Garbine Muguruza Akhiri Rangkaian Kemenangan Kontaveit
Garbine Muguruza mulai memperlihatkan konsistensi bersaing di papan atas tenis putri. Mantan petenis putri nomor satu dunia ini lolos ke semifinal turnamen Final WTA setelah mengalahkan petenis Estonia, Anett Kontaveit.
Oleh
JOHANES WASKITA UTAMA
·5 menit baca
GUADALAJARA, MINGGU – Petenis putri Spanyol Garbiñe Muguruza mengakhiri rangkaian 12 laga tak terkalahkan Anett Kontaveit saat keduanya bertemu pada laga penutup grup turnamen tenis Final WTA. Pada laga penutup grup di Stadion Tenis Akron, Guadalajara, Meksiko, Minggu (14/11/2021), atau Senin (15/11) pagi WIB, Muguruza mengungguli petenis Estonia itu dua set langsung, 6-4, 6-4.
Kemenangan ini meloloskan Muguruza ke semifinal sebagai runner up Grup Teotihuacan, dengan dua kali menang dan satu kekalahan. Pengoleksi dua gelar juara Grand Slam ini mendampingi Kontaveit yang sudah memastikan diri lolos sebagai juara grup. Kontaveit berbekal dua kemenangan straight set atas dua petenis Ceko yang juga tergabung di grup ini, yakni Karolina Pliskova dan Barbora Krejcikova.
Muguruza membutuhkan kemenangan untuk lolos ke semifinal, karena baru mengumpulkan satu kemenangan atas Krejcikova, dan kalah dari Pliskova. Apalagi, pada laga sebelumnya Pliskova membuka peluang lolos ke semifinal setelah mengalahkan Krejcikova 0-6, 6-4, 6-4.
“Saya merasa telah berkembang lebih baik dan menemukan diri sendiri. Hari ini saya tahu harus menang, dan berusaha meraihnya,” ujar Muguruza. Setelah sempat terlempar dari peringkat 30 besar dunia pada 2019, petenis berusia 28 tahun ini mulai menemukan kembali bentuk permainan terbaiknya dan tahun ini telah mengoleksi satu gelar di WTA 1000 Dubai.
Kewajiban harus menang itu membuatnya tampil agresif di lapangan. Mantan petenis nomor satu dunia pada 2017 ini langsung mematahkan servis Kontaveit pada gim pertama. Dia kemudian mempertahankan servisnya dari dua kali kesempatan break point Kontaveit pada gim ke-10, yang membuatnya merebut set pertama.
Muguruza mengulang perjalanan yang sama dengan mematahkan servis lawan untuk memimpin di awal set kedua. Meski Kontaveit beberapa kali mencetak angka melalui pukulan winner yang menyusuri garis tepi lapangan, namun Muguruza tampil konsisten mengincar sisi forehand Kontaveit yang kali ini menjadi titik lemah.
Saya merasa telah berkembang lebih baik dan menemukan diri sendiri. Hari ini saya tahu harus menang, dan berusaha meraihnya.
Kontaveit membuka peluang menyamakan kedudukan dengan memimpin dan meraih break point pada gim ke-10, dalam kedudukan tertinggal 4-5. Namun, dua kali servis as Muguruza membawanya menyelamatkan gim itu, dan mempertahankan servis untuk memenangi pertandingan.
“Saya harus menghentikan rangkaian kemenangan Anett, dia seperti tak terkalahkan di Tour, dan untungnya saya berhasil. Dia tidak berada dalam kondisi terbaik malam ini, mungkin karena sudah pasti lolos ke semifinal,” kata Muguruza terkait penampilan Kontaveit, yang tiba di Guadalajara dengan membawa hasil tak terkalahkan dan gelar juara di WTA Moskwa dan Cluj-Napoca.
Dengan kemenangan ini, juara Perancis Terbuka 2016 dan Wimbledon 2017 itu akan melawan rekan senegara, Paula Badosa, di semifinal. Badosa telah memastikan diri sebagai juara Grup Chichen-Itza dengan dua kemenangan atas petenis Yunani Maria Sakkari dan unggulan teratas Aryna Sabalenka (Belarus). Sakkari dan Sabalenka akan saling berhadapan pada Senin (15/11) malam waktu setempat untuk menentukan siapa yang akan mendampingi Badosa ke semifinal.
