Crystal Palace merasakan dampak nyata dari tuah Patrick Vieira di Piala FA. Untuk kelima kalinya dalam sejarah klub, “Si Elang” merasakan tampil di babak semifinal kompetisi tertua di dunia itu.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LONDON, MINGGU — Patrick Vieira adalah salah satu legenda dalam sejarah Piala FA. Semasa aktif bermain, ia merebut trofi kompetisi tertua di dunia itu bersama dua klub yang dibelanya, Arsenal dan Manchester City. Magis Vieira di Piala FA ternyata belum memudar setelah menjadi manajer.
Selama menjadi pemain, Vieira mempersembahkan empat trofi Piala FA untuk Arsenal pada 1998, 2002, 2003, dan 2005. Dua gelar terakhir diraihnya ketika dipercaya sebagai kapten ”Si Meriam”.
Satu trofi Piala FA lainnya diperoleh saat membela Manchester City pada 2011. Itu adalah trofi terakhir yang diraih Vieira sebelum gantung sepatu di akhir musim tersebut.
Manajer City kala itu, Roberto Mancini, bahkan memasukkan Vieira di menit akhir laga final lawan Stoke City untuk menggantikan David Silva. Partai puncak Piala FA 2011 adalah laga terakhirnya sebagai pemain profesional.
Sebelas musim berselang, Vieira mendapat kesempatan melatih Crystal Palace, yang menjadi debutnya melatih tim Liga Primer Inggris. Meskipun belum mencatat prestasi saat menangani dua tim pertamanya, New York City (Amerika Serikat) dan Nice (Perancis), Vieira masih bisa memberikan dampak signifikan bagi Palace, terutama di Piala FA.
Vieira membawa Palace melaju ke babak empat besar Piala FA setelah menumbangkan Everton, 4-0, pada laga perempat final, Minggu (20/3/2022), di Stadion Selhurst Park, London. Gol dari Marc Guehi, Jean-Philippe Mateta, Wilfried Zaha, dan Will Hughes menjadi penentu langkah ”Si Elang” ke babak semifinal untuk pertama kali sejak musim 2015-2016.
Berkat capaian itu, Vieira menjadi manajer Palace kelima yang membawa tim itu tampil di Stadion Wembley pada semifinal Piala FA. Empat manajer Palace terdahulu adalah Malcolm Allison yang membawa Palace pada semifinal 1976, lalu Steve Coppell (1990), Alan Smith (1995), dan Alan Pardew (2016). Coppell dan Pardew bahkan mengantar Palace ke final, tetapi keduanya gagal membawa pulang Piala FA.
Berkat melaju ke semifinal, Vieira pun membuka peluang untuk menciptakan sejarah baru bagi Palace musim ini. Pelatih asal Perancis itu hanya perlu dua kemenangan lagi untuk mempersembahkan gelar mayor perdana bagi Palace yang telah berusia 116 tahun.
”Kami hanya menargetkan melaju sejauh mungkin di Piala FA musim ini, dan kami sudah mendapatkan tempat di semifinal. Capaian ini adalah langkah maju yang signifikan bagi klub sehingga patut dirayakan pemain dan fans,” ujar Vieira seusai laga.
Kemenangan Palace atas Everton menambah panjang rekor fantastis Vieira di Piala FA. Sejak mengantongi gelar keempat pada 2005, Vieira menyentuh rekor 19 kemenangan. Sebanyak 15 kemenangan semasa aktif bermain untuk Arsenal dan City, dan empat kemenangan sebagai manajer Palace.
Kami hanya menargetkan melaju sejauh mungkin di Piala FA musim ini, dan kami sudah mendapatkan tempat di semifinal. Capaian ini adalah langkah maju yang signifikan bagi klub sehingga patut dirayakan pemain dan fans.
Zaha menuturkan, lolos ke Piala FA menunjukkan klub berada di jalur yang benar untuk berkembang. Zaha adalah satu-satunya anggota skuad Palace tersisa yang tampil di final Piala FA 2016.
”Perasaan fantastis kami akan tampil di Wembley. Kami meraih hasil baik di Piala FA musim ini dan tidak sabar melanjutkan tren positif di semifinal,” kata Zaha kepada ITV.
Kehilangan momentum
Langkah Palace ke babak empat besar tidak diawali dengan mudah. Everton mengambil inisiatif serangan dan menguasai 58 persen penguasaan bola pada 15 menit pertama laga.
Tetapi, momentum dominasi Everton menghilang ketika Andros Townsend menderita cedera dan harus digantikan Demarai Gray saat pertandingan memasuki menit ke-17.
Kehilangan Townsend, yang menjadi titik utama serangan, memudarkan awal gemilang Everton. Hingga menit ke-15, Townsend adalah pemain yang paling banyak menyentuh bola di laga itu dengan 15 sentuhan.
Digantinya penyerang sayap berusia 30 tahun itu memberi berkah bagi Palace. Tim tuan rumah tampil lebih dominan. Palace membuka keran gol melalui sundulan bek tengah, Marc Guehi, menit ke-25 memanfaatkan sepak pojok Michael Olise. Si Elang menambah keunggulan melalui sepakan Jean-Philippe Mateta, empat menit jelang turun minum.
Tak ingin ketinggalan pesta gol ke gawang Everton, Zaha mencetak gol bagi Palace menit ke-79. Kemenangan Palace dipertegas gol dari Hughes, pemain pengganti.
”Kami harus memperbaiki penampilan di Wembley. Kami wajib tampil dengan performa terbaik sejak menit pertama laga,” ucap Vieira.
Kekalahan dari Palace menegaskan rekor buruk Everton pada laga tandang musim ini. Sejak diasuh Lampard, awal Februari lalu, The Toffees selalu menelan kekalahan pada empat duel di kandang lawan, yakni tiga laga Liga Inggris dan satu Piala FA. Secara total, dari 16 laga tandang di seluruh kompetisi musim ini, Everton baru menang tiga kali.
Bertanggung jawab
Selain Palace, tim asal London lainnya, yakni Chelsea, juga memastikan satu tempat di babak semifinal berkat kemenangan 2-0 atas Middlesbrough di Stadion Riverside, Minggu dini hari WIB. Manajer Chelsea Thomas Tuchel mengatakan, hasil positif itu adalah wujud tanggung jawab dari seluruh pemainnya di tengah situasi sulit yang tengah menimpa Chelsea.
”Saya merasa bertanggung jawab dengan nasib sekitar tujuh atau delapan ribu orang yang bekerja di Chelsea, dan khawatir terdampak dengan situasi klub saat ini. Maka dari itu, kami harus bisa memberikan sisi positif bagi seluruh orang di dalam klub melalui performa kami,” ujar Tuchel, seperti dilansir BBC.
Sejak aset Roman Abramovich, pemilik Chelsea, dibekukan pemerintah Inggris, 10 Maret lalu, Chelsea menang dalam empat laga beruntun.
Tuchel telah dua musim beruntun membawa Chelsea tampil di babak semifinal Piala FA. Ia pun masih berpeluang memberikan gelar domestik perdana bagi ”Si Biru” melalui trofi Piala FA. Pada musim lalu, Chelsea tumbang dari Leicester City di partai final. (REUTERS/SAN)