Taklukkan Trauma dan Keraguan, Nandhira Mauriskha ”Mencuri” Medali Wushu
Nandhira melewati tujuh tahun penuh perjuangan untuk bisa tampil di SEA Games. Dia bangkit dari belenggu cedera dan menjadi pewushu Indonesia paling bersinar pada hari pertama wushu di SEA Games Vietnam 2021.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
HANOI, KOMPAS — Sempat tujuh tahun menghilang dari persaingan, atlet wushu Indonesia, Nandhira Mauriskha (23), kembali tampil di SEA Games dengan raihan medali perak di Vietnam. Selama jeda itu, ia berjuang melewati masa gelap penuh ragu dan derita akibat cedera lutut. Namun, didasari kecintaan besar atas wushu, ia membuktikan dirinya masih ada dan bertambah kuat.
Nandhira masih mengingat debutnya di SEA Games Singapura 2015. Atlet yang saat itu masih belia dan polos tersebut belum bisa menyumbang medali. Setelah debutnya itu, dia selalu ingin kembali ke SEA Games. Akan tetapi, mimpinya itu runtuh akibat cedera lutut yang membuatnya harus dioperasi pada 2016.
Enam tahun setelah operasi, Jumat (13/5/2022), Nandhira menebus mimpinya di Cau Giay Gymnasium, Hanoi, Vietnam. Dia menyumbang perak pertama untuk tim wushu Indonesia dari nomor koreografi jurus jianshu (pedang). Dia ”mencuri” medali di tengah kepungan wakil tuan rumah, Duong Thuy Vi (emas) dan Dang Tieu Binh (perunggu).
”Rasanya seperti baru mulai lagi (berkompetisi) karena vakumnya sudah lama banget. Jadi, tadi sempat tegang. Namun, aku puas dengan hasilnya karena kan diapit tuan rumah. Aku masih ingin dapat emas di sini. Besok (tampil) di tombak dan tangan kosong,” ucap adik mantan pewushu nasional, Achmad Hulaefi, ini.
Dengan wajah tegas, saat tampil, Nandhira mengayunkan pedang bertempo acak. Terkadang membabi buta, sesekali pula melambai anggun. Ayunan pedang itu mengikuti irama tubuhnya yang kadang bergerak akrobatik dan tak jarang seperti sedang menari.
Mengenakan kostum merah muda dan gradasi kuning, dia bagai pendekar pedang yang jatuh dari kayangan. Para penonton terkagum-kagum, begitu juga para juri. Dia pun mendapat nilai 9,67, hanya kalah 0,03 dari Duong yang merupakan dua kali juara dunia.
Kesuksesannya itu bak gunung es. Sebelum tampil, ada keraguan dalam dirinya. Nandhira masih trauma dengan rasa sakit di lutut yang nyaris membuatnya pensiun muda.
”Kemarin, pas coba lapangan, di depan aku ada yang kena (cedera) lutut. Orang Vietnam. Uhh. Aku langsung ke belakang, tidak berani melihat, sampai gemetaran. Aku masih trauma dengan cedera,” ucap peraih emas nomor tangan kosong PON Papua 2021 itu.
Mengalami horor
Cedera lutut yang diderita Nandhira adalah robek ligamen dan meniskus. Dia tidak pernah bisa sembuh total dari cedera horor untuk para atlet tersebut. Katanya, otot itu akan mengecil dan jadi lemas jika dia tidak berlatih tiga hari. Kalau seminggu tidak berlatih, rasa sakit akan menggerogoti lagi ketika mulai berlatih.
Namun, Nandhira sama sekali tidak terlihat khawatir dengan lututnya ketika tampil di atas matras. Dia berkali-kali menjadikan lutut kirinya tumpuan gerakan akrobatik. Dia seolah-olah menikmati momen setiap kali lututnya terguncang keras saat membentuk posisi kuda-kuda.Semua ketakutan itu luntur akibat kecintaan besarnya terhadap wushu. Dia sudah melewati masa sulit selama 7 tahun terakhir, termasuk godaan untuk pensiun dini.
Kesuksesannya itu bak gunung es. Sebelum tampil, ada keraguan dalam dirinya. Nandhira masih trauma dengan rasa sakit di lutut yang nyaris membuatnya pensiun muda.
Sempat vakum setahun lebih, hingga 2017, Nandhira batal memutuskan pensiun. Hatinya terikat dengan wushu. ”Aku sudah latihan dari (kelas) 6 SD (sekolah dasar). Saat tidak latihan, jadi seperti ada yang kurang,” tambahnya.
Menurut Iwan Kwok, manajer tim wushu Indonesia, pencapaian Nandhira melampaui ekspektasi. Dia menjadi sosok paling bersinar di antara veteran lain, seperti Edgar Xavier Marvelo dan Harris Horatius, yang gagal membawa pulang medali akibat tampil di bawah standar mereka.
Penerus Edgar
Kejutan juga datang dari atlet muda, Seraf Naro Siregar (20). Tidak ditargetkan medali, ia justru meraih perunggu di nomor changquan (tangan kosong) dengan nilai 9,69. Naro hanya terpaut 0,01 poin dari peraih perak dan emas. Dia meraih medali ketika seniornya, Edgar, harus puas berada di peringkat ke-7.
Naro tampil tenang dan fokus. Dia mencuri perhatian ketika memamerkan jurus yang seperti sedang jongkok dengan satu kaki. Dia bisa turun dari posisi berdiri hingga nyaris jongkok tanpa goyah sedikit pun. Kemudian, Naro bertahan di posisi itu selama 5 detik. Saat dia mematung, putaran waktu di Cau Giay Gymnasium seolah-olah berhenti.
Kata Naro, dia bisa menikmati penampilan saat ini ketimbang ketika debutnya di Filipina 2019. Dia tidak mampu meraih medali di nomor individu kala itu. ”Lebih santai saja. Masih ada grogi, tetapi bisa teratasi saat sudah tampil,” ucapnya soal rahasia penampilannya, kemarin.
Penampilan hebat itu mengejutkan dirinya sendiri ataupun Novi, pelatih kepala tim wushu Indonesia. Setelah nilainya keluar di papan skor, Naro langsung berlari ke arah belakang matras. Dia memeluk Novi dengan erat selama hampir 10 detik.
”Tadi, sudah nampilin sebisanya. Naro tidak ada kepikiran ambil medali. Hanya ingin berikan yang terbaik untuk Indonesia. Karena sudah menampilkan yang terbaik, jadi langsung meluk Kak Novi,” ucap Naro yang baru pertama kali meraih medali individu di SEA Games.