Patrick Vieira menjadi batu sandungan Arsenal untuk membuka harapan menembus peringkat tiga besar Liga Inggris. Crystal Palace menjadi salah satu dari tiga tim yang tidak bisa dikalahkan Arsenal di liga pada musim ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, SELASA – Lain dulu, lain sekarang. Begitu ungkapan yang cocok untuk menarasikan hubungan Patrick Vieira dengan Arsenal. Vieira pernah menjadi sosok yang dielu-elukan pendukung “Si Meriam” ketika masih menjadi pemain dengan menghadirkan era terbaik Arsenal.
Selama 1996 hingga 2005 membela Arsenal, Vieira mempersembahkan tiga trofi liga dan empat gelar Piala FA. Namun, Vieira, yang sekarang menjabat sebagai Manajer Crystal Palace, tidak memberikan jalan kepada mantan klubnya itu membuka harapan untuk menembus papan atas klasemen di Liga Primer Inggris musim ini.
Pengalaman selama sembilan tahun mengenakan seragam Arsenal justru dimanfaatkan dengan baik bagi Vieira untuk membantu Palace menumbangkan Si Meriam dengan skor telak, 3-0, Selasa (5/4/2022) dini hari WIB, di Stadion Selhurst Park.
Dengan hasil itu, Vieira membantu Palace tidak terkalahkan dari Arsenal dalam dua duel pada musim ini. Pada pertandingan pertama di Stadion Emirates, “Si Elang” membawa pulang satu poin berkat menahan imbang Arsenal 2-2.
Alhasil, Palace bisa menyejajarkan diri dengan Manchester City dan Liverpool. Seperti dua tim kandidat juara Liga Primer Inggris itu, Palace tidak bisa dikalahkan oleh tim asuhan Mikel Arteta pada musim ini.
Tak hanya itu, Palace juga menjadi salah satu dari empat tim yang bisa mencetak minimal tiga gol ke gawang Arsenal pada Liga Primer Inggris edisi 2021-2022. Tiga tim lainnya adalah City, Liverpool, dan Manchester United.
Vieira menyebut kemenangan atas Arsenal adalah buah dari permainan baik seluruh pemainnya, terutama dalam bertahan dan memanfaatkan detail kecil ketika memiliki peluang. Bagi Vieira, tanpa soliditas pertahanan, timnya sulit mengalahkan Arsenal yang datang dengan rekor lima kemenangan tandang beruntun.
Ia pun tidak menyangkal dukungan lebih dari 20.000 pendukung yang memadati Selhurst Park menjadi “faktor x” bagi kemenangan Palace.
“Kami ingin menekan mereka dan atmosfer di dalam stadion membantu kami untuk mengambil risiko di dalam pertandingan. Pemain kelelahan menghadapi gempuran lawan, tetap atmosfer yang dihasilkan fans di belakang pemain menjadi perbedaan besar dalam penampilan kami,” ujar Vieira kepada Sky Sports seusai laga.
Tidak hanya Arsenal yang “disengat” atmosfer di Selhurst Park, City juga merasakan sulitnya menumbangkan Palace di kandangnya sendiri. Pada laga ke-29, 15 Maret lalu, Palace menahan imbang City, 0-0, sehingga memanaskan kembali persaingan menuju juara antara City dengan Liverpool.
Kembali ke 10 besar
Berkat raihan tiga poin dalam derbi London kontra Arsenal, Palace kembali berada di zona 10 besar. Capaian itu pernah dicapai Si Elang di pertengahan musim ini atau tepatnya pada pekan ke-18 hingga ke-20.
Setelah menjalani pertandingan ke-30, Palace berada di peringkat kesembilan dengan perolehan 37 poin. Jumlah poin itu setara dengan Leicester City di posisi 10, tetapi Wilfried Zaha dan kawan-kawan unggul selisih gol atas “Si Rubah”.
Kami amat buruk di babak pertama. Saya memohon maaf kepada suporter. Saya kesal karena kami gagal menghadirkan ketenangan untuk mendominasi situasi penting di pertandingan ini. (Mikel Arteta)
Palace pun memperpanjang rekor tak terkalahkan dalam tujuh laga terakhir. Mereka mengoleksi lima kemenangan dan dua imbang.
Hasil itu membantu Palace berada di semifinal Piala FA. Ajang Piala FA akan menjadi satu-satunya kesempatan "Si Elang" meraih gelar juara serta membuka kesempatan untuk tampil di kompetisi Eropa musim depan.
Vieira mengungkapkan, manajemen Palace telah menghadirkan lingkungan yang positif dan mendukungnya untuk membawa tim dalam performa bagus di musim ini. Awalnya, Vieira hanya diberi target untuk membantu Si Elang tidak terdegradasi.
Kini, Vieira memasang ambisi tinggi untuk tim asuhannya. Ia ingin Palace mempertahankan posisi 10 besar dan berjuang untuk meraih prestasi di Piala FA.
“Dukungan dari seluruh pihak di dalam tim, salah satunya Direktur Olahraga Dougie Freedman, membantu saya bisa membawa tim mencapai performa positif di musim ini. Kami amat antusias menghadapi akhir musim ini. Kami akan berjuang menjaga konsistensi penampilan,” kata Vieira.
Kecerobohan lini belakang
Kemenangan Palace tidak lepas dari kecerobohan yang dilakukan para pemain belakang Arsenal. Dua gol pertama Palace, yang dicetak oleh Jean-Philippe Mateta ketika laga baru berjalan 16 menit, serta sepakan Jordan Ayew pada menit ke-24, berawal dari kesalahan bek sayap kiri, Nuno Tavares.
Tavares kalah duel udara untuk mengantisipasi sepakan bebas Palace, sehingga Joachim Andersen bisa memberikan umpan kepada Mateta di kotak penalti Arsenal. Kemudian, Ayew membuat Selhurst Park lebih bergemuruh setelah pergerakan tanpa bolanya mampu mengecoh Tavares dan bek tengah Arsenal, Gabriel Magalhaes.
Berkat pergerakan itu, Ayew bisa keluar dari kawalan dua pemain Si Meriam itu dan menerima umpan Andersen dari garis tengah lapangan. Hanya butuh dua sentuhan untuk Ayew menaklukan kiper Arsenal, Aaron Ramsdale.
Di babak kedua, Zaha mengunci kemenangan Palace berkat eksekusi penalti di menit ke-74. Hukuman itu diberikan wasit setelah Martin Odegaard melanggar Zaha yang tengah menggiring bola di kotak penalti Arsenal.
“Kami amat buruk di babak pertama. Saya memohon maaf kepada suporter. Saya kesal karena kami gagal menghadirkan ketenangan untuk mendominasi situasi penting di pertandingan ini,” ucap Manajer Arsenal Mikel Arteta.
Kekecewaan Arteta itu cukup beralasan. Kegagalan membawa pulang poin dari markas Palace membuat Si Meriam gagal memangkas selisih lima poin dari Chelsea di peringkat ketiga. Arsenal bahkan terlempar dari posisi empat besar.
Arsenal memiliki poin yang sama dengan Tottenham Hotspur, yakni 54 poin. Tetapi, Spurs unggul agresivitas gol sehingga berhak berada di peringkat keempat. Meski begitu, Arsenal masih memiliki tabungan satu laga. (AFP)