Tai Tzu Ying berpeluang merebut gelar dari Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis setelah mengalahkan Pusarla V Sindhu di perempat final. Gelar juara bisa diraih Tai jika mampu mempertahankan penampilannya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
HUELVA, JUMAT — Memiliki kemampuan mengontrol permainan melalui arah dan sudut pukulan yang sulit ditebak lawan, Tai Tzu Ying menjadi salah satu pebulu tangkis tunggal putri terbaik. Reputasi tersebut dan status sebagai pemain nomor satu dunia berpeluang dilengkapi dengan gelar dari Kejuaraan Dunia di Huelva, Spanyol.
Peluang itu semakin terbuka setelah Tai mengalahkan Pusarla V Sindhu, 21-17, 21-13, pada perempat final di Palacio de los Deportes Carolina Marin, Jumat (17/12/2021). Sindhu, pemain India yang merupakan juara bertahan, adalah salah satu lawan terberat Tai pada paruh atas undian.
Sebelum bertemu di Huelva, Tai unggul 14-5, termasuk dalam empat pertemuan terakhir. Tetapi, kekalahan terakhir dialami dalam momentum penting, yaitu perempat final Kejuaraan Dunia 2019 di Basel, Swiss. Hasil tersebut akhirnya turut mengantarkan Sindhu menjadi juara dunia.
Kekalahan dari Sindhu, dua tahun lalu, juga menjadi salah satu dari lima kegagalan Tai dalam perempat final Kejuaraan Dunia. Sejak debut dalam Kejuaraan Dunia 2013, pemain berusia 27 tahun itu selalu terhenti pada delapan besar. Selain 2013 dan 2019, kekalahan pada perempat final dialami pada 2014 dan 2015.
Adapun pada Kejuaraan Dunia 2017, Tai absen karena memilih tampil dalam Universiade—Tai akhirnya meraih medali emas—di negaranya sendiri yang digelar bersamaan dengan Kejuaraan Dunia di Glasgow, Skotlandia.
Padahal, pada tahun tersebut, Tai telah muncul sebagai salah satu tunggal putri, selain Carolina Marin (Spanyol), yang bisa menembus dominasi tunggal putri China. Dia menempati peringkat teratas dunia sejak Desember 2016 dan telah berada pada posisi tersebut selama 185 pekan, hingga menjadi tunggal putri nomor satu dunia terlama.
Kemenangan atas Sindhu membuatnya untuk pertama kalinya akan memperoleh medali dari Kejuaraan Dunia. Podium tertinggi bisa ditempati jika Tai bisa mempertahankan penampilan seperti ketika melewati perempat final. Dia mengeluarkan kemampuan terbaik, salah satunya melalui pukulan-pukulan dengan arah yang tak diduga Sindhu, termasuk dalam posisi sulit. Saat mendapat kesempatan menyerang, Tai selalu berusaha memukul kok dengan cepat agar Sindhu tak memiliki kesempatan bersiap untuk mengembalikannya.
Saya senang bisa memenangi pertandingan tadi. Tetapi, saya lebih senang karena bisa bermain dengan baik. Saya puas dengan penampilan saya.
”Saya senang bisa memenangi pertandingan tadi. Tetapi, saya lebih senang karena bisa bermain dengan baik. Saya puas dengan penampilan saya,” komentar Tai.
Atas penampilan lawannya tersebut, Sindhu pun tak banyak berkomentar. ”Tak banyak yang bisa saya katakan. Saya memang melakukan kesalahan, tetapi itu adalah kesalahan biasa. Hari ini, Tai Tzu Ying memang bermain sangat baik,” ujar Sindhu.
Meski telah melewati salah satu tantangan terberat, Tai tak ingin memandang terlalu jauh tentang kesempatannya untuk menjadi juara dunia. ”Masih ada pertandingan lain, termasuk semifinal melawan pemain China. Saya harus bermain dengan lebih sabar dan yang paling penting adalah bisa mengeluarkan kemampuan terbaik dan mengatasi tekanan dari dalam diri sendiri,” tuturnya.
Pada semifinal, Tai akan berhadapan dengan He Bingjiao yang menang dalam laga sesama peman China. He menang atas Han Yue, 21-16, 21-18.
Tai unggul 8-2 atas He. Akan tetapi, seperti statistik pertemuan dengan Sindhu, He adalah pemain yang pernah mengalahkan Tai pada perempat final Kejuaraan Dunia. Itu terjadi pada 2018 ketika He menang, 21-18, 7-21, 21-13.
Tunggal putri lain yang akan tampil pada semifinal adalah pemain Jepang, Akane Yamaguchi, yang mengalahkan An Se-young (Korea Selatan), 21-7, 11-21, 21-10. Yamaguchi akan memperebutkan tiket final dengan juara dunia 2013, Ratchanok Intanon, atau Zhang Yi Man (China).
Sejarah India
Pemain India yang berada pada paruh atas undian tunggal putra berhasil memanfaatkan kesempatan dengan absennya Kento Momota, Anthony Sinisuka Ginting, dan Jonatan Christie. Dua tempat di semifinal pada paruh ini menjadi milik Kidambi Srikanth dan Lakshya Sen.
Tunggal putra India pun mencatatkan sejarah dengan menempatkan wakil pada final untuk pertama kalinya sejak Kejuaraan Dunia digelar pada 1977. Srikanth lolos ke semifinal dengan kemenangan mudah atas pemain Belanda, Mark Caljouw, 21-8, 21-7, sementara Sen menyingkirkan wakil China, Zhao Junpeng , 21-15, 15-21, 22-20.
Salah satu di antara mereka berkesempatan menjadi wakil India kedua yang menjadi juara dunia setelah Sindhu. Srikanth atau Sen akan berebut gelar juara dengan salah satu dari empat pemain yang tampil dalam perempat final, Jumat malam, yaitu Anders Antonsen (Denmark) yang berhadapan dengan Lee Zii Jia (Malaysia) atau Loh Kean Yew (Singapura) yang bermain melawan pemain India lainnya, Prannoy HS.