Jonatan Christie kalah pada final turnamen Korea Terbuka meski tinggal membutuhkan dua poin lagi untuk juara. Indonesia gagal membawa gelar juara setelah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, juga, kalah.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Suncheon, Minggu - Harus bisa menjaga fokus dan momentum bukanlah prinsip omong kosong yang harus dipegang seorang atlet selama pertandingan belum selesai. Kehilangan fokus sepersekian detik bisa memupus peluang juara yang sudah ada di depan mata.
Momen menyesakkan itu dialami Jonatan Christie ketika tinggal membutuhkan dua poin untuk menjuarai Korea Terbuka BWF World Tour Super 500, yang seharusnya bisa menjadi gelar turnamen individu tertinggi dalam kariernya. Jonatan, yang berperingkat kedelapan dunia dan menjadi unggulan ketiga, menjadi favorit juara dibandingkan lawannya, Weng Hong Yang (China), dalam final di Stadion Palma, Suncheon Korea Selatan, Minggu (10/4/2022).
Setelah memenangi gim pertama dengan mudah, Jonatan tinggal membutuhkan dua poin, saat unggul 19-16 pada gim kedua, untuk mewujudkan target yang telah lama dipendamnya. Target itu adalah menjuarai turnamen BWF World Tour berlevel Super 500 ke atas. BWF World Tour, struktur turnamen yang digunakan sejak 2018, terdiri atas level Super 300, 500, 750, hingga yang tertinggi Super 1000.
Jonatan telah memiliki tiga gelar juara, tetapi ketiganya berasal dari level 300, yaitu Selandia Baru dan Australia Terbuka 2019, serta Swiss Terbuka 2022 yang berlangsung dua pekan lalu.
Berhadapan dengan Weng, yang tampil di Korea Terbuka setelah unggulan ketujuh, Rasmus Gemke (Denmark), mengundurkan diri, Jonatan tampil dengan baik sejak awal laga. Dia mengontrol hampir setiap perebutan poin dengan cara mengatur irama permainan, lalu menanti saat yang tepat untuk mendapat poin.
Weng memberikan perlawanan lebih baik pada gim kedua, tetapi Jonatan masih lebih unggul, termasuk saat mengantisipasi permainan net. Namun, strateginya berubah ketika unggul 19-16. Jonatan mengambil risiko untuk bisa menambah poin dengan cepat, apalagi ketika kok dari lawan melambung di atas net.
Jonatan pun memanfaatkan posisi yang dikenal dengan istilah "bola tanggung" itu dengan smes. Namun, cara ini justru membuahkan kesalahan. Apalagi, Weng cukup tangguh dalam bertahan meski lawan berada di ambang kemenangan. Weng akhirnya mencuri gim kedua dengan merebut lima poin beruntun.
Setelah itu, Jonatan kehilangan momentum pada gim penentuan hingga tertinggal 10-16. Dia sempat mendekat hingga skor 15-16, tetapi akhirnya kalah 21-12, 19-21, 15-21. Saat Weng mendapat poin terakhir melalui smes, Jonatan hanya bisa berjongkok di lapangan sambil menopang pada raket. Rasa sesal terlihat jelas pada raut wajahnya.
Jonatan pernah mencapai tahap yang sama pada turnamen lebih tinggi, yaitu Jepang dan Perancis Terbuka Super 750 pada 2019. Namun, peluangnya untuk menang tidak sedekat ketika berhadapan dengan Weng. Pada final di Perancis dan Jepang, peraih medali emas tunggal putra Asian Games Jakarta Palembang 2018 itu kalah dalam dua gim.
"Kalau dibilang menyesal, pasti menyesal. Tadi, sepertinya sudah hampir menjuarai Super 500 pertama saya. Namun, saat unggul 19-16, lawan bisa menahan. Dia bagus dan siap dalam menghadapi momen seperti itu. Pada gim ketiga, dia akhirnya bisa lebih percaya diri setelah lepas dari tekanan," tutur Jonatan.
Jonatan bersaing di Korea Terbuka setelah tampil dalam tiga turnamen di Eropa selama tiga pekan beruntun. Dia tersingkir pada babak kedua Jerman Terbuka Super 300 dan perempat final All England Super 1000 dan menjuarai Swiss Terbuka Super 300.
Namun, seperti dikatakannya, kondisi lelah setelah mengikuti turnamen beruntun tak menjadi alasan kekalahannya. "Semua pemain juga merasakan lelah. Hari ini, saya kurang bisa menerapan strategi yang baik pada poin krusial," katanya.
Kalau dibilang menyesal, pasti menyesal. Tadi, sepertinya sudah hampir menjuarai Super 500 pertama saya. (Jonatan Christie)
Fajar/Rian
Harapan Indonesia meraih gelar juara dari ganda putra, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga kandas. Mereka tidak bisa menyaingi kecepatan permainan dari pasangan Korea Selatan, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae, hingga kalah 21-19, 15-21, 18-21.
Kang/Seo menjadi juara setelah menembus kekuatan Indonesia yang mendominasi semifinal. Indonesia diwakili tiga ganda putra pada babak empat besar, seperti yang terjadi pada All England, tetapi dengan hasil berbeda. Sebelum menang atas Fajar/Rian, yang mengalahkan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana pada semifinal, Kang/Seo menang atas Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
"Pada pertandingan hari ini, kami kalah dalam permainan di depan net. Itu yang harus diperbaiki jika bertemu mereka lagi," kata Rian. Sementara, Fajar menyebutkan dua hal yang harus diperbaiki untuk menghadapi ajang berikutnya, yaitu stamina dan ketenangan.
Fajar/Rian, Jonatan, dan pemain-pemain putra lain memiliki waktu selama sebulan untuk memperbaiki kelemahan itu sebelum menjalankan tugas mempertahankan gelar juara Piala Thomas. Kejuaraan beregu putra dan putri Piala Thomas dan Uber tahun ini akan berlangsung di Bangkok, Thailand, 8-15 Mei.
Sebelum itu, beberapa diantara mereka, seperti Jonatan, Fajar/Rian, Anthony Sinisuka Ginting, dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan direncanakan tampil terlebih dulu dalam Kejuaraan Asia yang akan digelar di Manila Filipina, 26 April-1 Mei. Mereka menjadi bagian dari empat wakil Indonesia berperingkat terbaik yang wajib tampil di Manila.
Seperti Kejuaraan Dunia, Kejuaraan Asia menjadi ajang yang wajib diikuti pemain yang lolos berdasarkan peringkat, kecuali berhalangan. Untuk tunggal dan ganda putra misalnya, Indonesia mendapat, masing-masing, empat kuota.
"Pemain yang tampil adalah empat pasangan dengan peringkat terbaik. Hanya saja, karena Kevin/Marcus tidak tampil karena Marcus belum bisa bermain. Mereka diganti pemain lain. Penggantinya tetap berdasarkan peringkat karena aturannya memang seperti itu," kata pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi.
Saat Indonesia gagal meraih gelar juara dari Korea Terbuka, wakil-wakil tuan rumah menjuarai tiga nomor. Selain dari Kang/Seo, Korsel meraih gelar juara dari An Se-young (tunggal putri) dan Jeong Na-eun/Kim Hye-jeong (ganda putri). Adapun nomor ganda campuran dijuarai Tan Kian Meng/Lai Pei Jing (Malaysia).