Jalan Terjal Mengadang Sejak Awal
Setelah gagal di Piala Sudirman, peluang muncul di kejuaraan beregu putra dan putri, Piala Thomas dan Uber. Tim putra yang menjadi unggulan teratas menemui tantangan berat.
Kekecewaan di Piala Sudirman berpeluang ditebus pada Piala Thomas dan Uber 2020, di Aarhus, Denmark, 9-17 Oktober. Tim putra yang menjaci unggulan pertama berpeluang lebih besar, tetapi tantangan besar harus dihadapi sejak awal di ”grup neraka”.
Hendra Setiawan dan kawan-kawan tergabung di Grup A pada babak penyisihan. Aljazair, yang akan dihadapi pada laga pertama di Ceres Arena, Minggu (10/10/2021) pukul 00.00 WIB, seharusnya bukan lawan berat bagi Indonesia.
Tetapi, kehadiran Thailand dan Taiwan membuat jalan menuju peringkat dua besar di grup, sebagai syarat lolos ke perempat final, menjadi leih terjal. Meski tak memiliki pemain putra peringkat sepuluh besar dunia, kekuatan Thailand tak bisa dianggap enteng. Mereka akan termotivasi penampilan dalam Piala Sudirman di Vantaa, Finlandia, 26 September-3 Oktober.
Baca juga: Bangkitkan Kembali Motivasi Tim Thomas Uber
Saat itu, Thailand lolos ke perempat final dengan dua kali menang dan sekali kalah di Grup A. Meski akhirnya tersingkir di perempat final, tim Gajah Putih itu memberi perlawanan tangguh melawan China di Grup A dan Korea Selatan pada perempat final. Dua tim raksasa itu harus bertarung hingga partai kelima, menang dengan skor 3-2.
”Tahun ini, kami menargetkan Tim Thomas setidaknya bisa lolos dari babak penyisihan grup,” ujar Kepala Pelatih Timnas Thailand Rexy Mainaky di Bangkok, Thailand.
Dua wakil yang tampil di Piala Sudirman dan akan bersaing di Piala Thomas, yaitu Kunlavut Vitidsarn dan Supak Jomkoh/Kitinupong Kedren tampil cukup konsisten. Vitidsarn, tiga kali juara dunia yunior, dua kali menang dari tiga pertandingan. Dua kemenangan didapat dari pemain yang lebih berpengalaman, yakni Kidambi Srikanth (India) dan Shi Yuqi (China).
Jomkoh/Kitinupong, peringkat ke-94 dunia, juga tampil baik mengalahkan He Jiting/Tan Qiang (China) dan Choi Sol-gyu/Seo Seung-jae (Korea Selatan).
Taiwan menjadi lawan lebih berat dengan kehadiran Chou Tien Chen, Wang Tzu Wei, dan peraih medali emas ganda putra Olimpiade Tokyo 2020 yang absen di Piala Sudirman, Lee Yang/Wang Chi Lin.
Baca Juga: Alarm Bahaya untuk Tim Piala Thomas
Usai terakhir kali menjuarai Piala Thomas di Guangzhou, China, 2002, Indonesia kesulitan untuk memiliki kekuatan merata pada semua nomor. Setelah berakhirnya era Hendrawan, Hariyanto Arbi, Taufik Hidayat, Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky, Candra Wijaya/Sigit Budiarto, dan pemain lainnya, Tim ”Merah Putih” hanya bisa mengandalkan poin dari nomor ganda putra.
GRAFIS
Menanti lahirnya penerus Taufik lebih sulit dibandingkan dengan melihat regenerasi di ganda putra. ”Indonesia selalu mengandalkan dua ganda, lalu berusaha mencuri satu tunggal. Padahal, Piala Thomas punya pertandingan tunggal lebih banyak daripada ganda,” begitu pendapat yang sering diungkapkan legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata.
Situasi itu masih terjadi di Aarhus. Indonesia datang dengan kekuatan dua ganda putra terbaik dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Ada pula pasangan peringkat ketujuh dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, serta juara dunia yunior, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Indonesia selalu mengandalkan dua ganda, lalu berusaha mencuri satu tunggal. Padahal, Piala Thomas punya pertandingan tunggal lebih banyak daripada ganda.
