Russel Westbrook yang diharapkan menjadi pahlawan Lakers musim ini, justru lebih banyak dijadikan kambing hitam performa buruk tim. Statusnya sebagai salah satu guard terbaik di NBA semakin memudar.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
Guard megabintang, Russell Westbrook, bergabung ke Los Angeles Lakers pada awal musim ini dengan status peraih Most Valuable Player NBA 2016-2017. Dia diandalkan untuk mendampingi duo ikonik Lakers, LeBron James dan Anthony Davis, mengulang juara liga. Namun, hingga setengah musim berlalu, Westbrook justru lebih sering jadi “kambing hitam” kekalahan tim.
Puncaknya ketika Lakers kalah dari tim papan bawah Indiana Pacers, 104-111, di Arena Crypto.com, LA, pada Kamis (20/1/2022). Pelatih Lakers Frank Vogel memutuskan untuk mencadangkan Westbrook saat laga tersisa tiga menit 52 detik pada kuarter terakhir.
Westbrook, dua kali pemenang scoring champion atau pencetak poin terbanyak dalam semusim, digantik oleh guard lain, Malik Monk. Pergantian ini tidak lepas dari performa sang pemain yang di bawah standar. Meskipun mencetak poin empat kali dari enam lemparan tiga angka, dia hanya mencatatkan akurasi lemparan total 29,4 persen (5-17).
Catatan itu memperlihatkan kurang efektifnya sang pebasket 33 tahun itu, sama seperti problem yang dialami sejak awal musim. Vogel berkata, tidak ada hal personal dari keputusannya tersebut. “Saya hanya memainkan pemain yang bisa membuat kami menang,” ucap pelatih yang membawa Lakers juara pada musim 2019-2020 tersebut.
Vogel, menurut ESPN, sudah mendapatkan lampu hijau dari manajemen klub untuk mencandangkan para bintangnya. Pelatih yang sempat berada dalam isu pemecatan ini diberikan wewenang penuh. Harapannya, dia bisa membangkitkan Lakers yang sekarang terpuruk dengan rekor kemenangan di bawah 50 persen, 22 menang – 23 kalah.
Insiden di laga Pacers menjadi sinyal buruk bagi Westbrook. Hal ini menandakan sang pelatih sudah kehilangan rasa sabar dan percaya terhadapnya. Bahkan, Vogel lebih memilih guard berstatus rookie, Austin Reaves, untuk berada di lapangan pada menit-menit penentuan.
Saya hanya memainkan pemain yang bisa membuat kami menang. (Frank Vogel)
Jika melihat statistik Westbrook musim ini, keputusan Vogel memang realistis. Pemain dengan sembilam kali penampilan All-Star ini menghasilkan rerata 18,5 poin, 8 rebound, dan 7,8 asis. Angka yang dihasilkan dalam rata-rata 35 menit bermain itu terbiilang cukup produktif.
Namun, masalah terbesar pemain bertubuh kekar ini adalah efisensi. Akurasi lemparan totalnya hanya 43,3 persen, sementara akurasi lemparan tiga angka hanya 30,4 persen. Kedua catatan itu lebih rendah dari rata-rata keseluruhan pemain NBA musim ini.
Westbrook, sebagai pengatur serangan utama menggantikan peran James musim lalu, juga terlalu sering membuat kesalahan sendiri. Total turnovers miliknya mencapai 4,2 kali per gim atau tertinggi di antara seluruh pemain Lakers.
Di antara seluruh inefsiensi tersebut, masalah terbesar Westbrook adalah tidak mampu meredam ego kebintangan. Dia masih menganggap dirinya sebagai jantung di sebuah tim. Mantan pemain Oklahoma City Thunder ini sering mengambil keputusan salah. Misalnya, dia sering memaksa untuk menembak di detik-detik krusial, meskipun sedang tidak jitu hari itu.
