Insiden mobil Sean Gelael yang terbalik saat ”sprint rally” memberi banyak pelajaran, terutama soal bagaimana menggelar balapan yang aman dan pentingnya kehati-hatian dalam mengemudikan mobil bagi orang awam.
Oleh
WISNU AJI DEWABRATA
·5 menit baca
Garasi rumah Ricardo Gelael, ayah pebalap Sean Gelael, di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (28/11/2021), berubah menjadi bengkel. Sejumlah teknisi dari Eropa sedang ”membedah” mobil Citroen C3 R5 yang sehari sebelumnya digunakan oleh Sean untuk mengikuti Kejurnas Sprint Rally Meikarta. Bagian-bagian mobil dipereteli semua. Bagian yang masih bagus dipisahkan dengan bagian yang rusak.
Mobil itu terbalik saat Sean beraksi di Special Stage (SS2) Kejurnas Sprint Rally Meikarta, Sabtu (27/11/2021). Video detik-detik mobil menghajar gundukan kemudian ”terbang” dan terbalik menjadi viral. Bagian belakang mobil rusak parah dan moncongnya rusak ringan. Namun, Sean dan navigator, yaitu Ketua Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo tidak terluka sedikit pun.
Untuk memperjelas duduk perkara insiden tersebut, Sean memberikan penjelasan mendetail kepada wartawan dengan menunjukkan data telemetri saat reli berlangsung. Dalam data telemetri berupa grafik warna-warni tersebut, tampak kapan dan di mana Sean menambah kecepatan, mengerem, gerakan setir, berapa putaran mesin, dan lain-lain. Rekaman kamera video dari dalam mobil juga diperlihatkan sehingga terlihat jelas kronologi insiden.
Menurut Sean, pada saat shakedown hari Jumat (26/11/2021) kondisi lintasan di lokasi insiden kering sehingga mobil dapat dipacu hingga kecepatan 110 kilometer per jam. Saat SS1 hari Sabtu, lintasan menjadi berlumpur karena hujan pada malam hari. Sean sedikit mengurangi kecepatan menjadi 107 km per jam. Kemudian memasuki SS2, Sean kembali tancap gas dengan kecepatan 109 km per jam karena kondisi lintasan mulai kering. Pada saat itulah terjadi insiden yang membuat mobil Sean terguling.
Penyebab insiden itu diduga adalah gundukan yang pada saat shakedown ataupun saat SS1 belum muncul. Gundukan itu bisa muncul karena faktor alam, tetapi bisa juga karena bekas dilewati mobil-mobil peserta lainnya.
Dalam rekaman video, gundukan itu tidak tampak tinggi. Namun, karena kecepatan mobil di atas 100 km per jam, menyebabkan bagian hidung mobil terangkat dengan sudut terlalu tinggi. Akibatnya, mobil terempas ke bawah lalu terguling.
Di dekat lokasi insiden ada dua tanjakan. Yang pertama karena ada persimpangan, yang kedua adalah tanjakan yang sebelumnya (saat shake down dan SS1) tidak ada.
”Di dekat lokasi insiden ada dua tanjakan. Yang pertama karena ada persimpangan, yang kedua adalah tanjakan yang sebelumnya (saat shake down dan SS1) tidak ada,” ujar Sean.
Sean menambahkan, keikutsertaannya dalam ajang reli tersebut hanya untuk tujuan ekshibisi. ”Saya tidak mencari kemenangan, hanya meramaikan,” lanjutnya.
Kondisi lintasan
Menurut pelatih Sean, Nuno Ricardo Pinto, kondisi lintasan reli tersebut sebagian besar adalah tarmac (aspal) dan sebagian kecil gravel (tanah dan kerikil). Semestinya lintasan reli hanya satu macam. Kondisi lintasan campuran seperti itu tidak sesuai untuk reli, karena mobil hanya disetel satu setelan. Setelan tarmac untuk lintasan aspal dan setelan gravel untuk lintasan tanah atau kerikil.
