Untuk kelima kalinya, Indonesia gagal menembus putaran final Piala Asia U-23. Pelatih Indonesia Shin Tae-yong mengakui, banyak hal yang perlu dibenahi timnya agar meraih prestasi di ajang berikutnya.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
·5 menit baca
DUSHANBE, SELASA — Tim nasional Indonesia U-23 kembali gagal menembus putaran final Piala Asia U-23. ”Garuda Muda” tumbang 0-1 dari Australia pada laga kedua Grup G Kualifikasi Piala Asia U-23 2022, Jumat (29/10/2021) malam WIB, di Stadion Utama Tajikistan, Dushanbe. Hasil itu menegaskan perbedaan kualitas antara Australia dan Indonesia.
Dengan kekalahan itu, Indonesia mengakhiri laga di Grup G sebagai juru kunci tanpa meraih poin, sedangkan Australia berada di posisi puncak dengan koleksi enam poin. Setelah China dan Brunei Darussalam mengundurkan diri, grup itu hanya menyisakan Australia dan Indonesia yang memperebutkan satu tiket ke putaran final Piala Asia U-23 di Uzbekistan, 1-19 Juni 2022.
Pada dua laga yang dijalani dalam kurun waktu tiga hari, Australia menampilkan keunggulan kualitas satu tingkat di atas Indonesia. Australia secara rata-rata mengoleksi 71 persen penguasan bola dan secara akumulasi menciptakan 27 tembakan di dua duel Grup G.
Adapun Indonesia gagal menghasilkan gol, bahkan skuad ”Garuda Muda” gagal menghasilkan satu pun tembakan mengarah ke gawang di laga kedua. Pada pertandingan pertama, Selasa (26/10/2021), Indonesia bisa mencetak dua gol dari dua peluang tepat sasaran ke gawang Australia. Pada laga pertama, Indonesia tumbang 2-3.
Secara umum, Australia juga menunjukkan penampilan yang lebih matang. Pemain Australia memainkan operan-operan pendek secara sempurna sehingga pemain Indonesia kesulitan mengakhiri penguasaan bola ”Socceroos”, julukan Australia. Ketika kehilangan bola, pemain Australia juga melakukan tekanan kepada pemain Indonesia dan cepat melakukan transisi permainan.
Di sisi lain, Australia juga memanfaatkan dengan maksimal kelemahan tradisional Indonesia dalam mengantisipasi situasi bola mati. Gol yang dicetak Australia melalui sepakan Patrick Wood pada menit ke-11 merupakan buah dari buruknya fokus pemain ”Garuda Muda” untuk melindungi gawang dari ancaman peluang tendangan bebas lawan.
Penyerang Indonesia, Taufik Hidayat, salah membuang bola yang justru menjadi sebuah operan matang bagi Wood yang berdiri tanpa kawalan di hadapan kiper Indonesia, Ernando Ari Sutaryadi. Bagi Wood, itu adalah gol kedua ke gawang Indonesia dalam dua laga beruntun.
Setelah tertinggal, Indonesia juga kesulitan mengembangkan permainan. Buruknya sentuhan pertama beberapa pemain juga menjadi kendala Indonesia untuk memainkan bola-bola pendek. Alhasil ”Garuda Muda” lebih banyak mengandalkan operan-operan panjang ke lini depan. Sayangnya, strategi itu amat mudah diantisipasi pemain Australia yang memiliki keunggulan postur tubuh.
”Secara keseluruhan penampilan tim telah membaik dibandingkan dengan laga pertama. Namun, kami kemasukan gol berkat satu kesalahan yang seharusnya bisa dihindari,” kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong seusai laga.
Menurut Shin, anak asuhannya telah menampilkan semangat juang yang tinggi untuk berusaha mencetak gol selama 90 menit laga. Di sisi lain, ia berusaha akan memperbaiki sisi penyelesaian akhir timnya yang terlihat amat buruk di laga kedua.