Vogel tidak segan mencadangkan Westbrook pada laga-laga berikutnya. Yang artinya, sang megabintang sedang menatap penurunan karier. “Kami memiliki ekspektasi yang sangat tinggi. Basis penggemar kami juga punya tuntutan besar. Saya hanya menginginkan hal terbaik untuk tim ini,” jelas Vogel.
Westbrook tampak kurang senang dengan keputusan mengejutkan tersebut. Setelah laga berakhir, dia melewatkan sesi bertemu media yang telah dijadwalkan. Pemain yang masuk dalam daftar 75 pebasket terbaik dalam peringatan ulang tahun NBA ini mengambil langkah seribu.
Warisan buruk
Sejauh ini, kombinasi Westbrook dengan James dan Davis bisa dibilang gagal. Mereka nyaris tidak pernah menjadikan Lakers seperti tim kandidat juara saat dimainkan bersama. Realitas ini amatlah pahit untuk Westbrook.
Jika gagal juara lagi musim ini, dia semakin melekat dengan julukan sebagai pemain statistik. Artinya, pemain yang musim lalu tampil bersama Washington Wizards ini hanya mentereng dalam statistik pribadi, berupa banyaknya poin, rebound, dan asis. Di sisi lain, timnya tidak banyak terpengaruh untuk menang, lalu lalu menjadi juara.
Westbrook meraih MVP pada musim 2016-2017. Ketika itu, dia mencatat rerata triple double 31,6 poin, 10,7 rebound, dan 10,4 asis. Dengan kontribusi itu, timnya hanya menempati peringkat ke-6 Wilayah Barat. Hal itu memperlihatkan kehebatan individunya tidak berpengaruh besar terhadap tim. Tidak seperti pemain lain, misal Giannis Antetokounmpo dan Stephen Curry yang mampu membawa timnya di puncak klasemen saat meraih MVP.
Adapun trio Lakers sempat diprediksi akan mengguncang liga. Tambahan Westbrook akan melengkapi duo James dan Davis yang bersama-sama juara dengan Lakers pada dua musim lalu. Namun, duo yang mengombinasikan lima cincin juara itu juga tidak banyak menyokong karier Westbrook dalam urusan prestasi tim.
“Westbrook harus berpikir tentang warisannya (sebagai pebasket). Dia sudah pernah satu tim dengan Kevin Durant dan James Harden, lalu dengan Paul George, Bradley Beal, hingga sekarang LeBron. Jika Anda tanpa gelar juara dengan pemain hebat, itu masalah besar,” ucap pengamat NBA Stephen A. Smith.
Westbrook pernah membentuk trio bersama Durant dan Harden pada awal karier di Thunder. Prestasi terbesarnya hanya lolos ke final. Di tim yang sama, dia juga menghadirkan trio lagi bersama George dan Carmelo Anthony. Trio ini gagal total.
Tidak menghasilkan prestasi, Thunder pun menukar Westbrook ke Houston Rockets pada 2019. Dia menjalin reuni dengan Harden yang baru saja meraih gelar MVP pada musim 2017-2018. Duo peraih MVP ini sempat diperkirakan akan berbicara banyak. Namun, kenyataannya hanya bertahan semusim. Kombinasi ini dibongkar setelah Rockets kalah di babak pertama playoff.
Pebasket bergaya main eksplosif ini melanjutkan petualangan baru di Wizards. Dia berduet dengan ikon Wizards, Bradley Beal. Lagi-lagi, pasangan ini kembai dibongkar hanya dalam semusim karena takluk di babak pertama playoff.
Hingga akhirnya, Westbrook bermuara di Lakers. Tim tersukses sepanjang sejarah NBA dengan 20 gelar juara ini menjadi pertaruhan terbesarnya. Westbrook memiliki peluang terbesar untuk bisa mencicipi cincin pertamanya dengan bantuan James dan Davis. Namun, jika gagal, nihil gelar juara akan menjadi noda terbesar dalam kariernya. (AP)