”Panjang lintasan 5,3 km, di mana 5 km adalah tarmac dan sisanya gravel. Jadi wajar kalau setelan mobilnya adalah untuk tarmac. Dengan setelan seperti itu, jika ada perubahan lintasan di area gravel tentu bisa berpengaruh, termasuk kecelakaan. Pada pagi hari, sebelum SS1, kami keliling naik motor melihat lintasan dan semua normal,” ujar pria berkebangsaan Portugal tersebut.
Menurut Pinto, setelah membongkar mobil diketahui tidak ada kerusakan yang parah. Kerusakan parah bisa dihindari karena mobil Citroen C3 R5 tersebut adalah mobil khusus reli. Apabila insiden itu terjadi pada mobil biasa, tentu akan mengalami kerusakan parah. Oleh karena itu, Pinto yang juga pelatih pebalap F1 Lance Stroll itu yakin kesalahan bukan pada pebalap.
Mekanik Citroen Sport, Daniel Silva, mengatakan, setelah membongkar mobil dan mempelajari telemetri dapat disimpulkan kondisi mobil baik-baik saja. Kecepatan Sean juga tergolong tidak terlalu tinggi. ”Mobilnya tidak cocok untuk reli dengan level kompetisi seperti kemarin, karena kemarin hanya ekshibisi,” ucapnya.
Tiga faktor
Berdasarkan pengalamannya di sejumlah ajang balapan nasional dan internasional, Sean menyebutkan ada tiga faktor penyebab kecelakaan dalam balapan. Faktor pertama adalah kesalahan pebalap atau human error. Faktor kedua adalah kesalahan teknis atau mechanical. Sementara faktor ketiga adalah faktor lintasan yang harus dipastikan keamanannya.
Pebalap tim Jagonya Ayam itu menuturkan, terkait kondisi lintasan, race control akan selalu memberi tahu pebalap tentang kondisi lintasan. Pengecekan lintasan harus selalu dilakukan dan pebalap harus tahu kondisi lintasan terkini.
Saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Dalam balapan memang banyak risikonya. Teman baik saya meninggal dunia. Saya pun pernah mengalami patah tulang (karena balapan).
”Saya tidak mau menyalahkan siapa-siapa. Dalam balapan memang banyak risikonya. Teman baik saya meninggal dunia. Saya pun pernah mengalami patah tulang (karena balapan),” ujarnya.
Ricardo Gelael mengatakan, seharusnya setiap perubahan kondisi lintasan diinformasikan kepada pebalap. Kondisi lintasan bisa berubah karena berbagai faktor, apalagi lintasan reli yang dilakukan di alam terbuka. Tidak bisa ditawar lagi, keamanan adalah nomor satu dalam olahraga otomotif.
”Pertanyaannya, kenapa mobil Sean celaka, sementara yang lain tidak. Sebab, mobil lain tidak sekencang Sean atau kondisi lintasannya masih normal. Ada pebalap lain yang mengalami insiden seperti Sean, tapi mobilnya tidak terguling,” lanjutnya.
Menurut mantan pereli era 1990-an itu, saat reli ekshibisi, peran navigator tidak penting karena lintasannya pendek. Dalam sprint rally seperti reli Meikarta, panjang lintasan sekitar 5 kilometer saja sehingga pebalap sudah hafal dengan kondisi lintasan.
Mengenai kondisi mobil, Ricardo mengutarakan, kemungkinan hanya mengganti bodi mobil yang rusak. Sementara kondisi mesin serta gear box masih bagus. Mobil tersebut dibeli sepaket dengan perangkat keselamatan reli yang lolos homologasi Fédération Internationale de l'Automobile (FIA).
Sean dan Bambang Soesatyo tidak cedera sedikit pun karena memakai helm dan mengendarai mobil reli yang dilengkapi perangkat keselamatan mumpuni, seperti roll bar, sabuk pengaman khusus, serta kursi balap yang jauh lebih aman dibandingkan dengan perangkat keselamatan mobil biasa. Jika mobil dengan spesifikasi reli masih bisa celaka, apalagi mobil biasa.