Kekalahan para pemain tunggal dan ganda putra di Piala Sudirman mengancam peluang Indonesia untuk menjadi juara Piala Thomas, pekan depan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Peluang besar untuk menjuarai Piala Sudirman 2021 terempas saat Indonesia dikalahkan Malaysia pada perempat final. Kekalahan pada nomor-nomor andalan yang membuat Indonesia tersingkir memunculkan ancaman besar pada keinginan membawa pulang Piala Thomas.
Di Energia Areena, Vantaa, Finlandia, pada laga yang berakhir hingga Sabtu dini hari WIB, Indonesia disingkirkan Malaysia 2-3. Meski hanya memiliki dua wakil di posisi 10 besar dunia, yakni tunggal putra Lee Zii Jia, dan ganda putra, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, Malaysia bisa memanfaatkannya dengan maksimal.
Kemampuan Lee dan Chia/Soh terus meningkat, terutama tahun ini. Lee juara All England, sedangkan Chia/Soh meraih medali perunggu Olimpiade Tokyo 2020. Dalam perjalanan menuju podium di Tokyo, Chia/Soh mengalahkan dua ganda putra Indonesia peringkat teratas dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
Pada perempat final Piala Sudirman, Chia/Soh kembali mengalahkan Kevin/Marcus, 21-12, 21-15. Malaysia pun lolos ke semifinal dan berhadapan dengan Jepang.
Adapun China lolos ke final untuk ke-14 kali beruntun sejak pertama kali mereka tampil di final pada 1995. Tiket final didapat setelah mengalahkan Korea Selatan, 3-0, di semifinal, Sabtu (2/10/2021).
Dari semua nomor yang dipertandingkan dalam Piala Sudirman, ganda putra menjadi nomor wajib menang bagi Indonesia. Sebelum ganda putri melahirkan Greysia Polii/Apriyani Rahayu sebagai juara Olimpiade Tokyo 2020, nomor lain yang menjadi andalan adalah tunggal putra dan ganda campuran. Namun, Indonesia justru kehilangan tiga nomor tersebut saat berhadapan dengan Malaysia.
Kekalahan dialami Anthony Sinisuka Ginting dari Lee, 11-21, 18-21. Adapun Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, yang tampil dalam laga terakhir pada kedudukan imbang 2-2, kalah dari Hoo Pang Ron/Cheah Yee See, 19-21, 21-9, 16-21.
Padahal, dengan catatan prestasi sebagai juara All England 2020 dan peringkat keempat dunia, Praveen/Melati seharusnya sudah bisa diandalkan menjadi penentu kemenangan Indonesia dalam babak yang lebih tinggi, tak hanya dalam penyisihan grup.
”Sangat disayangkan, sektor yang diharapkan menyumbang poin justru tidak berhasil. Secara keseluruhan, pemain sudah berusaha maksimal. Kami menghargai perjuangan mereka, namun hasil maksimal memang belum tercapai. Mereka punya semangat dan daya juang. Kami mohon maaf pada seluruh rakyat Indonesia karena tersisih di perempat final,” tutur Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Rionny Mainaky, Minggu.
Kesempatan
Kegagalan ini terjadi di tengah kesempatan juara sangat terbuka, peluang yang jarang didapat Indonesia. Tim ”Merah Putih” diperkuat peringkat 10 besar dunia pada ganda putri, tunggal dan ganda putra, serta ganda campuran.
Peluang semakin besar ketika tim kuat, seperti China, Jepang, dan Taiwan, tak diperkuat pemain terbaik. China tak diperkuat pemain terbaik pada tiga nomor, yaitu Chen Long (tunggal putra), Li Junhui/Liu Yuchen (ganda putra), dan Zheng Siwei/Huang Yaqiong (ganda campuran).
Taiwan kehilangan tunggal putri Tai Tzu Ying dan peraih emas ganda putra Tokyo 2020, Wang Chi Lin/Lee Yang. Adapun Jepang kehilangan dua ganda putra terbaik karena mundur dari tim nasional.
Tak hanya gagal memanfaatkan kesempatan menjadi juara seperti pada 1989, kekalahan itu menjadi alarm bahaya untuk kejuaraan beregu berikutnya, Piala Thomas dan Uber di Aarhus, Denmark, 9-17 Oktober. Berdasarkan rekam jejak prestasi pemain, Indonesia berpeluang juara Piala Thomas yang terakhir kali diraih pada 2002. Sementara itu, untuk persaingan di Piala Uber, tak bisa dimungkiri bahwa level pemain Indonesia secara umum berada di bawah banyak negara, seperti China, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, dan Thailand.
Akan tetapi, penampilan Anthony, Jonatan Christie, dan Kevin/Marcus di Vantaa bisa membuat peluang juara mengecil. Apalagi, bintang-bintang yang absen di Vantaa, seperti Lee/Wang dan Kim Astrup (Denmark), akan hadir untuk membela negara mereka di kejuaraan Piala Thomas.
Sangat disayangkan, sektor yang diharapkan menyumbang poin justru tidak berhasil. Kami mohon maaf pada seluruh rakyat Indonesia karena tersisih di perempat final.
Taiwan bahkan berada satu grup dengan Indonesia, Thailand, dan Aljazair di Grup A. Syarat lolos ke perempat final, yakni menempati posisi kedua, akan menjadi jalan terjal jika level permainan Anthony dan kawan-kawan tak membaik.
Di Vantaa, dari empat pertandingan yang dijalani Indonesia, penampilan paling konsisten justru diperlihatkan ganda putri. Greysia/Apriyani dan Siti Fadia Silva Ramadhanti/Ribka Sugiarto memenangi setiap pertandingan. Adapun tunggal putri mendapat hasil dua kali menang dan dua kali kalah.
Andalan untuk Piala Thomas, yaitu ganda putra, tiga kali menang dan sekali kalah. Selain Kevin/Marcus, pasangan lain yang diturunkan adalah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dalam satu pertandingan penyisihan grup.
Hasil mengkhawatirkan didapat tunggal putra dengan hanya satu kali menang, yaitu ketika Anthony mengalahkan Ivan Sozonov (Rusia). Setelah itu, Jonatan kalah dari Brian Yang (Kanada), lalu Anthony kalah ketika bertemu pemain dalam level yang sama, Anders Antonsen (Denmark) dan Lee.
Untuk menang dalam setiap pertandingan Piala Thomas, dibutuhkan tiga kemenangan dari tiga tunggal putra dan dua ganda putra. Selama ini, Indonesia selalu mengandalkan dua nomor ganda dan satu tunggal. Melihat penampilan di Vantaa, pencinta bulu tangkis Indonesia pantas khawatir untuk melihat perjalanan tim putra di Piala Thomas.
Pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Herry Iman Pierngadi mengatakan, dalam jeda waktu sebelum Piala Thomas dan Uber, dia akan berbicara dengan setiap pemainnya. ”Saya akan bicara bahwa mereka punya tanggung jawab dan harus menjaga harga diri masing-masing,” kata Herry.