Drama satu kartu merah dan hadiah penalti berujung pada kemenangan perdana Crystal Palace di Liga Inggris musim ini bersama manajer barunya, Patrick Vieira. Palace pun mengakhiri tren menawan Spurs pada awal musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, SABTU – Setelah empat pekan berlalu, manajer baru Crystal Palace, Patrick Vieira, akhirnya mencicipi manisnya kemenangan di Liga Inggris. Bagi sang mantan pemain Arsenal, kemenangan itu terasa semakin manis karena diraih atas rival abadi bekas klubnya, Tottenham Hotspur, 3-0, dalam “hujan” drama di Stadion Selhust Park, London, Sabtu (11/9/2021).
Satu gol pembuka dari penyerang andalan, Wilfried Zaha, dan sepasang gol penutup dari penyerang debutan, Odsonne Edouard, memastikan raihan tiga poin perdana Palace pada musim ini. Tim asuhan Vieira ini menunjukkan dominasinya atas sang pemuncak klasemen sementara yang terpaksa bermain dengan 10 pemain sejak awal babak kedua.
“Saya pikir ini adalah penampilan tim yang bagus. Kami memulai cukup baik dengan energi besar. Kami mampu bersaing dan memenangkan pertarungan untuk merebut bola. Saya sangat puas dengan performa ini,” ucap Vieira dalam konferensi pers seusai laga itu
Petaka Spurs dimulai dengan kartu merah bek tengah, Japhet Tanganga. Tanganga diganjar dua kali kartu kuning dalam rentang kurang dari lima menit setelah turun minum akibat bersitegang dengan Zaha dan menekel Jordan Ayew.
Kesialan itu berlanjut 15 menit sebelum laga berakhir. Bek pengganti Tanganga, Ben Davies, menyentuh bola dengan tangan di kotak penalti. Kecerobohan itu berbuah gol pembuka tuan rumah yang dicetak Zaha lewat titik putih.
Gol tersebut mengacaukan konsentrasi tim tamu. Di tengah kekacauan itu, Edouard datang dari bangku cadangan menggantikan Christian Benteke. Pemain yang baru didatangkan Vieira dari Celtic ini hanya butuh 27 detik untuk mencetak gol perdananya. Dia menyempurnakan penampilan debutnya lewat satu gol tambahan lagi di menit injury time.
Ini adalah masalah besar. Kami punya kemampuan dan bakat untuk bermain lebih baik. Tetapi, kami tidak melakukannya. (Nuno Espirito Santo)
Kemenangan ini sangat sempurna bagi Vieira. Sang manajer bisa merasakan kemenangan pertama di Liga Inggris sebagai manajer. Sebelumnya, tim asuhan Vieira itu gagal menang di tiga laga sebelumnya (2 seri, 1 kalah).
“Kami butuh hasil ini karena sebelumnya tim selalu tampil bagus tetapi tidak mampu menang. Kemenangan ini akan membawa rasa percaya diri ke dalam tim. Apa yang kami inginkan sebagai tim sepak bola adalah sebuah kemenangan. Itu yang terpenting. Masih banyak yang akan datang dari tim ini,” tambah manajer asal Perancis tersebut.
Istimewanya lagi, Vieira meraih kemenangan perdana atas Spurs, salah satu klub rival terpanas semasa bermain. Dia kembali menjadi aktor antagonis untuk Spurs. Dulu, mantan gelandang bertahan ini juga selalu memberikan mimpi buruk kepada sang rival, salah satunya saat memastikan juara liga bersama Arsenal di markas lawan, Stadion White Hart Lane, pada 2004.
Perseteruan masa lalu antara Vieira dengan Spurs juga menjadi bahan-bahan olokan pendukung tuan rumah. “He’s (Vieira) won more than you (Spurs). He’s won more than you,” nyanyi pendukung Palace untuk mengejek tim lawan.
Sekarang, Vieira punya modal besar untuk menghadapi kerasnya pertarungan Liga Inggris. Adapun mantan pelatih OGC Nice ini belum terbukti sebagai “arsitek hebat”. Dia belum pernah menangani langsung klub-klub dari tiga liga terbesar di Eropa, yaitu Inggris, Spanyol, dan Italia, sebelum berlabuh di Palace pada awal musim ini.
“Tidak ada yang lebih baik untuk Palace dari hasil hari ini. Saya pikir mereka sedang menatap era baru dalam tim ini,” kata pengamat BBC sekaligus mantan pemain Notthingham Forrest, Glenn Murray.
Kemenangan beruntun Spurs dalam tiga laga pembuka musim ini pun terhenti di Selhust Park. Saat Vieira meraih kemenangan pertama, manajer Spurs Nuno Espirito Santo menelan kekalahan perdana setelah pindah dari Wolverhampton Wanderers.
Meskipun diuntungkan dengan keputusan wasit, Palace memang pantas menang di laga itu. Tim yang unggul dalam duel fisik itu sukses menguasai permainan sejak menit pertama. Spurs sampai tidak mampu menghasilkan satu tendangan pun di paruh pertama.
Spurs, yang bertarung tanpa Heung-Min Son akibat cedera, seperti kehilangan roh di lapangan. Ujung tombak Spurs, Harry Kane, tidak mampu menciptakan keajaiban tanpa suplai bola yang cukup dari lini tengah.
Tampil dengan formasi 4-3-3, tim tuan rumah bermain sabar saat menyerang. Skuad Palace fokus mengeksploitasi dari sisi sayap, Zaha (kiri) dan Ayew (kanan). Dibantu permainan apik dari gelandang Conor Gallagher, mereka selalu berbahaya ketika berada di setengah lapangan lawan.
Dominasi itu juga ditunjukkan lewat statistik. Zaha dan rekan-rekan unggul jauh dalam percobaan tembakan, 18 berbanding 2. Begitu juga dalam penguasaan bola, mereka unggul 62,3 berbanding 37,7 persen.
Santo sangat khawatir dengan penampilan timnya. “Ini adalah masalah besar. Kami punya kemampuan dan bakat untuk bermain lebih baik. Tetapi, kami tidak melakukannya. Kami kalah dalam duel di banyak situasi. Perlu banyak perbaikan ke depannya. Semua juga tidak terlepas penampilan agresif dari Palace,” keluhnya.
Akibat kekalahan itu, Spurs pun tergusur dari puncak klasemen. Mereka disalip Manchester United yang menang 4-1 atas Newcastle United. Penyerang baru MU, Cristiano Ronaldo, memborong dua gol pada laga itu. Sepasang gol itu menjadi debut kedua yang sempurna bagi Ronaldo di MU. (AFP/REUTERS)