Kala Tuan Rumah Kehilangan Tuah
Pendukung di stadion kerap disebut sebagai pemain ke-12. Ungkapan ini sering terbukti benar. Namun, yang kasatmata, kehadiran penonton juga bisa jadi bumerang untuk tim tuan rumah.
Bagi para tim tamu, markas Borussia Dortmund, Stadion Signal Iduna Park, lebih mirip neraka jahanam ketimbang lapangan pertandingan. Tribune stadion selalu terisi puluhan ribu pendukung fanatik tuan rumah yang bisa menciutkan nyali lawan dalam sekali pekikan serentak.
Salah satu sisi paling horor adalah area tribune selatan Iduna Park. Area yang dikenal dengan sebutan ”Tembok Kuning” ini disesaki sekitar 25.000 pendukung dengan atribut khas warna klub, kuning dan hitam. Tembok itu bagai pembatas mimpi setiap tim yang datang bertamu.
Namun, entah apa yang terjadi, salah stadion paling berisik di Eropa ini kehilangan tuahnya pada Jumat (18/2/2022) dini hari WIB. Dortmund yang butuh kemenangan di laga pertama playoff Liga Europa justru dipermalukan tim tamu Rangers, 2-4.
Dortmund memang tidak tampil dengan penyerang andalan, Erling Haaland, karena masih cedera. Akan tetapi, tanpa Haaland, Mats Hummels dan rekan-rekan semestinya bisa tetap menang dengan mudah. Kualitas pemain dari tim raksasa Jerman ini jauh di atas tim tamu.
Keunggulan kualitas dan bantuan dari pendukung itu ternyata tidak cukup. Memulai laga dengan antusias, Dortmund malah tertinggal 0-3 hanya dalam 49 menit. Mereka mencoba bangkit pada paruh kedua, tetapi tidak mampu karena angin kemenangan sudah berpihak ke arah skuad Rangers.
”Kami memainkan sepak bola yang tidak masuk akal, tidak logis, dan membuat lawan begitu kuat. Kami bermain terlalu rumit. Jika bermain seperti ini, kami tidak akan sukses,” kata Hummels, sang kapten tim, seperti dikutip situs resmi UEFA.
Baca juga : Tangis Ferran Torres Mewakili Frustrasi Barcelona
Dortmund jatuh dalam jurang kekalahan karena ”terpeleset”. Mereka diganjar penalti setelah bola menyentuh tangan bek tengah Dan-Axel Zagadou jelang turun minum. Tiga menit setelah kemasukan dari penalti, mereka lagi-lagi kecolongan dari bola mati. Kali ini lewat skema tendangan sudut. Dua gol yang jatuh dari langit itu meruntuhkan mental tim tuan rumah.
Bagi Dortmund, kekalahan ini terasa seperti deja vu. Terakhir kali bermain di kandang dalam pertandingan Liga Jerman, mereka juga kalah telak dari Bayer Leverkusen, 2-5. Situasinya nyaris sama. Mereka kebobolan lebih dulu, kemudian semakin terpuruk hingga ketinggalan 1-4.
Kami bermain terlalu rumit. Jika bermain seperti ini, kami tidak akan sukses.
Para pendukung sering kali disebut sebagai pemain ke-12. Nyanyian dan teriakan mereka bisa memacu semangat 11 pemain di lapangan, sekaligus menciutkan nyali lawan. Namun, seperti yang dialami Dortmund, dukungan ini bisa menjadi bumerang.
Ketika tertinggal lebih dulu, tekanan akan berbalik ke arah pemain tuan rumah. Mereka seakan punya tanggung jawab untuk membalikkan keadaan. Sering kali, motivasi berlebih tersebut justru berujung kecerobohan yang memperburuk keadaan.
Baca juga : Erling Haaland Absen, Dortmund Dihancurkan Rangers
Menurut Hummels, kecerobohan itulah yang dilihat dalam dua kekalahan terakhir di kandang. ”Lihat saja di laga Leverkusen, kami kemasukan empat gol setelah tidak sengaja kehilangan bola. Kami seharusnya menyadari di mana masalah sebenarnya,L ujarnya.
Di sisi lain, tim tamu sering kali datang dengan mental lebih siap. Mereka tahu apa yang akan dihadapi di markas lawan. Apalagi ketika bertamu ke Iduna Park. Pelatih Rangers Giovanni van Bronchkhorst berkata, anak asuhannya sudah paham akan menghadapi neraka selama 90 menit. ”Kami mempersiapkan hal teknis, tetapi lebih banyak soal persiapan mental,” katanya.
Terlalu agresif
Tuah tuan rumah juga tidak berpihak pada salah satu tim tersukses Eropa, Barcelona. Di Stadion Camp Nou yang berkapasitas nyaris 100.000 penonton, mereka ditahan imbang oleh Napoli, 1-1.
Tim asuhan pelatih Xavi Hernandez ini begitu bersemangat tampil di depan publik sendiri. Mereka sangat agresif sejak menit awal. Hal itu terlihat dari catatan 67 persen penguasaan bola dan 21 tembakan skuad ”Blaugrana”.
Baca juga : Klub Miskin Uang Lantas Miskin Prestasi? Tidak Selalu!
Nico González, gelandang Barca, merasakan sendiri daya magis dukungan penonton. Dia terhanyut dalam dukungan itu. ”Ada momen dalam pertandingan ketika saya mendengar raungan mereka. Saya merasa benar-benar bergairah untuk pertama kali musim ini,” katanya.
Namun, semangat tim tuan rumah itu pula yang menjadi awal petaka. Mereka kecolongan lebih dulu lewat gol gelandang Napoli, Piotr Zielinski, yang bermula dari serangan balik. Barca dihukum karena bermain terlalu terbuka.
Padahal, Blaugrana nyaris unggul 30 detik sebelum gol tersebut. Penyerang Ferran Torres nyaris saja membuka keunggulan, tetapi tendangannya melambung. Karena terlena menyerang, mereka tidak siap menghadapi sergapan tim tamu.
Baca juga : Dortmund Menatap Laga Terberat
Fenomena itulah yang terjadi pada laga Eropa dini hari tadi, tuah para tuan rumah berbalik arah. Fenomena itu kembali mengingatkan bahwa bola itu bundar. Ketidakpastian di lapangan tersebut yang membuat sepak bola jadi permainan paling dicintai sejagat raya. (AFP)