Da Silva dan Garcia Perkasa, Bogor LavAni Buka Asa ke "Grand Final"
Tim debutan Bogor LavAni tidak berhenti membuat kejutan setelah lolos ke "final four" Proliga. Mereka menang perdana di fase itu, yakni 3-0 atas BNI 46. Mereka pun membuka asa menembus "grand final".
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
SENTUL, KOMPAS – Dua pemain asing Bogor LavAni menjadi momok menakutkan dalam PLN Mobile Proliga 2022. Mereka adalah opposite asal Brasil, Leandro Martins Da Silva, dan outside hitter asal Kuba, Jorge Gonzales Garcia. Setelah menjalani proses adaptasi di putaran pertama, keduanya menjelma jadi "virus mematikan yang tak ada obat" sepanjang putaran kedua. Konsistensi mereka ternyata terus terjaga pada final four.
Dalam laga perdana putaran pertama final four di Padepokan Bola Voli Sentul, Jawa Barat, Jumat (11/3/2022), Leandro dan Garcia bahu membahu menggendong LavAni menang 3-0 (25-19, 25-13, 25-11) atas Jakarta BNI 46 yang menumbangkan mereka 1-3 pada putaran kedua. Kemenangan itu mengantarkan LavAni memimpin klasemen sementara final four yang menerapkan sistem baru, yakni hanya satu kali pertemuan.
”Kemenangan ini modal penting bagi kami yang punya target lolos ke grand final. Dengan kemenangan 3-0 ini, kami butuh satu kemenangan meyakinkan lagi (3-0 atau 3-1) untuk memastikan diri ke final. Sebab, berbeda dengan sistem lama di mana setiap tim bertemu dua kali, kali ini, setiap tim cuma bertemu sekali. Tapi, kami tidak boleh terbuai. Kami harus tetap waspada karena masih ada dua laga yang tidak mudah (melawan Surabaya Bhayangkara Samator, Sabtu, 12/3, dan menghadapi Jakarta Pertamina Pertamax, Jumat, 18/3),” ujar ofisial LavAni, Roy Makpal.
Pada laga ini, LavAni tidak bisa memainkan lima pemainnya, yakni outside hitter Doni Haryono, middle blocker Daffa Naufal Mauluddani, opposite Prasojo dan Beni Haryono, serta middle blocker Hendra Kurniawan. Kelima pemain itu positif Covid-19 dalam tes antigen sebelum laga. Adapun BNI 46 tidak bisa menurunkan middle blocker Osmany Camejo yang positif Covid-19 sebelum berangkat ke arena pertandingan.
”Saat masih di penginapan, semua pemain kami tes antigen secara mandiri dan hasilnya baik-baik saja. Namun, dari tes antigen di sini sebelum laga, ternyata ada lima pemain kami yang reaktif. Sebenarnya, ini membuat kami sangat was-was. Apalagi Doni adalah spiker andalan dan Daffa bermain sangat baik sepanjang putaran kedua,” kata Roy.
Ternyata, kehilangan lima pemain itu tidak berpengaruh banyak terhadap performa LavAni. Mereka tetap bermain penuh semangat sebagaimana yang ditunjukkan di putaran kedua. Leandro dan Garcia sedang berada di puncak penampilan yang secara tidak langsung membawa aura positif kepada pemain-pemain lainnya.
Smes overblock atau melebihi jangkauan blok dari Leandro yang bertinggi 217 sentimeter nyaris tidak bisa dibendung sepanjang laga tersebut. Posisi dua yang hampir selalu dihuni Leandro menjadi salah satu lumbung poin timnya.
Garcia melengkapi dengan servis-servis keras yang sedikitnya dua kali langsung berbuah poin. Dia pun sering menyumbangkan poin dari smes keras di posisi empat atau pergerakan dari posisi keenam ke posisi ketiga.
”Kami bersyukur Leandro dan Garcia semakin menyatu dengan tim. Secara umum, semua pemain sudah saling memahami karakter masing-masing. Hal yang sama terjadi antara pemain dan pelatih (asal China, Jiang Jie). Kekeluargaan terjalin baik yang membuat taktik dan strategi bisa diterapkan dengan baik di lapangan,” ungkap Roy.
Di atas angin
LavAni kian di atas angin karena outside hitter pelapis, Musabikhan, bisa menggantikan tempat yang ditinggalkan Doni dengan apik. Setali tiga uang, middle blocker pelapis, Zulian Febrianto, juga sukses menjadi pengganti Daffa. Selain bisa menyumbangkan poin, Musa bisa membantu Zulian menjadi tembok rapat yang berulang kali membendung smes-smes lawan.
