Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka 2021 dijadikan panggung untuk menyusun ulang peta regenerasi perenang. Kekuatan perenang tidak terpantau belakangan ini karena minimnya ajang besar semasa pandemi Covid-19.
Oleh
Kelvin Hianusa
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Akibat pandemi Covid-19, para perenang muda Indonesia kehilangan kompetisi berskala nasional selama hampir dua tahun terakhir. Kemampuan mereka tidak terpantau perkembangannya. Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia berharap, dengan digelarnya Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka 2021, bisa disusun ulang peta regenerasi.
Setelah absen digelar pada tahun 2020, Indonesia Terbuka akan kembali berlangsung di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno pada 9-12 Desember 2021. Kejuaraan pada edisi ke-4 ini diikuti 583 perenang dari empat kategori kelompok umur (KU) dan tingkat senior.
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) Harlin Rahardjo mengatakan, Indonesia Terbuka paling tepat untuk memetakan ulang kemampuan perenang. Ajang ini mempertemukan perenang dari berbagai usia dan daerah.
Adapun semasa pandemi, ajang terbesar yang berlangsung hanyalah Pekan Olahraga Nasional Papua 2021. Sayangnya, ajang ini hanya diikuti atlet elite. Sementara itu, beberapa daerah juga sempat mulai mengadakan kompetisi, tetapi skalanya jauh lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia Terbuka.
”Sebenarnya banyak perenang baru. Namun, waktu PON, mereka banyak juga yang tidak lolos kualifikasi karena kuotanya terbatas. Kami ingin melihat perkembangan atlet-atlet baru yang tidak lolos PON. Kami berharap muncul talenta baru. Ajang ini akan bagus untuk mengasah mental mereka,” ucap Harlin saat dihubungi pada Rabu (8/12/2021).
Indonesia Terbuka memakai pendekatan berbeda karena dilakukan saat pandemi. Nantinya, perlombaan dibagi menjadi dua sesi. KU III dan KU IV, yang merupakan atlet di bawah usia 14 tahun, akan tampil pada pagi dan siang hari. Sementara itu, perenang di atas usia 14 tahun akan berlomba mulai sore hingga malam hari. Hal ini untuk mengurangi jumlah kerumunan di stadion.
Perenang juga hanya akan tampil sekali dalam setiap nomor untuk mencatat waktu dan menentukan peringkat akhir. Tidak ada babak kualifikasi dan final karena pembagian waktu tampil dalam lima kategori dan waktu penyelenggaraan yang terbatas.
Kami ingin melihat perkembangan atlet-atlet baru yang tidak lolos PON. Kami berharap muncul talenta baru. Ajang ini akan bagus untuk mengasah mental mereka.
Di sisi lain, semua perenang nasional juga akan ambil bagian dalam kejuaraan tahunan tersebut. Mereka akan bertarung maksimal karena ajang ini merupakan pertimbangan akhir untuk promosi dan degradasi pemusatan latihan nasional. Hasil dari PON dan Indonesia Terbuka akan dievaluasi untuk menentukan perenang yang tampil di SEA Games Hanoi 2021.
Harlin berharap, para perenang nasional bisa mencapai prestasi lebih baik kali ini. Mengingat, banyak perenang yang tampil kurang maksimal di PON, antara lain I Gede Siman Sudartawa. Mereka terkendala latihan yang sering berhenti tiba-tiba pada masa pandemi. ”Kami ingin meninjau ulang dengan hasil di dua ajang itu. Kami mau berangkatkan yang benar-benar siap. Semua yang di pelatnas sekarang belum aman,” ujarnya.
Salah satu perenang yang dibebankan target besar adalah Joe Aditya (20). Perenang pelatnas asal DKI Jakarta ini merupakan bintang baru saat PON Papua. Ketika itu, dia menghasilkan dua emas lewat nomor 200 meter gaya bebas dan 4 meter x 200 meter estafet gaya bebas.
Joe, yang sempat merepotkan perenang senior seperti Glenn Victor dan Triadi Fauzi di Papua, diharapkan lebih konsisten. Dengan usia yang masih muda, dia mempunyai potensi besar untuk menggantikan dua seniornya tersebut. Joe juga kemungkinan besar akan menjadi andalan di SEA Games nanti.
Kata Joe, dia sangat antusias menyambut debut di kategori senior Indonesia Terbuka. Dia akan turun di 6 nomor individu yang mayoritas di gaya bebas dan kupu-kupu. ”Saya punya target pribadi untuk memperbaiki catatan terbaik. Semoga bisa konsisten dari penampilan PON kemarin,” ucapnya.
Namun, Joe harus beradaptasi lagi dengan sistem kompetisi nanti. Menurut dia, sistem dengan babak kualifikasi dan final lebih cocok untuknya. ”Kalau hanya satu kesempatan, mau tidak mau harus total. Kalau ada kualifikasi, saya lebih suka karena jadi bisa coba-coba. Misalnya, tenaga yang kepakai sebesar ini, jadi bisa mengatur strategi,” jelasnya.
Selain promosi dan degradasi, Indonesia Terbuka pun dijadikan ajang pemanasan untuk empat perenang nasional, yaitu Siman, Glenn, Aflah Fadlan, dan Farrel Armando Tangkas. Seusai ajang ini, mereka akan langsung berangkat ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk mengikuti Kejuaraan Dunia Renang pada 16-21 Desember.
Rakernas KONI
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) resmi memulai Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada Rabu ini di Jakarta. Rakernas ini bertujuan membahas evaluasi penyelenggaraan PON Papua dan mempersiapkan rencana turunan untuk Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Ketua Umum KONI Marciano Norman mengatakan, PON Papua memang berjalan sukses dan lancar. Namun, ajang tersebut tidak lepas dari berbagai kekurangan. Karena itu, mereka akan mengevaluasi kekurangan tersebut untuk perbaikan di PON selanjutnya yang akan dilaksanakan dua provinsi, yakni Sumatera Utara dan Aceh.
Marciano sekaligus menyampaikan dukungan penuh kepada DBON. ”KONI pusat, provinsi, dan daerah memberikan dukungan penuh DBON untuk mencetak juara dunia ke depan. Kami akan bahas itu dalam rakernas. Konkretnya, apa yang harus dilakukan pusat, daerah, harus jelas terurai,” tambahnya.
Rakernas KONI turut dihadiri lifter nasional Eko Yuli Irawan. Peraih perak Olimpiade Tokyo 2020 ini mendapat penghargaan kategori atlet terbaik. Eko berpesan, penerapan DBON harus bisa sejalan antara pusat dan daerah.
”Programnya bagus. Tinggal bagaimana nanti saat turun ke bawah. Seperti apa nanti Kota Kabupaten menjalankannya. Cabang olahraganya sejalan tidak. Kalau semua lancar, kemungkinan DBON itu bisa berjalan dengan baik. Sebagai atlet, kami hanya bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin. Tinggal yang mempersiapkan itu seperti apa,” kata Eko.