Para pemain yang melaju ke final Indonesia Masters menerapkan mantra baru, yaitu mengabaikan rekor laga sebelumnya. Mereka hanya fokus pada laga yang dihadapi saat itu.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
BADUNG, KOMPAS - Lupakan statistik, fokus pada apa yang dijalani. “Mantra” itu cukup jitu bagi sejumlah pemain saat tampil dalam turnamen bulu tangkis Daihatsu Indonesia Masters BWF World Tour Super 750, hingga membawa mereka ke final.
Sebelum berhadapan dengan Ong Yew Sin/Teo Ee Yi pada semifinal, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon unggul telak 5-0 atas ganda Malaysia tersebut. Namun, angka tersebut tak tertanam dalam benak ganda Indonesia peringkat teratas dunia itu ketika tampil di Bali International Convention Center, Sabtu (20/11/2021).
Tak ingin jemawa dengan rekor itu, Kevin/Marcus tetap mewaspadai Ong/Teo. Apalagi, pasangan lawan berperingkat ke-14 dunia itu memiliki pertahanan kuat seperti tipikal ganda putra Malaysia secara umum.
Maka, ketika pertahanan Malaysia sulit ditembus, apalagi dengan kok yang cukup berat hingga lajunya tak begitu kencang, Kevin/Marcus tak lagi memperagakan permainan cepat yang menjadi ciri khas mereka. Ganda berjulukan “Minions” itu memperkuat pertahanan untuk mengadapi gempuran serangan Ong/Teo dan bersabar menanti kesempatan meraih poin.
Reli dengan 30 hingga 50-an pukulan dengan tempo lambat pun sering terjadi. Padahal, situasi seperti ini sangat jarang terjadi pada permainan ganda putra.
Dengan cara itu dan ditambah upaya meminimalkan kesalahan, Kevin/Marcus lolos ke final dengan kemenangan 18-21, 21-17, 21-11. “Pertandingan hari ini cukup sulit. Lawan bermain sangat baik, kami pun senang bisa lolos ke final,” komentar Marcus.
Kevin menambahkan, bermain tanpa beban dan menikmati setiap pertandingan menjadi kunci kemenangan pada semifinal.
Cara tersebut, serta pola pikir melupakan statistik pertemuan akan dipakai kembali ganda putra nomor satu dunia itu untuk final. Mereka akan berhadapan dengan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang) yang mengalahkan pasangan Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, 21-18, 19-21, 21-17.
Kevin/Marcus, bahkan, unggul lebih telak atas Hoki/Kobayashi, yaitu 10-0, pada pertemuan 2015-2019. “Lupakan catatan pertemuan sebelumnya. Setiap pertandingan selalu berbeda, memiliki atmosfer dan berlangsung di tempat berbeda. Kami hanya akan fokus pada pertandingan,” kata Marcus.
Final, pada Minggu, menjadi yang ketiga beruntun bagi Kevin/Marcus setelah turnamen di Perancis dan Jerman. Di Perancis Terbuka, 26-31 Oktober, mereka kalah dari Ko Sung-hyun/Shin Baek-cheol (Korea Selatan). Gelar juara didapat dari Hylo Terbuka, pada pekan berikutnya.
Tunggal putra nomor satu dunia, Kento Momota, juga tak terpaku pada keunggulan 12-2 atas Chou Tien Chen (Taiwan) sebelum bertemu pada semifinal di Bali. Dalam setiap pertandingan melawan Chou, Momota sangat mewaspadainya. Dia pun mengalahkan Chou dengan skor, 21-19, 21-11, dan akan berhadapan dengan Anders Antonsen pada final. Pemain Denmark ini menang 21-14, 21-9 atas Kidambi Srikanth.
Prinsip tak terpaku dengan catatan pertemuan sebelumnya juga dipegang ganda campuran Hongkong, Tang Chun Man/Tse Ying Suet, saat melawan Yuta Watanabe/Arisa Higashino (Jepang). Akan tetapi, berbeda dengan Kevin/Marcus dan Momota, Tang/Tse berada dalam posisi tertinggal, yaitu selalu kalah dalam tujuh pertemuan dengan Watanabe/Higashino.
Maka, ketika kemenangan 18-21, 21-19, 21-17 diraih setelah bertanding selama satu jam 16 menit, Tang/Tse pun mengungkapkan rasa takjub mereka. “Rasanya, saya tak bisa mempercayainya. Ini seperti keajaiban, untuk pertama kalinya kami mengalahkan mereka. Sulit untuk menjelaskan perasaan saya,” komentar Tse.
Saat memasuki lapangan, Tse bercerita, mereka tak memikirkan tujuh pertemuan sebelumnya dengan peraih perunggu Olimpiade Tokyo 2020 itu. “Kami hanya berpikir pada apa yang terjadi di lapangan, tadi. Kami akhirnya bisa bermain baik dan menang,” lanjut Tse yang akan berebut gelar juara dengan pasangan Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.
Ini seperti keajaiban, untuk pertama kalinya kami mengalahkan mereka.
Dominasi Jepang
Perebutan gelar juara, pada Minggu, didominasi pemain-pemain Jepang yang akan tampil dalam empat nomor. Selain Momota dan Hoki/Kobayashi, Jepang diwakili pula oleh pemain-pemain pada nomor putri, Akane Yamaguchi dan Nami Matsuyama/Chiharu Shida.
Final melawan An Se-young menjadi final dalam tiga turnamen beruntun bagi Yamaguchi setelah menjuarai Denmark dan Perancis Terbuka dalam sebulan terakhir. Dalam kedua ajang itu pula, Yamaguchi mengalahkan An, yaitu pada final Denmark Terbuka dan semifinal Perancis Terbuka. Pada ganda putri, Matsuyama/Shida akan ditantang pasangan Korea Selatan, Jeong Na-eun/Kim Hye-jeong.