Fictor Roring kembali ke kursi pelatih Pelita Jaya pada musim ini karena ”kecelakaan”. Dia mengambil tanggung jawab itu, lalu kembali berhasil membuktikan tangan dinginnya.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelita Jaya Bakrie Jakarta semakin menunjukkan dominasi lewat tiga kemenangan beruntun pada awal musim IBL 2022. Laju cepat finalis musim lalu ini tidak lepas dari kembalinya pelatih bertangan dingin, Fictor Roring. Ito, sapaannya, mampu beradaptasi sempurna dengan persiapan skuad terbatas dan perubahan format pemain asing.
Ito ”turun gunung” menjadi pelatih setelah beberapa musim terakhir menjabat manajer umum klub. Kembalinya mantan pelatih tim nasional Indonesia ini, menggantikan Ocky Tamtelahitu, cukup mengejutkan. Dia sebagai penentu arah kebijakan klub, tidak merencanakan ini.
Terus terang kami mencari pelatih asing untuk memimpin tim musim ini, tetapi mungkin baru siap musim depan. Jadi kata yang tepat mungkin (saya) bertanggung jawab. Ini tanggung jawab saya (untuk kembali melatih dan mengisi kekosongan).
”Terus terang kami mencari pelatih asing untuk memimpin tim musim ini, tetapi mungkin baru siap musim depan. Jadi kata yang tepat mungkin (saya) bertanggung jawab. Ini tanggung jawab saya (untuk kembali melatih dan mengisi kekosongan),” kata Ito setelah memimpin Pelita Jaya menang atas Pacific Caesar Surabaya, 90-66, di Hall Basket Senayan, Rabu (19/1/2022).
Meskipun kembali melatih karena situasi “darurat”, Ito masih mampu memperlihatkan tuahnya sebagai salah satu pelatih nasional terbaik. Dia memimpin Andakara Prastawa dan rekan-rekan menjadi satu-satunya tim yang menyapu bersih tiga laga pembuka musim hingga saat ini.
Ada yang unik dalam rentetan tiga kemenangan itu. Pelita Jaya selalu memakai lima starter berbeda di setiap laga. Prastawa, guard timnas, sempat memulai dari bangku cadangan dalam laga versus Bumi Borneo Basketball Pontianak. Dior Lowhorn, center asing yang merupakan pencetak poin terbanyak sementara, tidak menjadi starter di dua laga terakhir.
Kata Ito, perubahan ini merupakan penyesuaian terhadap minimnya persiapan tim. Pelita Jaya baru bisa berlatih dengan seluruh pemain lokal pada awal Januari. Banyak di antara mereka yang mengikuti pemusatan latihan timnas dan Liga Mahasiswa. Adapun pemain asing Lowhorn dan Kevin Bridgewaters baru bergabung sekitar dua pekan lalu.
Mantan center timnas era 90-an ini pun akan terus merotasi pemain sampai menemukan formula terbaik. Namun, dia mengakui penyesuaian formasi akan lebih sulit sebelumnya. Sebab, musim ini IBL memberlakukan peraturan baru untuk pemain asing. Setiap tim dijatahi dua pemain asing, tetapi hanya salah satunya yang boleh bermain.
Peraturan baru ini cukup menantang untuk Pelita Jaya. Pemain asing mereka berbeda posisi, gaya main, dan ukuran, bagai bumi dan langit. Lowhorn merupakan pemain setinggi 1,96 meter yang bertugas di area dalam, sedangkan Bridgewaters adalah guard setinggi 1,72 meter yang berperan mengatur serangan.
”Makanya saya lagi mencari-cari terus. Berbeda banget (dibandingkan dua pemain asing di lapangan). Misalnya gini, Lowhorn saya mainkan di sana, sedangkan pemain asing lawan kecil, kan jadi tidak cocok. Termasuk apakah kami akan memainkan pertahanan man to man atau zona. Itu sangat beda perlakuannya,” jelas Ito yang berkali-kali menjuarai IBL sebagai pelatih Satria Muda pada era 2000-an tersebut.
Namun, di dalam genggaman tangan dingin Ito, keterbatasan itu bisa menjadi senjata untuk menyakiti musuh. Buktinya, mereka berhasil memenangi pertandingan atas Pacific Caesar dengan bermodal rotasi pemain dan sistem permainan. Pelita Jaya bangkit dari ketinggalan 35-36 di akhir kuarter kedua, lalu menang 24 poin pada akhir laga.
Pelatih Pacific, Aries Herman, berkata anak asuhnya ibarat menghadapi dua tim sekaligus dalam satu pertandingan. ”Mereka luar biasa. Bisa bermain berbeda dengan dua pemain asingnya. Pemain lokalnya juga bisa beradaptasi dengan sistem apa pun. Sulit untuk kami bisa menahan satu pertandingan penuh. Kedalaman skuad mereka luar biasa,” ucapnya.
Penyebaran kontribusi poin memperlihatkan ratanya kualitas pemain inti dan cadangan Pelita Jaya dalam laga tadi. Dari skuad inti, Prastawa mencetak 15 poin dan Bridgewaters menyumbang 10 poin. Sementara itu, skuad cadangan mereka menyumbang total 47 poin, antara lain oleh Lowhorn (22 poin) dan Govinda Saputra (15 poin).
Menurut Govinda, dia dan rekan-rekannya tidak butuh waktu adaptasi bersama sang pelatih. “Saya sama coach Ito sudah hampir lima musim bersama (sebagai pelatih ataupun manajer). Jadi sudah cukup mengerti di dalam dan luar lapangan seperti apa,” ucap forward timnas itu.
Pelita Jaya tinggal menyisakan satu pertandingan lagi di Seri 1 Jakarta. Setelah membuka musim dengan kemenangan atas juara bertahan, Satria Muda Pertamina Jakarta, mereka akan menutup seri berhadapan dengan semifinalis musim lalu, West Bandits Combiphar Solo, pada Jumat malam.
Di sisi lain, West Bandits harus menelan kekalahan pertama musim ini setelah menang dalam dua laga beruntun. Tim asuhan pelatih Raoul Miguel Hadinoto ini kalah dramatis dari NSH Mountain Gold Timika, 67-69. Para pemain lokal yang menciptakan momentum kemenangan di dua laga pembuka, tidak tampil maksimal. Forward inti, Patrick Nicholas, menyelesaikan laga tanpa sumbangan satu poin pun.
”Yang pasti kami akan evaluasi, akan nonton video untuk mencari apa masalah sebenarnya. Kami akan mencoba bersatu lagi sebagai satu grup lalu bangkit di laga selanjutnya. Masih ada satu hari untuk memperbaiki kesalahan kami,” kata Raoul.