Perjalanan awal Hansi Flick bersama timnas Jerman berlangsung mulus. Mantan pelatih Bayern itu membawa kembali kepercayaan diri Jerman dengan memenangkan dua laga terakhir lewat permainan penuh ambisi dan meyakinkan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
STUTTGART, SENIN – Pelatih baru Jerman, Hansi-Dieter "Hansi" Flick, mengembalikan martabat tim berjuluk "Panser" tersebut. Dalam dua laga di era baru ini, pelatih yang menggantikan Joachim Loew per 1 Agustus 2021 ini membawa timnya meraih kemenangan dengan penampilan sangat meyakinkan dan mendominasi.
Dalam laga kelimanya di Grup J kualifikasi Piala Dunia Qatar 2022 di Arena Mercedes-Benz, Stuttgart, Senin (6/9/2021) dini hari WIB, Jerman menang telak 6-0 atas Armenia. ”Inilah yang sebenarnya kami bayangkan sebagai awal di bawah Hansi (Flick),” ujar Leon Goretzka, gelandang Jerman yang puas dengan penampilan penuh ambisi timnya dalam dua laga terakhir bersama Flick.
Enam gol Jerman pada laga itu ditorehkan pemain sayap Serge Gnabry di menit ke-6 dan ke-15, gelandang Marco Reus di menit ke-35, penyerang Timo Werner di menit ke-44, bek sayap kanan Jonas Hofmann di menit ke-52, serta penyerang pengganti Karim Adeyemi di menit ke-90+1.
Secara keseluruhan, jerman nyaris tidak mendapatkan perlawanan dengan penguasaan bola 77 persen berbanding 23 persen. Adapun 12 tembakan tepat sasaran mereka berbanding hanya satu tembakan dari tim lawan.
Kemenangan itu membuat Jerman mengudeta posisi Armenia di puncak klasemen Grup J dengan koleksi 12 poin dari lima laga. Armenia turun ke peringkat kedua dengan 10 poin dari lima laga. ”Kami akan membawa euforia kemenangan ini ke Eslandia (laga keenam pada Kamis, 9/9),” ujar Gnabry mengungkapkan kepercayaan diri tim yang sedang berada di puncak.
Kemenangan atas Armenia menjadi kemenangan kedua Jerman bersama Flick. Sebelumnya, tim berjuluk "Die Mannschaft" itu menaklukan tuan rumah Liechtenstein, 2-0, dalam laga keempatnya di Grup J kualifikasi Piala Dunia, Jumat (3/9). Pada laga itu, mereka menekan lawannya tanpa ampun, yakni penguasaan bola 86 persen berbanding 14 persen dan tujuh tembakan tepat sasaran berbanding nol.
Saya ingin menciptakan mentalitas menyeluruh. Pengemar Jerman terbiasa dengan janji awal yang baru, sepak bola yang menarik, dan kembalinya gelar juara. (Hansi Flick)
Rentetan kemenangan itu menjadi angin segar untuk Jerman yang menuai hasil tidak stabil dan cenderung buruk di era terakhir kepemimpinan Joachim Low (12 Juli 2006-31 Juli 2021). Di Piala Eropa 2020, mereka menuai dua kekalahan, satu imbang, dan hanya sekali menang. Mereka kandas di babak 16 besar setelah dikalahkan Inggris, 0-2.
Sebelum Piala Eropa 2020, Jerman sempat kalah 1-2 dari Makedonia Utara dalam laga ketiganya di Grup J kualifikasi Piala Dunia, 31 Maret 2021. Mereka sempat kalah telah 0-6 dari Spanyol dalam laga Liga Nasional Eropa, 17 November 2020.
Rotasi jadi kunci
Dua kemenangan di laga itu salah satu tercipta berkat keberanian Flick merotasi pemainnya. Pelatih yang dikontrak tiga tahun ini menurunkan enam pemain inti yang berbeda dalam dua laga tersebut, yakni Manuel Neuer, Antonio Ruediger, Goretzka, Hofmann, Gnabry, dan Reus saat menghadapi Armenia. Mereka menggantikan Bern Leno, Robin Gosens, Kai Havertz, Ilkay Gundogan, Ridle Baku, dan Jamal Musala, ketika kontra Liechtenstein.
Flick mengatakan, dirinya amat puas dengan penampilan tim pada dua laga terakhir. Semua pemain bisa bermain seusai dengan keinginannya. Ini dianggap modal positif setidaknya untuk mengarungi lima laga sisa penyisihan grup kualifikasi Piala Dunia.
”Saya sudah menyukainya (permainan tim saat ini). Itu adalah langkah selanjutnya yang kami ambil. Tim bisa senang dengan performa ini, tetapi kami harus fokus lagi pada pertandingan melawan Eslandia nanti,” tegas Flick.
Mantan pelatih Bayern Munchen ini mengaku tidak bakal berhenti bereksperimen, terutama dengan beberapa pemain muda. Pada laga melawan Armenia, pelatih berusia 56 tahun itu memberikan kepercayaan kepada Adeyemi yang berusia 19 tahun untuk menjalani debut bersama timnas senior dan langsung menciptakan gol.
Sebelumnya, pelatih kelahiran Heidelberg, Jerman, 24 Februari 1965, itu memberikan kesempatan gelandang Florian Wirtz yang berusia 18 tahun menjalani debut tatkala menghadapi Liechtenstein. Ia kembali diberikan kesempatan bermain saat melawan Armenia.
Secara keseluruhan, Flick mencoba mengembalikan semangat yang hilang di timnas seperti yang dilakukannya kepada Bayern. Klub yang bertabur bintang itu sempat kehilangan gairah menang sebelum ditanganinya selama 3 November 2019-30 Juni 2021.
”Saya ingin menciptakan mentalitas menyeluruh. Pengemar Jerman terbiasa dengan janji awal yang baru, sepak bola yang menarik, dan kembalinya gelar juara. Ini tidak akan menjadi sekadar janji manis saja,” terangnya penuh ambisi dilansir Deutsche Welle. (AFP)