Konsistensi GM Susanto Megaranto dalam Kejuaraan Catur Japfa FIDE Rated 2021 diuji usai remis dengan pecatur nongelar Surya Wahyudi. Dengan kapasitasnya, Susanto dinilai tidak boleh menyia-nyiakan kemenangan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Hari keempat Kejuaraan Catur Japfa FIDE Rated 2021 di Gedung Serbaguna Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (7/12/2021), menjadi ujian konsistensi pecatur andalan Indonesia Grand Master atau GM Susanto Megaranto. Setelah berhasil melahap lima laga awal dengan kemenangan, pecatur 34 tahun itu akhirnya remis pertama kali saat menghadapi pecatur nongelar yang menjadi rekannya di Tim Impian pertama Indonesia, Surya Wahyudi, dalam babak keenam.
Salah satu kelemahan pecatur Indonesia, termasuk Susanto, adalah kurang memiliki semangat juang untuk menang. Padahal, dari kejuaraan-kejuaraan seperti ini, mentalitas tidak mau kalah bisa dibangun.
”Salah satu kelemahan pecatur Indonesia, termasuk Susanto, adalah kurang memiliki semangat juang untuk menang. Padahal, dari kejuaraan-kejuaraan seperti ini, mentalitas tidak mau kalah bisa dibangun. Itu yang ditunjukkan oleh pecatur-pecatur India sehingga India bisa menjadi kekuatan catur dunia saat ini,” terang Ketua Komisi Catur Sekolah Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) Hendry Jamal di sela kejuaraan, Selasa.
Namun, Susanto tidak larut dengan hasil kurang optimal tersebut. Pecatur asal Indramayu, Jawa Barat, itu berhasil bangkit untuk kembali merebut kemenangan ketika berjumpa pecatur nongelar lainnya, Ahmad Fauzi, di babak ketujuh.
Hasil itu pun berhasil mengamankan posisi Susanto di puncak klasemen dengan 6,5 poin. Dia unggul tie break atas Surya yang berada di peringkat kedua dengan poin yang sama. Adapun pecatur muda penuh kejutan asal Sidoarjo, Jawa Timur, Dziththauly Ramadhan, menempel keduanya di urutan ketiga dengan 6,0 poin.
”Tadi, saya berusaha main aman melawan Mas Santo. Apalagi saya pegang buah putih. Sejak awal, saya tidak mau cari menang tapi cari remis saja. Sebab, sebelum ini, saya banyak kalah dengan Mas Santo. Jadi, tadi, saya main adu-adu saja untuk cari aman. Nanti, sehabis ini, saya akan ngegas lagi cari poin. Kalau tadi kalah, setelahnya, saya bakal sulit nanjak lagi,” ungkap Surya.
Hasil yang disesalkan
Hendry mengatakan, hasil remis Susanto dengan Surya itu cukup disesalkan. Sebagai pecatur unggulan pertama dengan elo rating tertinggi, yakni 2.548, Susanto semestinya tidak boleh remis apalagi kalah dalam kejuaraan ini. Lagi pula kapasitas semua lawannya jauh berada di bawah.
Akibat remis di babak enam itu, Susanto yang telah mengumpulkan tambahan 6 elo rating dari kemenangan di lima babak awal harus merelakan semua tambahan elo rating tersebut hilang. Beruntung, karena menang di babak ketujuh, dia mendapatkan lagi tambahan 1 elo rating.
Sebelumnya, Susanto menuturkan, para pecatur yang berpartisipasi dalam kejuaraan ini tidak bisa diremehkan. Secara rating dan pengalaman, dia mungkin unggul jauh atas para peserta lain. Namun, secara teori atau pemahaman bermain, dirinya mengaku semua lawan sangat berat.
”Potensi semua lawan di sini sangat luar biasa, termasuk pecatur muda. Mungkin rating mereka rendah dan tidak ada gelar, tapi cara bermain mereka sudah sangat kuat. Yang kurang dari mereka hanya pengalaman. Mungkin mereka kurang kesempatan ikut kompetisi internasional. Itu yang membuat mereka kurang baik mengelola permainan dan waktu ketika fase kritis pertandingan,” ujar Susanto.
Dziththauly berharap PB Percasi bisa membantu pecatur-pecatur muda di daerah agar bisa lebih sering ikut kejuaraan, terutama level internasional. Selama ini, kendala pecatur daerah adalah biaya untuk ikut kejuaraan, seperti dirinya yang mesti patungan dengan teman asal Sidoarjo untuk ikut kejuaraan kali ini.
”Karena terkendala biaya, pecatur daerah termasuk yang masih muda cenderung minim berpartisipasi dalam suatu ajang sehingga perkembangannya lambat. Padahal, dari potensi, kami yakin bisa bersaing dengan pecatur elite nasional,” pungkas Dziththauly yang bisa menyulitkan Susanto dalam laga babak kelima kemarin.