Antusiasme warga Papua menyaksikan PON Papua 2021 di saat pandemi Covid-19 sepatutnya diiringi ketegasan dan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Untuk pertama kali dalam sejarah republik ini, Pekan Olahraga Nasional berlangsung di tanah Papua. Ajang olahraga multicabang empat tahunan ini akan mempertandingkan 37 cabang olahraga, 56 disiplin, dan 679 nomor pertandingan, dengan diikuti oleh sekitar 6.300 atlet dari 34 provinsi di Tanah Air. Pertandingan digelar di empat kluster, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Mimika, dan Kabupaten Merauke.
PON di Papua menjadi puncak dari kerja keras dan perjuangan bersama pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Papua, PB PON Papua 2021, pihak swasta, dan dukungan warga Papua. Mereka melewati berbagai tantangan untuk membangun infrastruktur arena, sarana penginapan untuk atlet, persiapan teknis penyelenggaraan, hingga menghadapi pandemi Covid-19, tantangan besar yang membuat penyelenggaraan PON tertunda satu tahun.
Meski PON Papua 2021 baru secara resmi dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Oktober dan berlangsung hingga 15 Oktober, sejumlah cabang telah mulai bertanding sejak 22 September. Cabang olahraga itu antara lain sofbol, bisbol, polo air, kriket, dan panahan.
Dari berbagai pertandingan yang berlangsung di sejumlah arena itu terlihat betapa besar antusiasme warga Papua menyambut dan menyaksikan pesta olahraga ini. Antusiasme yang wajar mengingat tidak banyak ajang olahraga nasional yang diselenggarakan di Papua. Padahal, provinsi di ujung timur Indonesia ini dikenal sebagai lumbung atlet nasional, misalnya di cabang sepak bola dan atletik.
Pandemi belum berakhir, dan kita tetap perlu waspada di tengah kemeriahan pesta olahraga.
Di sisi lain, penyelenggaraan ajang olahraga di tengah pandemi Covid-19 ini membuat antusiasme dan kemeriahan warga menyaksikan pertandingan dikhawatirkan menjadi pusat penyebaran baru Covid-19 jika tidak diiringi penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Sebelum PON digelar, pemerintah dan panitia menyebut Olimpiade Tokyo 2020 sebagai acuan penyelenggaraan ajang olahraga di tengah pandemi. Namun, untuk mencapai standar tersebut, sangat tidak mudah. Olimpiade Tokyo digelar tanpa penonton, dan penerapan protokol kesehatan bagi atlet, ofisial, petugas pertandingan, dan wartawan sangat ketat. Semua pihak yang terlibat ini tinggal dalam ”gelembung” Olimpiade dan nyaris tidak bersinggungan dengan dunia luar.
Adapun PON Papua bisa disaksikan penonton, dan dari pengalaman sepekan terakhir, berbagai pelanggaran protokol kesehatan terjadi. Mulai dari penggunaan masker yang tidak tepat, syarat vaksinasi tidak dipenuhi, hingga jumlah penonton yang melebihi batas 25 persen kapasitas arena.
Perlu kerja sama pemerintah, penyelenggara, kontingen peserta, hingga penonton untuk memastikan protokol kesehatan diterapkan dengan benar. Pandemi belum berakhir, dan kita tetap perlu waspada di tengah kemeriahan pesta olahraga.