Menyusul absennya sejumlah pemain top, tampil di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis menjadi kesempatan langka bagi kebanyakan pemain lainnya. Mereka memanfaatkan peluang emas itu dengan tampil habis-habisan di Huelva, Spanyol.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Tampil di Kejuaraan Dunia menjadi kesempatan langka yang akhirnya didapatkan banyak pebulu tangkis dengan absennya sejumlah pemain top di Huelva, Spanyol, 12-19 Desember. Mereka pun mengerahkan semua kemampuannya, tidak peduli menang atau kalah.
Salah satu peserta yang mendapatkan peluang itu adalah ganda campuran Indonesia, Dejan Ferdinansyah/Serena Kani. Seusai mengalahkan Paul Reynolds/Rachael Darragh (Irlandia), 21-14, 21-16, di Palacio de los Deportes Carolina Marin, Senin (13/12/2021), Dejan/Serena akan menghadapi unggulan ke-11 asal Jerman, Mark Lamsfuss/Isabel Lohau.
”Bagi pemain klub, bermain dalam Kejuaraan Dunia menjadi kesempatan berharga. Mereka harus memanfaatkan peluang ini dengan tampil maksimal,” ujar Vita Marissa, pelatih yang mendampingi Dejan/Serena, di Spanyol.
Dejan/Serena menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada Kejuaraan Dunia 2021 setelah para pemain Indonesia lainnya mengundurkan diri. PP Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) membatalkan keikutsertaan semua pemain top pelatnas, ditambah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Tommy Sugiarto, karena kekhawatiran sebagian pemain dengan munculnya Omicron, varian baru Covid-19.
Ganda campuran peringkat ke-97 dunia itu berhak tampil di Spanyol karena diundang Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF). Nama mereka masuk daftar undangan karena PBSI hanya mendaftarkan tiga ganda campuran pelatnas dari jatah empat pasangan sebelum lantas mengundurkan diri.
Kuota maksimal
Berbeda dengan kejuaraan dengan label ”Terbuka”, Kejuaraan Dunia hanya bisa diikuti pemain yang memenuhi syarat menempati posisi tertentu pada peringkat dunia dan diundang BWF. Statuta BWF juga mengatur kuota maksimal setiap negara pada setiap nomor mengacu daftar peringkat dunia pada tanggal tertentu, yaitu 21 September pada 2021.
Skor 20-0 sama seperti 20-20 untuk kami. Siapa pun bisa memenangi poin pada posisi tersebut dan saya tak pernah berpikir untuk mundur meski tertinggal jauh.
Dari daftar itu, Indonesia memiliki jatah empat wakil, masing-masing pada tunggal putra dan semua nomor ganda, serta dua wakil di tunggal putri. Tim ”Merah Putih” memanfaatkan semua kuota tersebut, kecuali di ganda putri yang hanya didaftarkan tiga wakil.
Di ganda campuran, PBSI mengambil tiga tiket untuk pemain pelatnas dan memberikan satu tiket lainnya kepada pemain klub, dalam hal ini Dejan/Serena yang merupakan pemain PB Djarum.
Sesuai dengan peraturan BWF, jika pemain yang lolos berdasarkan peringkat memutuskan absen, hak berlaga diberikan kepada pemain dengan peringkat terbaik di bawahnya. Dejan/Serena memiliki hak tersebut karena enam wakil pelatnas di atas mereka tidak tampil.
Meski dibiayai PB Djarum, pendaftaran Dejan/Serena tetap dilakukan asosiasi, yaitu PBSI, sesuai dengan peraturan BWF. Keberangkatan mereka ke Spanyol pun atas izin PBSI.
Dengan hanya berstatus sebagai ganda campuran peringkat kedelapan Indonesia, bertanding dalam Kejuaraan Dunia menjadi kesempatan besar dan langka bagi Dejan/Serena. Apalagi, mereka lebih sering berpeluang tampil di kejuaraan berlevel rendah, seperti international series/challenge dan BWF Super 100. Pada ajang BWF World Tour tahun ini, hasil terbaik Dejan/Serena adalah perempat final Spanyol Masters Super 300, yaitu pada Mei lalu.
Keterwakilan benua
Peraturan lain yang diberlakukan dalam Kejuaraan Dunia, seperti halnya Olimpiade, adalah adanya keterwakilan dari semua benua. Peraturan ini menjadi kesempatan berharga bagi atlet-atlet berperingkat rendah, yang sulit mendapat tempat dalam kejuaraan BWF World Tour, dan dari negara dengan tradisi bulu tangkis yang tidak begitu kuat.
Pemain Nigeria, Anuoluwapo Juwon Opeyori, tak menyia-nyiakan kesempatan tampil pada tunggal putra meski selama ini lebih fokus bermain pada ganda putra bersama Godwin Olofua. Mereka berperingkat ke-53 dunia.
Opeyori, dengan ranking ke-127 dunia, bahkan menjadi tunggal putra berperingkat terendah kedua yang tampil dalam Kejuaraan Dunia 2021 setelah Bernardo Atilano (Portugal/nomor 135).
Pantang menyerah
Opeyori tak menyerah meski dia sangat kesulitan ketika berhadapan dengan pemain Jepang peringkat ke-40 dunia, Koki Watanabe, pada babak pertama, Minggu. Opeyori bahkan hampir tak mendapat satu angka pun pada gim kedua ketika tertinggal, 0-20.
”Olofua (yang berperan sebagai pelatih saat Opeyori tampil) mengatakan, skor 20-0 sama seperti 20-20 untuk kami. Siapa pun bisa memenangi poin pada posisi tersebut dan saya tak pernah berpikir untuk mundur meski tertinggal jauh,” kata Opeyori dalam laman resmi BWF.
Opeyori akhirnya mendapat satu poin pada gim kedua ketika kok dari pukulan Watanabe jatuh di luar lapangan. Opeyori mengerahkan tenaga terakhirnya pada momen itu dengan melakukan smes. Dia pun mengangkat tangan kiri di mana jari telunjuknya mengarah ke angkasa.
”Saya tak pernah berhadapan dengan lawan berlevel tinggi pada nomor tunggal. Jadi, saya pun tak terbiasa bermain dengan tempo cepat. Namun, saya senang mendapat kesempatan bertanding dalam laga seperti tadi. Saya senang bisa menyelesaikan pertandingan. Itulah yang terpenting meski saya kalah telak,” kata Opeyori.