Meski saat ini Muguruza dan Badosa adalah dua petenis terbaik Spanyol menurut peringkat dunia WTA—Muguruza di peringkat kelima dan Badosa di peringkat ke-10—tetapi keduanya belum pernah bertemu di WTA Tour. Posisi Badosa (24) meroket tahun ini dengan puncaknya menjadi juara turnamen WTA 1000 Indian Wells.
“Dari empat petenis yang tersisa, dua berasal dari Spanyol. Hal itu memperlihatkan tingginya kualitas tenis di Spanyol, ini sangat menyenangkan," ujar Muguruza usai laga.
Akhiri harapan
Kemenangan Muguruza atas Kontaveit mengakhiri harapan Pliskova, yang bangkit dari kekalahan di set pertama dan tertinggal 2-4 di set kedua untuk mengalahkan Krejcikova, 0-6, 6-4, 6-4 , pada laga sebelumnya. Finalis Wimbledon 2021 ini pun gagal mengulang prestasinya lolos ke semifinal turnamen Final WTA untuk ketiga kalinya setelah pada 2018 dan 2019. Tahun lalu, turnamen penutup musim kompetisi tenis putri ini tidak diselenggarakan karena pandemi Covid-19.
Pliskova sukses membuat 11 servis as, namun nyaris tertutup dengan membuat 12 kesalahan ganda saat servis, yang membuatnya kehilangan set pertama. Dia menyelamatkan dua break point pada gim kesembilan set kedua untuk memimpin 5-4, dan mematahkan servis Krejcikova pada gim ke-10 untuk memaksakan set ketiga, yang kemudian dimenangkannya.
"Saya tampil sangat buruk di set pertama, dan berjuang keras untuk membuka kesempatan ke semifinal. Saya senang bisa menang dan menunggu peluang untuk lolos,” ujarnya sebelum laga Muguruza melawan Kontaveit.
Adapun Krejcikova yang menjadi unggulan kedua di turnamen ini tersisih tanpa satu pun kemenangan. Namun, juara Perancis Terbuka 2021 ini masih berpeluang meraih gelar di nomor ganda berpasangan dengan Katerina Siniakova.
“Saya menjalani musim yang luar biasa, dan tampil bagus tahun ini, sehingga hasil ini sangat mengecewakan. Saya masih bisa meraih hasil lebih baik di nomor ganda, dan kini saya bisa fokus ke sana,” ujarnya.
Turnamen Final WTA seharusnya berlangsung di Shenzen, China, tetapi dipindahkan ke Guadalajara pada tahun ini karena kondisi pandemi Covid-19. Penyelenggaraan turnamen ini dijadwalkan kembali ke Shenzhen pada 2022.
ATP Next Gen
Sementara itu, petenis muda Spanyol Carlos Alcaraz membuktikan potensinya sebagai calon petenis papan atas dunia dengan menjuarai turnamen ATP Next Gen yang berakhir Minggu (14/11) dini hari WIB. Pada laga final turnamen bagi petenis putra terbaik berusia 21 ke bawah di Milan, Italia, petenis yang baru berusia 16 tahun tersebut mengalahkan sesama bintang muda asal Amerika Serikat, Sebastian Korda, 4-3 (7/5), 4-2, 4-2.
Alcaraz (18), memperlihatkan mengapa dia disebut-sebut sebagai petenis muda terbaik dunia dengan mendominasi Korda, yang menjadi unggulan kedua, dalam waktu satu jam 22 menit. Korda berusia tiga tahun lebih tua dari Alcaraz, dan belum terkalahkan sepanjang turnamen. Namun, dia tak mampu menandingi lawannya tersebut.
“Rasanya megagumkan, menjuarai turnamen ini berarti sangat besar. Saya juga terkejut bisa bermain sebaik ini di lapangan indoor,” ujarnya. (AFP/AP)