Kegagalan Bayern Muenchen melaju ke babak semifinal Liga Champions sekaligus membuka pintu keluar bagi sang pelatih Hansi Flick. Ia mulai menimbang keputusan untuk menuju ke pintu tersebut.
Oleh
DOMINICUS HERPIN DEWANTO PUTRO
·4 menit baca
PARIS, RABU — Bayern Muenchen gagal melaju ke babak semifinal Liga Champions meski mampu mengalahkan Paris Saint-Germain 1-0 pada laga kedua babak perempat final di Stadion Parc des Princes, Rabu (14/4/2021) pagi waktu Indonesia. Mereka kalah dalam jumlah gol tandang dan sang pelatih, Hansi Flick, menatap pintu keluar.
Satu gol pada laga kedua yang dicetak Alex Maxim Choupo-Moting pada menit ke-40 ternyata tidak cukup bagi Bayern karena mereka sudah kalah 2-3 pada laga pertama pekan lalu. Meski jumlah agregat gol dari kedua laga ini menjadi imbang, 3-3, PSG berhak lolos karena mengantongi tiga gol tandang.
PSG pun sukses membalas kekalahan mereka pada laga musim lalu yang juga berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Bayern. ”PSG telah berkembang setiap hari, setiap tahun. Kami mampu bangkit dari kekalahan (musim lalu). Malam ini adalah sebuah pertempuran dan kami memenanginya,” kata bek PSG, Presnel Kimpembe.
Dalam dua musim beruntun, PSG sukses melangkah ke babak semifinal dengan menyingkirkan nama-nama besar di Eropa. Mereka menyingkirkan Barcelona pada babak 16 besar dan kini menumbangkan sang juara bertahan.
Jika PSG selalu berkembang, seperti kata Kimpembe, Bayern justru sebaliknya. Setelah bisa meraih gelar treble pada musim lalu atau meraih tiga gelar juara kompetisi mayor dalam semusim, Bayern kehilangan daya gebraknya, terutama sejak bertemu PSG pekan lalu. Setelah laga pertama babak perempat final, Bayern kemudian ditahan imbang Union Berlin, 1-1, di ajang Liga Jerman.
Pada laga kedua kontra PSG, situasi lebih gawat karena Bayern tidak diperkuat striker utama Robert Lewandowski dan juga penyerang Serge Gnabry. Choupo-Moting sukses mencetak gol ke gawang bekas klubnya, tetapi tanpa peran Lewandowski, serangan Bayern tidak lagi efektif.
Di Paris, Bayern memperlihatkan wujud tim yang rapuh dan tidak memiliki kedalaman skuad. Mereka tidak siap dengan skenario buruk seperti badai cedera seperti saat ini. Jika pemain sekelas Lewandowski absen, Bayern harus punya sosok pengganti yang setidaknya bisa mendekati standar kualitas striker asal Polandia tersebut. Choupo-Moting belum memilikinya.
Persoalan mengenai cara manajemen memperkuat tim ini pula yang membuat Flick mulai tidak betah. Hubungan Flick dengan Direktur Olahraga Bayern, Hasan Salihamidzic, memburuk sejak musim panas tahun lalu. Flick kecewa karena Bayern telah melepas gelandang bertahan Thiago Alcantara ke Liverpool dan enggan memperpanjang kontrak David Alaba dan Jerome Boateng yang akan berakhir pada akhir musim ini.
Pendahulu Flick, Niko Kovac, sangat memahami persoalan ini. ”Flick ingin terlibat dalam perencanaan skuad, tetapi kita semua tahu cara kerja klub ini,” ujarnya.
Konflik ego semacam ini sulit dihindarkan di banyak klub besar Eropa. Pelatih merasa lebih tahu kekuatan skuad karena setiap hari mengamati perkembangan setiap pemain. Namun, keputusan dalam hal belanja pemain ada di tangan seorang direktur. Jika konflik seperti ini sudah muncul, pelatih cenderung dalam posisi yang lebih lemah dan akhirnya mengundurkan diri atau bahkan dipecat.
Pengganti Loew
Laga ini (kontra PSG) adalah laga terakhir Flick sebagai pelatih Bayern di Liga Champions. Bayern sudah mulai mengobrol dengan Julian Nagelsmann (pelatih RB Leipzig).
Mantan kapten Bayern, Lothar Matthaeus, langsung menyampaikan prediksinya bahwa karier Flick di Bayern akan berakhir pada akhir musim ini. ”Laga ini (kontra PSG) adalah laga terakhir Flick sebagai pelatih Bayern di Liga Champions. Bayern mulai mengobrol dengan Julian Nagelsmann (pelatih RB Leipzig),” kata Matthaeus dan Nagelsmann kemudian membantahnya.
Namun, pendapat Matthaeus dikuatkan dengan kabar bahwa Flick menjadi kandidat utama pengganti pelatih tim nasional Jerman, Joachim Loew, yang akan mengundurkan diri seusai Piala Eropa 2020. Flick merupakan kandidat kuat karena pernah menjadi asisten Loew selama delapan tahun sejak 2006. Gelar treble yang dipersembahkan Flick untuk Bayern pada musim lalu praktis menjadi nilai tambah.
Kontrak Flick di Bayern sebenarnya masih berlaku hingga 2023, tetapi ia tidak mau berjanji untuk setia hingga kontrak itu berakhir. Dalam konferensi pers seusai laga kontra PSG, Flick pun bermonolog selama hampir empat menit untuk berbicara tentang masa depannya.
”Semua orang memahami bahwa saya sedang memikirkan masa depan. Keluarga saya, tidak peduli dengan apa yang saya lakukan, selalu mendukung. Bagi mereka, yang penting saya menikmati apa yang saya lakukan,” ujar Flick. (AP/AFP/REUTERS)