Kesalahan Servis Mengempaskan Peluang Sabalenka di Final WTA
Sembilan belas kali kesalahan ganda saat servis harus dibayar mahal oleh Aryna Sabalenka. Petenis unggulan pertama ini tersingkir dari persaingan turnamen Final WTA di tangan petenis Yunani, Maria Sakkari.
Oleh
JOHANES WASKITA UTAMA
·6 menit baca
GUADALAJARA, SENIN — Pada cabang olahraga tenis, servis adalah pukulan pembuka yang bisa memberi banyak keuntungan pada pemain. Di tingkat profesional, petenis diharapkan meraih poin saat memegang servis, dan kehilangan angka atau gim saat servis menjadi kerugian besar yang bisa menentukan hasil pertandingan.
Hal itu yang harus dibayar mahal oleh Aryna Sabalenka. Petenis putri Belarus peringkat dua dunia itu kehilangan kesempatan lolos ke semifinal turnamen Final WTA karena berulang kali gagal melakukan servis. Secara total, Sabalenka membuat 19 kesalahan ganda (double fault) saat servis, yang membuatnya harus menyerah pada petenis Yunani Maria Sakkari, 6-7 (1/7), 7/6 (8/6), 3-6, pada laga terakhir penyisihan Grup Chichen Itza, di Stadion Tenis Akron, Guadalajara, Meksiko, Senin (15/11/2021) atau Selasa (16/11/2021) pagi WIB.
Sabalenka tiba di Guadalajara sebagai unggulan pertama, karena petenis nomor satu dunia Ashleigh Barty absen pada turnamen penutup musim kompetisi WTA Tour ini. Namun, Sabalenka harus bersaing dengan Sakkari untuk lolos ke semifinal, karena pada laga sebelumnya sama-sama kalah dari petenis Spanyol Paula Badosa, dan sama-sama menang dari petenis muda Polandia Iga Swiatek. Badosa kemudian keluar sebagai juara grup, sedangkan Sabalenka dan Sakkari harus berjuang pada laga hidup-mati di pertandingan terakhir untuk berebut posisi runner-up.
Ribuan penonton yang memadati tribune pun dipuaskan dengan laga yang berlangsung 2 jam 47 menit, yang menjadi laga terlama pada turnamen ini. Di dua set pertama, kedua petenis bergantian saling mematahkan servis sehingga kedua set itu harus diselesaikan dengan tie-break.
”Pertandingan tadi seperti naik roller coaster bagi kami berdua. Saya mematahkan servisnya, lalu dia ganti melakukan break. Ini hanya soal siapa yang bisa memanfaatkan kesempatan. Saya rasa, pada akhirnya saya bermain dengan sepenuh hati dan berjuang keras untuk membalikkan keadaan,” ujar Sakkari.
Pada set pertama, Sakkari (26) tertinggal 3-5, tetapi berhasil menggagalkan set point Sabalenka, lalu mematahkan servis lawannya untuk memaksakan tie-break. Sakkari memperlihatkan pentingnya servis yang baik dengan memenangi tie-break melalui tiga kali servis as.
Saya tak bisa menemukan ritme permainan. Sepanjang laga saya kesulitan melakukan servis. Ini laga yang berat, dan harus saya katakan, servis saya sangat buruk.
Sabalenka bangkit di set kedua, tetapi kembali kehilangan tiga set point karena servis yang buruk, sebelum memaksakan laga berlangsung tiga set lewat tie-break. Petenis berusia 23 tahun ini sempat berada di atas angin dengan memimpin 3-1 di set ketiga, lalu menghancurkan peluangnya sendiri dengan sederet kesalahan ganda saat servis. Sakkari pun melaju dengan merebut lima gim beruntun dan memenangi pertandingan.
”Musim ini belum berakhir, tetapi saya sudah mencatat sukses di turnamen ini berkat kemenangan tadi. Saya sangat gembira,” ujar Sakkari, yang lolos ke empat besar Final WTA dalam debutnya di turnamen ini.
Sakkari mengawali tahun ini di peringkat ke-21 dunia. Setelah mencapai semifinal pada Grand Slam Roland Garros dan Amerika Serikat Terbuka, peringkatnya terus membaik dan masuk 10 besar dunia pada akhir September. Prestasinya musim ini mengamankan posisinya sebagai petenis putri Yunani pertama yang lolos ke Final WTA, turnamen yang hanya diikuti delapan petenis terbaik pada WTA Tour musim ini.
Adapun Sabalenka sulit keluar dari tekanan karena buruknya servis, terutama di set ketiga. Dia beberapa kali meluapkan kekesalan pada laga panjang ini, terutama setelah melakukan double fault. Dia melempar raketnya dan membuang bola ke arah penonton. Namun, Sabalenka juga mengundang tepuk tangan penonton saat meminta challenge atas keputusan wasit yang menyebut servisnya keluar, dan ternyata masuk.
