PON Papua bukan hanya pesta untuk para atlet, melainkan kesempatan pejabat negara untuk tampil ke publik. Kehadiran para pejabat yang diiringi protokol dan kegiatan seremoni itu justru mengganggu jadwal laga.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·4 menit baca
Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 ternyata bukan hanya menjadi pesta olahraga para pejuang olahraga se-Indonesia. Ajang ini juga menjadi kesempatan pejabat negara untuk tampil ke publik. Banyaknya pejabat yang datang ke arena justru mengganggu jadwal pertandingan karena menimbulkan acara seremoni yang bertele-tele.
Destiana Adinda (24) sudah bersiap lari untuk melakukan lompatan kedua dalam final lompat jauh putri cabang atletik PON Papua di Stadion Atletik Kompleks Olahraga Mimika PT Freeport Indonesia di Kota Timika, Kabupaten Mimika, Selasa (5/10/2021) sekitar pukul 09.00 WIT. Namun, tiba-tiba, panitia menyuruh pelompat Jawa Barat itu berhenti dan menyingkir ke pinggir lapangan.
Maaf, stop dulu karena Bapak mau lewat, mau menyerahkan medali.
Destiana urung melakukan lompatan kedua sejenak karena Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sekaligus Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan akan lewat untuk melakukan seremoni penyerahan medali kepada tiga pemenang lari 5.000 meter putra. ”Maaf, stop dulu karena Bapak mau lewat, mau menyerahkan medali,” ujar salah seorang panitia kepada Destiana.
Seremoni penyerahan medali diawali tari-tarian khas suku Kamoro, suku asli di pesisir Mimika sebelum Luhut memberikan medali. Sehabis memberikan medali, Luhut tidak langsung kembali ke tempat duduk kehormatannya, tetapi berfoto dan berbincang-bincang dengan atlet lebih dahulu. Habislah waktu sekitar 10 menit untuk kegiatan tersebut.
Setelah Luhut kembali, sejumlah atlet langsung memperbaiki lagi checkmate atau titik start yang terganggu oleh kaki rombongan pejabat. Sialnya, pas perlombaan kembali dimulai, cuaca yang panas terik tiba-tiba menjadi hujan amat deras. Hujan itu sangat mengganggu pandangan atlet dan membuat pasir menjadi lebih padat sehingga tampak kurang nyaman didarati. Lomba yang tadinya dijadwalkan berakhir pukul 09.00 akhirnya baru tuntas sekitar pukul 10.00.
”Penundaan sesaat itu sangat merugikan karena tubuh saya sudah panas tiba-tiba harus berhenti dan jadi dingin lagi. Belum lagi cuaca tidak menentu, dari panas tiba-tiba hujan deras dan tiba-tiba panas lagi. Ini sangat mengganggu performa saya hari ini,” terang Destiana yang akhirnya berada di peringkat keenam dari delapan peserta dengan lompatan terbaik 5,41 meter dari kesempatan kedua.
Pelompat jauh Bangka Belitung, Nova Aprilia (34), mengungkapkan, banyaknya rangkaian seremoni itu cuma menghabiskan waktu saja. Acara bertele-tele itu dilakukan sejak pagi. Sebelum lompat jauh dimulai, ada pembukaan cabang atletik oleh Luhut sekitar pukul 07.45. Acara itu membuat start lomba yang semulai dilakukan sekitar pukul 08.00 molor beberapa saat dan atlet tidak memiliki kesempatan cukup banyak untuk melakukan lompatan percobaan.
”Itu cukup merugikan karena kami sudah siap-siap pemanasan dari jam 06.30 (WIT). Tapi, karena ada pembukaan, kami jadi menunggu lebih lama. Maunya, kalau memang waktu perlombaan mundur, kami diberi tahu sehingga kami bisa atur ulang waktu pemanasan,” kata atlet kelahiran 1987 tersebut.
Menurut Nova, seremoni di tengah lomba dan cuaca tak menentu menjadi akumulasi faktor yang cukup memengaruhi performanya sehingga tidak bisa tampil optimal. Akhirnya dia hanya berada di peringkat ketujuh dengan lompatan terbaik 5,28 meter dari kesempatan pertama. Padahal, dia ingin merebut medali untuk menutup kariernya. ”Ini PON terakhir saya, sehabis ini saya pensiun,” ungkapnya.
Tak cuma di atletik, seremoni penyambutan pejabat turut membuat jadwal final dua nomor perlombaan panjat tebing di Timika, Senin (4/10/2021) molor sekitar satu jam. Semula final lead perseorangan putri direncanakan mulai pukul 13.00 WIT tetapi perlombaan baru berjalan sekitar pukul 14.00 WIT setelah Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy tiba di arena.
Sebelum PON, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali telah menyampaikan bahwa dia dan Muhadjir Effendy bakal berkantor di Jayapura untuk memonitor pelaksanaan PON. Nyatanya, bukan hanya dua pejabat itu yang datang, melainkan juga Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir yang sempat menonton laga basket di Timika, Senin (4/10/2021) dan disusul Luhut di atletik pada Selasa.
Kehadiran pejabat negara diiringi dengan protokol dan kegiatan penyambutan tertentu yang membuat kesakralan PON berkurang. Panita PON mestinya belajar dari pergelaran olahraga multicabang internasional, seperti SEA Games, Asian Games, ataupun Olimpiade. Di ajang-ajang itu, atlet merupakan obyek utama kegiatan yang sangat dimuliakan. Sebab, hakikat pergelaran itu adalah pestanya para atlet. (DRI)