Pada tunggal putra, selain tiga pemain peringkat teratas, Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Shesar Hiren Rhustavito, turut pula Chico Aura Dwi Wardoyo.
Meski memiliki kekuatan ganda putra yang ditakuti lawan, penampilan Kevin/Marcus di Piala Sudirman cukup mengkhawatirkan. Mereka kalah telak saat melawan Aaron Chia/Soh Wooi Yik, 12-21, 15-21. Kekalahan itu membawa skuad Indonesia disingkirkan Malaysia 2-3 di perempat final.
Jika Kevin/Marcus tak dapat mengembalikan motivasi dan memperbaiki komunikasi di lapangan, terutama saat tertinggal dari lawan, Fajar/Rian pun harus bersiap naik status sebagai ganda kedua di bawah Hendra/Ahsan. Peraih medali perak Asian Games Jakarta Palembang 2018 itu telah disiapkan tim pelatih untuk berperan lebih besar pada Piala Thomas. Jika skenario itu terjadi, Leo/Daniel pun akan mendapat kesempatan debut dalam Piala Thomas.
Pekerjaan rumah lebih besar dimiliki tunggal putra yang hanya menang sekali dari empat pertandingan di Piala Sudirman. Satu kemenangan itu pun didapat saat Anthony bertemu spesialis ganda putra, Ivan Sozonov (Rusia).
Peraih perunggu Tokyo 2020 itu kalah saat berhadapan dengan Anders Antonsen (Denmark) dan Lee Zii Jia (Maaysia). Jonatan juga kalah saat diberi kesempatan tampil lawan Brian Yang (Kanada).
Baca Juga: Kekuatan China Tak Tertandingi
Maka, meraih kemenangan dari dua ganda dan mencuri satu tunggal dari setiap pertandingan, terutama melawan tim dengan kekuatan berimbang, akan menjadi tugas besar tim putra Indonesia.
Dengan jeda hanya sepekan dari Piala Sudirman, faktor yang paling mungkin untuk dibenahi adalah mental. Seperti dikatakan Hendra, yang menjadi kapten tim putra dan tampil kedelapan kalinya di Piala Thomas, motivasi tim telah bangkit kembali setelah gagal memanfaatkan peluang juara di Piala Sudirman.
Faktor lain yang juga penting adalah menanamkan pola pikir tanpa beban dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri hingga bisa tampil mati-matian pada setiap laga. Ini menjadi kritik pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi pada Kevin/Marcus saat kalah dari Chia/Soh. Ganda berjulukan ”Minions” itu dinilai bermain tanpa gereget.
Tanpa beban
Dalam persaingan tim putri, rasanya terlalu berlebihan jika berharap Indonesia membawa pulang Piala Uber. Kekuatan Indonesia berada di bawah China, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand.
Namun, status bukan tim favorit justru bisa membuat Greysia Polii dan kawan-kawan tampil tanpa beban. Apalagi, skuad Indonesia diisi pemain muda berusia 16-21 tahun. Mereka seharusnya tak punya rasa takut bertemu pemain berpengalaman.
Perjalanan tim putri dimulai melawan Jerman, Sabtu, pukul 13.30 WIB. Setelah itu, mereka akan melawan Perancis dan juara bertahan, Jepang.
Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky menilai, laga melawan Jerman bisa menjadi kunci perjalanan Tim Uber Indonesia. Dalam latihan di Ceres Arena, Jumat, Rionny mengingatkan setiap pemain untuk tampil ngotot, tetapi tanpa membawa beban ke lapangan.
Baca Juga: Indonesia Gagal Memanfaatkan Kesempatan
Komitmen untuk saling mendukung, sebagai faktor penting dalam kejuaraan beregu, diungkapkan setiap pemain pada pertemuan tim putri dengan psikolog.
Pemain ganda putri, Apriyani Rahayu, menegaskan bahwa dia dan rekan-rekannya siap mengemban tugas jika diturunkan dalam laga melawan Jerman. ”Saya datang ke sini tentu ingin bermain dan memberikan penampilan maksimal,” kata Apriyani, peraih emas Tokyo 2020 bersama Greysia.