Sebaliknya, BNI 46 seperti kehilangan ruh permainan. Servis mereka tidak membunuh, smes mereka tidak mematikan, blok mudah ditembus, dan pertahanan rapuh. Para pemainnya pun seperti tidak ada semangat bermain. Itu bukan karakter asli BNI 46 yang musim ini dikenal sangat taktis dengan pemain yang berambisi.
Saya bangga berada di sini. Semua pemain melakukan yang terbaik dan ingin membawa LavAni menembus grand final. Hanya perlu terus berjuang agar bisa mencapainya. (Jorge Garcia)
Outside hitter mereka, Dimas Saputra, salah satu yang grafiknya paling buruk. Beberapa kali smesnya mudah dikembalikan karena dibangun dari situasi yang agak dipaksa. Demikian pula servisnya. Sedikitnya servisnya dua kali tidak melewati net. Kegagalan servisnya bahkan menutup laga lebih cepat.
Secara keseluruhan, LavAni amat mendominasi dalam laga tersebut. Mereka tidak pernah tertinggal dalam perburuan poin di setiap setnya. ”Kunci kemenangan ini kami selalu memotivasi pemain bahwa kami tim debutan bisa masuk final four dan harus mencoba berbicara lebih dari ini. Di samping itu, kami diuntungkan oleh faktor nonteknis yang dialami oleh BNI 46, antara lain kehilangan satu pemain asingnya yang menyebabkan pola permainannya terganggu,” tutur Roy.
Percaya ke gand final
Garcia mengatakan, sebulan terakhir, LavAni berlatih keras untuk sampai di final four. Sekarang, timnya boleh dibilang sedang berada di puncak performa. ”Saya bangga berada di sini. Semua pemain melakukan yang terbaik dan ingin membawa LavAni menembus grand final. Hanya perlu terus berjuang agar bisa mencapainya,” terang Garcia.
Setelah melawan BNI 46, LavAni berhadapan dengan juara bertahan, Bhayangkara Samator, Sabtu. Kalau bisa menang telak, tim milik mantan presiden, Susilo Bambang Yudhoyono, itu kemungkinan besar melangkah ke partai penentuan juara pada Minggu (27/3) mendatang.
Menurut Garcia, bertemu Bhayangkara Samator ataupun tim lainnya tidak mudah. Setiap peserta final four dianggap memiliki kemampuan merata. Akan tetapi, dirinya optimistis bisa menang asalkan timnya menunjukkan penampilan dan semangat juang seperti yang ditunjukkan saat menghadapi BNI 46 tersebut.
”Samator tim yang baik dan saya dengar mereka juara di musim sebelumnya. Tapi, kami akan berjuang. Saya harap kami bisa bermain maksimum seperti yang kami tunjukkan kali ini. Yang jelas, tidak ada laga mudah di final four. Tapi, tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya bisa terjadi,” ujarnya.
Akibat terlambat
Sementara Pelatih BNI 46 Samsul Jais menuturkan, timnya kalah akibat faktor nonteknis. Mereka datang terlambat ke lokasi pertandingan, yakni sekitar pukul 13.30 atau 30 menit sebelum laga dimulai.
Akibatnya, mereka tidak punya cukup waktu untuk melakukan pemanasan. Jika normalnya pemanasan sekitar 1 jam 30 menit, keterlambatan itu menyebabkan mereka cuma pemanasan sekitar 15 menit. Otot-otot para pemain menjadi belum siap sepenuhnya untuk menjalani laga.
”Padahal, para pemain ini siap tempur kecuali Camejo yang positif Covid-19. Tapi, pemanasan mereka kurang sehingga fisiknya tidak siap untuk berlaga maksimal. Itu dialami semua pemain, bukan satu-dua orang saja. Ini benar-benar jadi bahan evaluasi yang tidak boleh terulang lagi di laga-laga berikutnya,” kata Samsul.
Meski kalah telak, Samsul masih yakin timnya bisa melaju ke grand final. ”Saya rasa semuanya belum berakhir. Kami masih ada dua laga lagi, yakni melawan Bhayangkara Samator, (Sabtu, 19/3) dan Pertamina Pertamax, (Minggu, 20/3). Walaupun jadwalnya mepet, kami harus siap menjalaninya dan berjuang merebut kemenangan yang jadi harga mati,” pungkasnya.