”Saya tak bisa menemukan ritme permainan. Sepanjang laga saya kesulitan melakukan servis. Pada satu momen saya berhasil, pada saat lain saya tak bisa melakukan apa-apa. Ini laga yang berat, dan harus saya katakan, servis saya sangat buruk,” ujarnya.
Hasil laga ini membuat tiga unggulan teratas turnamen gagal lolos ke semifinal. Selain Sabalenka yang menjadi unggulan pertama, dua petenis Ceko yang menjadi unggulan kedua dan ketiga, Barbora Krejcikova dan Karolina Pliskova, tersingkir dari persaingan Grup Teotihuacan.
Pada laga semifinal, Sakkari akan menantang Anett Kontaveit (25), petenis Estonia yang sedang naik daun dengan dua gelar juara di WTA Moskwa dan Cluj-Napoca, tepat sebelum tampil di Final WTA. Adapun Badosa (24) akan melawan sesama petenis Spanyol yang lebih berpengalaman dan telah mengoleksi dua gelar Grand Slam, Garbine Muguruza (28).
Badosa gagal menyapu bersih kemenangan di grup setelah pada laga terakhir harus mengakui keunggulan Swiatek, juara Perancis Terbuka 2020, 5-7, 4-6. Namun, kekalahan yang terjadi tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-24 itu tidak menggeser posisinya sebagai juara Grup Chichen Itza
Final ATP
Pada turnamen Final ATP yang berlangsung di Turino, Italia, petenis terbaik dunia Novak Djokovic mengawali penampilannya di Grup Hijau dengan kemenangan atas unggulan kedelapan asal Norwegia, Carper Ruud, 7-6 (7/4), 6-2, Senin. Pada laga lain di grup yang sama, Selasa (16/11/2021) dini hari WIB, unggulan keempat dan juara Final ATP 2019 asal Yunani, Stefanos Tsitsipas, menjalani start buruk dengan kekalahan dari petenis Rusia Andrey Rublev, 4-6, 4-6.
Djokovic mengawali langkahnya untuk merebut gelar keenam Final ATP dengan kehilangan servis melawan Ruud. Namun, petenis yang telah memastikan posisi nomor satu dunia di akhir tahun itu segera bangkit untuk merebut kemenangan.
”Rasanya aneh. Pukulan forehand saya bagus, lalu saya maju ke depan net, terpeleset, tersandung, raket saya jatuh, dan akhirnya kehilangan servis,” ujar Djokovic tentang kegagalannya mempertahankan servis di awal set pertama.
”Kondisi di sini sulit. Jika Anda kehilangan servis, sulit untuk merebutnya kembali. Tetapi saya bisa bertahan dan senang dengan cara saya bermain hari ini,” ujar petenis Serbia berusia 34 tahun itu.
Setelah pertandingan, Djokovic menerima trofi sebagai petenis peringkat satu dunia di akhir tahun untuk ketujuh kalinya (2011, 2012, 2014, 2015, 2018, 2020, 2021) yang diserahkan oleh petenis legendaris AS, Pete Sampras. Sukses Djokovic melampaui rekor Sampras, yang menjadi petenis nomor satu dunia di akhir tahun selama enam kali beruntun (1993-1998).
”Dia lebih konsisten, memenangi lebih banyak gelar, dan lebih banyak Grand Slam. Prestasinya tak habis dibicarakan. Saya tidak yakin ada yang bisa memecahkan rekor tujuh kali ini,” ujar Sampras, pengoleksi 14 gelar juara Grand Slam, tentang Djokovic.
Djokovic juga menyatakan kekagumannya pada Sampras. ”Saya berusia empat atau lima tahun saat melihat Pete bermain di Wimbledon pertama kali. Setelah itu saya meminta dibelikan raket dan jatuh cinta pada tenis. Sangat mengagumkan mengetahui saya memegang rekor ini melewati Pete,” ujar Djokovic.
Pada laga kedua Grup Hijau, Rublev mampu membalas kekalahan tahun lalu dari Sitsipas pada laga penyisihan grup Final ATP. Dia tak membiarkan Tsitsipas mendapat kesempatan mematahkan servisnya, dan menyelesaikan pertandingan dalam 90 menit.
”Kuncinya adalah servis yang baik. Tetapi, tak hanya servis, saya juga mengembalikan servis lawan dengan agresif meski dari baseline. Hari ini saya bermain sangat baik, dan saya gembira,” ujar Rublev. (AP/AFP/REUTERS)