Odekta Elvina Naibaho gagal mempersembahkan emas di SEA Games Filipina 2019 karena beberapa kesalahan. Belajar dari kesalahan itu, pada SEA Games Vietnam 2021 kali ini Odekta merebut kembali emas miliknya yang hilang
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
HANOI, KOMPAS - Pelari marathon putri Indonesia, Odekta Elvina Naibaho, menjuarai nomor lari marathon SEA Games Vietnam 2021 di Stadion My Dinh, Hanoi, Kamis (19/5/2022) pagi. Momen ini adalah penebusan kesalahan bagi Odekta yang nyaris meraih emas marathon di SEA Games Filipina 2019. Belajar dari kesalahan tiga tahun lalu, Odekta menyusun strategi baru. Emas yang sempat hilang dari genggamannya kini telah kembali.
Odekta mencapai garis finish dengan catatan waktu 2 jam 55 menit 27 detik. Ia mengungguli para pesaingnya seperti Christine Hallasgo dari Filipina yang finis di peringkat kedua dengan catatan waktu 2 jam 56 menit 6 detik. Peringkat ketiga ditempati pelari tuan rumah Vietnam, Hoang Thi Ngoc, yang mencatatkan waktu 2 jam 57 menit 34 detik.
Pada SEA Games Filipina 2019, Odekta yang sudah memimpin lomba justru terjatuh 600 meter menjelang garis finis. Emas marathon kemudian direbut Hallasgo.
Menurut Odekta, di Filipina ia melakukan kesalahan karena tidak sabar dan ambisius. Padahal dalam lari marathon, pelari yang finis pertama bukan dia yang mampu berlari kencang, melainkan pelari yang mempunyai keterampilan membaca perlombaan. Sekarang, Odekta mengaku sudah mempelajari dan mengetahui lawan beserta kemampuannya masing-masing.
"Kali ini saya ingin memperbaiki kesalahan dulu. Setelah gagal dapat emas, ini adalah saat-saat 'penebusan dosa' saya," katanya.
Saat berlari, Odekta hampir menderita kram karena agak sedikit terpancing dengan ritme lari lawannya. Beruntung dia bisa mengendalikan diri sehingga mampu melanjutkan lomba tanpa cedera. Odekta kemudian tidak terpancing pace lawan-lawannya. Dia sengaja sedikit mundur dan menahan emosi juga ambisi. Ia tidak mau mengulangi kesalahan di Filipina.
Beban berat dan tekanan besar harus meraih emas juga sedikit mempengaruhi mental Odekta. Hingga hari terakhir perlombaan atletik, kontingen Indonesia baru mengumpulkan satu emas yang disumbangkan atlet tolak peluru putri Eki Febri Ekawati. Padahal, Indonesia menargetkan bisa meraih delapan medali emas di atletik. Target tersebut lebih tinggi dari raihan lima emas di SEA Games Filipina.
"Tekanannya cukup besar di saya. Karena dari kemarin teman-teman baru meraih satu emas," ucap juara Borobudur marathon 2021 tersebut.
Tekanannya cukup besar di saya. Karena dari kemarin teman-teman baru meraih satu emas. (Odekta Naibaho)
Belum puas
Meski mampu mempersembahkan medali emas kedua di cabang atletik, Odekta mengaku kurang puas dengan catatan waktu yang dia raih kali ini. Menurut Odekta, catatan waktunya belum lebih baik dibandingkan dengan yang dia catatkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021, yaitu 2 jam 48 menit 46 detik.
Medan lintasan di Kota Hanoi cukup menyulitkan Odekta. Dengan kelembaban yang cukup tinggi, Odekta kewalahan saat mencapai garis finis. Ia terlihat berjalan dengan dibantu fisioterapis dari tim atletik Indonesia. Beberapa kali Odekta tampak mual dan berjalan gontai.
"Medannya rata, tetapi tikungannya lumayan (menyulitkan)," katanya.
Di nomor marathon putra, Indonesia meraih satu perak yang disumbangkan Agus Prayogo. Agus finis dengan catatan waktu 2 jam 25 menit 38 detik. Catatan waktu itu lebih baik dibandingkan saat meraih emas di SEA Games Filipina 2019. Saat itu, Agus mencatatkan waktu 2 jam 26 menit 48 detik.
Agus cukup puas dengan catatan waktunya yang lebih baik dibandingkan edisi SEA Games sebelumnya. Hanya saja, dia gagal mempertahankan emas karena pelari tuan rumah jauh lebih siap. "Sebenarnya saya mewaspadai pelari Thailand karena dia pada catatan waktu terbaru bisa finis dengan waktu 2 jam 20 menit. Ternyata yang tidak saya prediksi pelari baru dari Vietnam bisa juara," katanya.
Secara terpisah, Manajer Tim Atletik Indonesia, Aulia Ibrahim Elyas, menyampaikan, pelari-pelari Vietnam dan Thailand menunjukkan perkembangan pesat selama pandemi. Itu didorong oleh banyaknya ajang-ajang lomba lari di tingkat lokal. Adapun Indonesia belum banyak menggelar perlombaan lari di dalam negeri selama pandemi.
Selain Agus dan Odekta, sumbangan medali untuk Indonesia di hari terakhir atletik juga datang dari Hendra Yap yang berlomba di nomor jalan cepat 20 kilometer putra. Hendro finis di peringkat kedua dengan catatan waktu 1 jam 35 menit 21 detik.
Hendro kalah cepat dibandingkan wakil Vietnam Vo Xuan Vinh dengan catatan waktu 1 jam 32 menit 32 detik. Akan tetapi, dia unggul dari wakil Vietnam lainnya, Nguyen Thanh Ngun di peringkat ketiga yang mencatatkan waktu 1 jam 37 menit 43 detik.