Siman hanya menjadikan Indonesia Terbuka sebagai batu lonjatan ke Kejuaraan Dunia. Dia sangat antusias untuk bisa kembali mengikuti ajang internasional.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Perenang nasional I Gede Siman Sudartawa (27) hanya menjadikan Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka 2021 sebagai ajang pemanasan. Siman menatap target yang lebih besar setelah ajang tersebut, yaitu Kejuaraan Dunia Renang Jarak Pendek di Abu Dhabi pada 16-21 Desember 2021.
Perenang spesialis jarak pendek tetap tampil dalam Indonesia Terbuka di Stadion Akuatik GBK pada Kamis (9/12/2021), meskipun akan berangkat ke Abu Dhabi pada Minggu malam. Turun di nomor 50 meter gaya dada yang bukan andalannya, dia hanya finis di peringkat ke-10 kategori senior dengan catatan waktu 30,78 detik.
Siman sengaja di tampil nomor tersebut walaupun sudah tahu tidak akan juara. “Sebenarnya ini hanya buat latih tanding saja untuk Kejuaraan Dunia nanti. Karena di sana nomornya jarak pendek, aku fokus pemanasan di jarak pendek juga,” ucapnya saat diwawancara.
Perenang yang membela Millenium Aquatic Jakarta ini dibatasi hanya tampil dalam satu nomor lomba setiap hari. Selain gaya bebas, dia juga akan turun di nomor 50 meter gaya punggung (Jumat) dan kupu-kupu (Sabtu).
Kata Siman, Indonesia Terbuka memang salah satu ajang paling bergengsi di Tanah Air. Namun, dia merasa kejuaraan tersebut tidak cukup untuk memacu prestasinya. Karena itu, dia hanya menjadikan ajang ini sebagai batu loncatan menuju Kejuaraan Dunia.
“Dari SEA Games (2019) kami belum bertanding keluar negeri. Kami butuh keluar karena di Indonesia ya begini-begini saja. Ketemunya teman-teman lagi. Kejuaraan Dunia nanti sangat penting terutama untuk melatih mental. Pasti akan berbeda kalau ajang besar, ada tekanan untuk bisa juara, tuntutan untuk tampil sebaik mungkin,” lanjut perenang spesialis gaya punggung tersebut.
Kejuaraan Dunia Jarak Pendek nanti akan terasa berbeda bagi Siman yang turun di nomor 50 meter dan 100 meter gaya punggung. Dia akan berlomba di kolam sepanjang 25 meter, setengah kali daripada jarak kolam panjang, 50 meter.
Di kolam jarak pendek, perenang butuh keahlian lebih saat menyelam dan memutar balik. Mereka akan lebih sering menggunakan dua teknik tersebut. Adapun sudah delapan tahun berselang sejak Siman tampil di ajang jarak pendek.
Pelatih renang nasional Albert C Sutanto mengatakan, banyak hal yang bisa didapatkan dari ajang jarak pendek. “Mereka jadi bisa merasakan berenang lebih cepat karena jarak pendek pasti waktunya lebih cepat. Juga, bisa melatih anak-anak agar pembalikan mereka lebih bagus,” jelasnya.
Perenang akan lebih cepat karena lebih sering menyelam saat pembalikan. Adapun perenang akan lebih cepat saat menyelam dibandingkan ketika di permukaan kolam. Contohnya Siman. Catatan rekor nasionalnya di nomor 50 meter gaya punggung kolama panjang adalah 25,01 detik, kalah dari waktu terbaiknya di jarak pendek, 24,6 detik (2013).
Sebenarnya ini hanya buat latih tanding saja untuk Kejuaraan Dunia nanti. Karena di sana nomornya jarak pendek, aku fokus pemanasan di jarak pendek juga.
Di sisi lain, Siman juga akan menguji kemampuannya setelah mendapat program baru, sepulang dari PON Papua. Dia menjalani program campuran dari pelatih pemusatan latihan nasional asal Australia, Michael Piper, dan Albert.
Program campuran ini merupakan inisiasi dari tim pelatih. Sebelumnya, Siman dan tim sprinter nasional tidak berhasil mencapai waktu terbaiknya di PON ketika menggunakan program latihan Piper yang merupakan pelatih baru pelatnas, sejak pertengahan 2021.
Adapun Piper adalah seorang pelatih spesialis perenang jarak menengah. Programnya dianggap tidak terlalu cocok dengan para sprinter nasional, terutama perenang yang sudah berusia tua. Karena itu, Albert pun dipercaya kembali untuk terlibat dalam program latihan para sprinter.
“Program kami dikawinkan. Para sprinter senior merasa ada yang cocok dan tidak (dari program Piper). Kalau senior kan beda ya pendekatannya. Mereka sudah di puncak, jadi tinggal bagaimana menjaga kondisi itu tetap di atas,” pungkas Albert.
Awalnya, tim Indonesia ingin mengirimkan 11 perenang ke Kejuaraan Dunia. Namun, hanya empat perenang yang berhasil menembus batas waktu kualifikasi. Selain Siman, ada juga Glenn Victor, Aflah Fadlan Prawira, dan Farrel Armandio Tangkas yang akan berangkat ke Abu Dhabi.
Tanpa kejutan
Tidak banyak kejutan di Indonesia Terbuka pada hari pertama penyelenggaraan. Perenang nasional yang baru dua bulan setelah pulang dari PON masih menunjukkan dominasinya.
Salah satunya adalah pemecah Rekornas PON Papua di nomor 100 meter gaya bebas putri, Patrisia Yosita Hapsari (28). Perenang asal klub Millenium Aquatic Surabaya ini kembali sukses menyabet emas pada nomor andalannya itu dengan catatan watu 58,01 detik.
Catatan ini memang lebih lambat 1,06 detik dari catatan rekornas miliknya. Namun, Patrisia menilai, dia sedang dalam tren menuju penampilan terbaiknya. “Kemarin kan puncaknyadi PON. Setelah dari sana sempat libur dua minggu. Sejauh ini, waktu tadi sudah lumayan, tidak jelek sama sekali,” ucapnya.
Patrisia sangat bersemangat tampil di Indonesia Terbuka karena ajang ini akan menjadi evaluasi terakhir untuk promosi dan degradasi pelatnas. Sang perenang veteran menargetkan bisa ikut membela “Merah Putih” di SEA Games Hanoi 2021.
Hanya ada satu rekornas yang terpercahkan pada hari pembuka Indonesia Terbuka. Perenang asal klub Tirtamerta Cimahi Swimming Club, Kaisar Hansel Putra Franciscus (13), memecahkan rekornas Kelompok Umur III nomor 100 meter gaya bebas putra dengan catatan 54,54 detik. Dia memperbarui rekornas sebelumnya atas nama Agung Sulaksono, 55,53 detik, yang diciptakan di Jakarta pada 2018.