Penyelesaian akhir perlu terus kami evaluasi. Banyak situasi yang seharusnya bisa menjadi peluang untuk menciptakan ancaman ke gawang lawan, tetapi hal itu gagal dimaksimalkan pemain.
”Penyelesaian akhir perlu terus kami evaluasi. Banyak situasi yang seharusnya bisa menjadi peluang untuk menciptakan ancaman ke gawang lawan, tetapi hal itu gagal dimaksimalkan pemain,” katanya.
Meskipun gagal menghasilkan satu pun tembakan tepat sasaran, Indonesia mencatatkan tiga tembakan yang diblok pemain belakang Australia. Tiga momen itu tercipta pada 20 menit akhir pertandingan.
Peran Asnawi-Witan
Secara umum, penampilan Indonesia tertolong oleh dua pemain yang berkiprah di luar negeri, seperti Asnawi Mangkualam Bahar yang berkarier di Ansan Greeners, tim Liga 2 Korea, dan Witan Sulaeman yang membela Lechia Gdansk di Liga Polandia. Keberadaan dua pemain itu membuat serangan Indonesia lebih hidup di sisi kanan ketimbang duet Pratama Arhan dan Marselino Ferdinan yang masing-masing mengisi posisi bek dan gelandang kiri.
Hal itu ditunjukkan Asnawi dengan mencatatkan tujuh tekel sukses. Witan juga berhasil tiga kali merebut bola dari pemain Australia. Tak hanya itu, Witan juga menjadi satu-satunya pemain ”Garuda Muda” yang menghasilkan tembakan. Hanya saja, tembakan Witan pada menit ke-12 masih melambung di atas mistar gawang Australia.
Di luar keduanya, Ernando juga kembali konsisten melakukan sejumlah penyelamatan apik untuk menghalau peluang Australia. Kiper Persebaya Surabaya itu melakukan tujuh penyelamatan di pertandingan kedua itu. Pada laga pertama kontra ”Socceroos”, Ernando mencatatkan lima penyelamatan.
Marselino pun mengakui, dirinya mendapat pelajaran dari duel menghadapi Australia itu. Ia bertekad akan berusaha memperbaiki diri agar bisa menghasilkan permainan lebih bagi untuk timnas.
”Hasil ini membuat kami harus lebih bekerja keras lagi dalam latihan dan terus mengevaluasi diri. Kami menunjukkan semangat pantang menyerah membuat kami bisa menutupi perbedaan kualitas dengan Australia,” kata Marselino yang merupakan pemain Persebaya.
Gagal lima kali
Dengan hasil dua kekalahan dari Australia yang menghasilkan agregat 2-4, anak asuhan Shin Tae-yong gagal mewujudkan mimpi lolos untuk pertama kali ke ajang Piala Asia U-23. Atas dasar itu, Indonesia telah lima kali gagal menembus putaran final turnamen tersebut dalam lima edisi terakhir. Sejak Piala Asia U-23 digulirkan pada 2013, Indonesia selalu gagal lolos dari babak kualifikasi.
Sementara itu, Australia berpeluang memperbaiki prestasi di Piala Asia 2020 lalu. Kala itu, ”Soceroos" menjadi juara ketiga.
Meski begitu, skuad ”Garuda Muda” masih berpeluang untuk memberikan prestasi pada ajang SEA Games 2022 di Vietnam. Para pemain yang dibawa Shin ke Tajikistan berisi kerangka utama tim yang memang disiapkan untuk menghadapi cabang sepak bola di pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara itu.
Shin pun mengungkapkan, para pemain timnas U-23 akan dipersiapkannya untuk menghadapi dua ajang terdekat bagi timnas, yaitu Piala AFF 2021 dan SEA Games 2022.
”Ada beberapa pemain yang akan saya pertahankan untuk menghadapi turnamen selanjutnya,” kata pelatih berkebangsaan Korea Selatan itu.