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang gelaran kali ini. Mereka masing-masing mengoleksi tiga gol. Jumlah gol yang sama juga dicetak oleh lima pemain lainnya, yakni Hadi Fayyad, Lukman Hakim, penyerang Myanmar Win Naing Tun, penyerang Filipina Jovin Bedic, dan penyerang Thailand Patrik Gustavsson.