Dua ”Kutub” Kekuatan, Jatim dan Papua, Jaga Ambisi ke Final
Setelah menduduki peringkat teratas di babak penyisihan grup cabang sepak bola putra PON 2021, Jatim dan Papua berambisi menjaga kesempurnaan di fase enam besar. Kedua tim kuat itu berharap bisa bertemu di laga final.
Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar dan Fabio M Lopes Costa
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jawa Timur dan Papua, dua provinsi yang paling berambisi meraih medali emas sepak bola putra Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021, menjaga kans bertemu di partai puncak. Setiap daerah yang mewakili dua ”kutub” kekuatan sepak bola Indonesia, yaitu barat dan timur, itu dijagokan menjadi juara grup di babak enam besar.
Jatim mengunci posisi juara Grup B babak 12 besar seusai menumbangkan Sumatera Utara, 2-0, Selasa (4/10/2021) sore, di Stadion Mahacandara, Jayapura, Papua. Dua gol tim Jatim dicetak penyerang sayap, Rezky Renaldi El Has, dan pemain pengganti, Muhammad Faisol Yunus.
Tim asuhan Rudy W Keeltjes itu pun mengikuti jejak Papua yang selalu menang di tiga laga babak penyisihan grup. Jatim sebelumnya mengalahkan Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah dengan skor identik, 3-0. Selain selalu menang, Jatim adalah satu-satunya tim yang belum kebobolan di PON Papua 2021.
Penampilan sempurna itu disambut positif Rudy. Meskipun begitu, ia meminta ke semua pemainnya untuk tidak berpuas diri. Menurut Rudy, Jatim akan menghadapi lawan yang tidak mudah, salah satunya Jawa Barat, di babak enam besar.
Selain Jabar, Jatim tergabung bersama Kalimantan Timur di penyisihan grup babak enam besar. Sementara di grup lainnya, tuan rumah Papua dikepung dua tim asal Sumatera, yaitu Aceh dan Sumut. Enam tim dibagi ke dalam dua grup di fase itu.
”Saya menuntut para pemain untuk mengerahkan seluruh kemampuan terbaiknya demi lambang Jatim di dada mereka. Saya memang tidak mau berhadapan dengan Papua di babak awal. Kami ingin menghadapi mereka di laga perebutan emas (babak final) nanti,” ujar Rudy.
Jatim dan Papua pernah bertemu di final sepak bola PON, yaitu pada 1996 di Jakarta dan 2004 di Sumatera Selatan. Pada 1996, Jatim menang 2-1. Lalu, pada 2004, kedua tim sepakat berbagi emas seusai bermain imbang 1-1 selama 90 menit.
Jatim merupakan tim dari Indonesia bagian barat yang memang telah mempersiapkan diri secara maksimal untuk tampil di PON Papua. Rudy telah membentuk timnya sejak tahun lalu. Mereka bahkan rutin menjalani laga uji coba dengan klub-klub di Liga 1 dan Liga 2 Indonesia sebelum berangkat ke Papua.
Persiapan matang
Persiapan matang itu demi target meraih emas kelima sepak bola di PON sekaligus menyamai rekor Sumut. Jatim merebut empat emas secara beruntun, mulai dari PON 1996 hingga PON 2008. Adapun kali terakhir Sumut meraih emas sepak bola PON adalah pada edisi 1989 silam.
Tantangan terbesar bagi tim yang lolos ke babak enam besar adalah singkatnya masa istirahat. Laga enam besar hingga final digelar pada 6 hingga 14 Oktober. Artinya, setiap tim yang melaju hingga ke laga perebutan medali akan menjalani total empat pertandingan hanya dalam waktu sembilan hari.
Kami telah melatih para pemain, khususnya di lini tengah, untuk meningkatkan staminanya. Karena itu, pemain tengah kami memiliki daya jelajah dan ketahanan fisik yang prima selama 90 menit. (Eduard Ivakdalam, Papua)
Terkait tantangan itu, Rudy berkata, timnya telah mengantisipasi jadwal padat yang bisa menguras fisik pemain. ”Saya selalu melatih pemain mulai pukul 14.00 agar mereka terbiasa bermain di bawah cuaca panas di Papua. Jadi, saya yakin anak-anak tidak akan kelelahan maupun kehabisan napas di pertandingan-pertandingan selanjutnya,” ucapnya.
Adapun Papua telah mempelajari tim-tim lain yang akan dihadapinya pada babak enam besar. Untuk itu, Pelatih Papua Eduard Ivakdalam juga turut hadir menyaksikan laga Jatim kontra Sumut. Bagi legenda Persipura Jayapura itu, kedua tim adalah calon-calon rival mereka di babak berikutnya. Sumut adalah calon lawan di babak enam besar, sedangkan Jatim menjadi kandidat kuat lawan di partai final.
Menurut Eduard, sebagai duta dari timur Indonesia, timnya akan berupaya mempertahankan permainan menyerang yang telah ditampilkan di babak 12 besar. Papua mengemas 12 gol dan kebobolan dua gol. ”Kami tetap mengandalkan strategi 4-3-3 untuk menekan pertahanan tim lawan sepanjang laga. Permainan menyerang adalah jati diri kami,” katanya.
Ia pun mengungkapkan, kunci kekuatan permainan Papua terletak di lini tengah. Para pemain di sektor itu punya peran besar untuk mengalirkan bola ke lini depan dan sektor sayap. Pemain tengah Papua juga telah dipersiapkan untuk menghentikan arus bola ke pemain depan tim lawan.
”Kami telah melatih para pemain, khususnya di lini tengah, untuk meningkatkan staminanya. Karena itu, pemain tengah kami memiliki daya jelajah dan ketahanan fisik yang prima selama 90 menit,” ungkapnya.
Di babak enam besar, Eduard akan beradu taktik dengan tiga mantan rivalnya di Liga Indonesia era 1990-an hingga awal 2000-an. Mereka adalah Colly Misrun yang menjadi pelatih Sumut, lalu Fakhri Husaini yang menangani Aceh.
Misrun berkata, ia akan memperbaiki kelemahan lini tengah timnya yang masih kesulitan mengalirkan bola ke lini depan sekaligus kurang baik dalam mengantisipasi serangan lawan. Ia juga menuntut skuadnya meningkatkan daya juang.
”Kami hanya melakukan persiapan dua bulan, sehingga sulit mempersiapkan diri dari segi taktik. Namun, itu tidak bisa jadi alasan bagi pemain. Saya akan berupaya meningkatkan mental dan kemauan bertanding mereka agar tampil lebih baik di dua laga enam besar,” kata Misrun, salah satu mantan penyerang terbaik yang pernah dimiliki PSMS Medan.