Keterlambatan konsumsi untuk para atlet kembali terjadi, kali ini di Peparnas Papua. Masalah berulang ini harus segera diselesaikan agar atlet bisa fokus bertanding dan tidak mencoreng nama baik Papua sejauh ini.
Oleh
Kelvin Hianusa
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterlambatan konsumsi untuk para atlet, seperti yang sempat terjadi di Pekan Olahraga Nasional Papua 2021, kembali terulang pada penyelenggaraan Pekan Paralimpiade Nasional Papua 2021. Para atlet Paralimpiade berharap masalah distribusi ini bisa diatasi secepatnya.
Keterlambatan konsumsi itu salah satunya dialami pebulu tangkis nasional yang membela kontingen Jawa Tengah, Suryo Nugroho. Atlet kelas SU-5 (disabilitas tubuh bagian atas) ini harus terlambat makan karena konsumsi yang belum tiba. Konsumsi telat 1-2 jam dari jadwal semula.
Suryo mengira keterlambatan ini tidak akan terulang lagi di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) karena itu sudah pernah terjadi ketika PON Papua, Oktober lalu. Namun, dia merasakan kendala serupa di Peparnas. ”Masih terjadi sampai hari ini. Seperti siang ini, kami baru dapat makan siang pukul 14.40,” ucapnya saat dihubungi pada Sabtu (6/11/2021).
Keterlambatan itu dikhawatirkan berdampak terhadap kesehatan atlet. Panitia menyediakan makanan setelah lewat dari jam layak konsumsi. Di salah satu kotak makanan itu terdapat peringatan untuk dikonsumsi sebelum pukul 14.00, tetapi makanan yang dinanti baru datang setelah melewati waktu tersebut.
Suryo, peraih medali perunggu Olimpiade Paralimpiade Tokyo 2020, berharap persoalan distribusi konsumsi itu bisa segera diselesaikan. Dengan pelayanan baik, Suryo dan atlet Peparnas lain bisa fokus untuk menatap pertandingan.
”Ada beberapa faktor yang harus diperbaiki panitia, salah satunya masalah konsumsi untuk makan yang terlambat. Semuanya (penyelenggaraan) mudah-mudahan bisa lancar sampai akhir,” ucap atlet yang sedang menjalani Peparnas ketiga dalam kariernya tersebut.
Penyebabnya data belum fixed. Kami pastikan ini (masalah konsumsi) tidak terjadi lagi.
Keterlambatan konsumsi juga dirasakan atlet tenis meja yang membela DKI Jakarta, Komet Akbar. Dia mengalami keterlambatan konsumsi pada hari Jumat bersamaan dengan hari upacara pembukaan Peparnas.
”Ya, awal-awal sih begitu, kemarin. Karena mungkin (masalah) koordinasi atau apa ya? Soalnya LO (panitia yang mendampingi) masih ganti-ganti. Jadi, ada makan siang masih terlambat. Kalau hari ini, snack tepat waktu saat pagi. Siang tidak tahu karena kami kebetulan sedang keluar,” ucap Akbar yang juga tampil di Paralimpiade Tokyo.
Menu makanan di Peparnas, menurut Akbar, terbilang cukup lengkap. Dia merasa kebutuhan gizi untuk atlet sudah cukup terpenuhi. Namun, atlet kelas TT10 (disabilitas tubuh atas paling ringan) ini juga berharap tidak ada lagi keterlambatan konsumsi saat pertandingan.
Di luar masalah konsumsi, atlet seperti Suryo cukup puas dengan fasilitas di Peparnas. Atlet Paralimpiade yang tinggal di Wisma Atlet Stadion Mandala, Kota Jayapura, itu mengapresiasi tempat tersebut karena sudah ramah disabilitas. Sementara itu, panitia dan warga lokal pun ramah kepada mereka.
Salah data
Wakil Ketua Pengurus Besar Peparnas Hans Hamadi berkata, masalah keterlambatan itu berawal dari salah data dalam distribusi konsumsi. Catatan tersebut sudah menjadi evaluasi dalam rapat panitia dan akan segera diperbaiki.
”Penyebabnya data belum fixed. Jadi, ada yang sudah telanjur diantar ke hotel, orangnya ternyata sudah ke venue pertandingan. Jadi, untuk langkah antisipasi, makanan panitia dikasih untuk atlet terlebih dulu. Kami pastikan ini (masalah konsumsi) tidak terjadi lagi,” ucap Hans.
PB Peparnas dan Komite Paralimpiade Indonesia (NPC) akan sama-sama datang ke dapur umum. Mereka akan mengevaluasi semua hal terkait jumlah makanan dan pengantar, hingga cara kerja dari dapur menuju hotel atau arena.
”Kalau besok masih mengalami hal yang sama, ada keluhan, kami terpaksa putus kontrak dengan event organizer yang menangani konsumsi. Nanti, konsumsi terpaksa diserahkan ke hotel masing-masing. Jangan sampai Peparnas yang sudah dibuka dengan baik tercoreng oleh (masalah) itu. Buat kami, tiga hal, yaitu akomodasi, konsumsi, dan transportasi, adalah prioritas,” pungkas Hans.