Alexander Zverev dan Belinda Bencic meneruskan penampilan solid yang membawa mereka merebut medali emas Olimpiade Tokyo 2020 ke AS Terbuka. Mereka lolos ke babak ketiga dengan dua kemenangan ”straight sets”.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
NEW YORK, KAMIS — Alexander Zverev dan Belinda Bencic membawa motivasi lebih besar ke Flushing Meadows, New York, Amerika Serikat, setelah meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020. Kedua petenis itu tampil solid untuk mendapat tiket babak ketiga Grand Slam Amerika Serikat Terbuka.
Pada babak kedua yang berlangsung di Stadion Arthur Ashe, Kamis (2/9/2021) siang waktu setempat atau Jumat dinihari waktu Indonesia, penampilan Zverev mendekati sempurna ketika berhadapan dengan petenis Spanyol, Albert Ramos-Vinolas. Petenis Jerman yang menjadi unggulan keempat itu hanya kehilangan empat gim saat meraih kemenangan, 6-1, 6-0, 6-3, dalam waktu 1 jam 34 menit.
Zverev mendapat 77 poin, sebanyak 27 di antaranya dari winner, termasuk 11 as. Adapun Vinolas hanya mendapat 40 poin, 10 winner, dan 3 as. Dalam laga tersebut, tak sekali pun Zverev menghadapi break point lawan.
”Saya tahu, Albert adalah petenis yang sering menang atas petenis peringkat 10 besar dunia, salah satunya dari (Roger) Federer di lapangan keras. Saya sudah mengantisipasi akan menghadapi pertandingan berat. Maka, ketika saya mendapat momentum mengontrol pertandingan, saya pun berusaha main dengan cepat dan terus menekan dia,” jelas Zverev, finalis AS Terbuka 2020, dalam laman turnamen.
Kemenangan dalam dua babak mengantarkan Zverev ke babak ketiga untuk berhadapan dengan petenis tuan rumah, Jack Sock, yang mengalahkan Alexander Bublik (Kazakhstan), 7-6 (7/3), 6-7 (2/7), 6-4, 4-6, 6-3. Pada babak pertama, petenis berusia 24 tahun itu mengalahkan petenis AS lainnya, Sam Querrey.
”Saya telah melalui dua pertandingan berbeda. Sam adalah salah satu petenis dengan servis terkeras di tur, sedangkan Albert adalah salah satu petenis baseliner terbaik. Saya pun senang bisa memenangi dua babak itu dengan straight sets. Apalagi, pada awal karier di Grand Slam, saya selalu menghabiskan banyak waktu dalam pertandingan,” lanjut Zverev.
Jika servis saya bagus, saya bisa menang. Sebaliknya, saat servis buruk, saya kalah seperti yang terjadi pada babak keempat Wimbledon. Semoga saya bisa mempertahankan servis yang baik pada laga-laga berikutnya.
Hasil pada pertandingan melawan Vinolas menjadi kemenangan ke-13 beruntun bagi Zverev. Sebanyak 11 kemenangan sebelumnya menghasilkan medali emas Olimpiade Tokyo 2020 dan gelar juara ATP Masters 1000 Cincinnati, salah satu turnamen pemanasan AS Terbuka.
Alumnus Next Gen itu memang dikenal sebagai petenis yang memiliki kemampuan untuk menjuarai ajang besar. Di turnamen ATP Masters 1000, yang merupakan level tertinggi dalam struktur turnamen ATP, Zverev telah mengumpulkan lima gelar juara. Hasil itu dilengkapinya dengan gelar Final ATP 2018, turnamen akhir musim yang hanya diikuti delapan petenis terbaik.
Akan tetapi, di arena Grand Slam, ambisinya untuk juara belum terwujud. Kesempatan besar datang ketika dia tampil dalam final AS Terbuka 2020 melawan petenis Austria, Dominic Thiem. Zverev memenangi dua set pertama, tetapi akhirnya kalah 6-2, 6-4, 4-6, 3-6, 6-7 (6/8).
Seusai mengalahkan Vinolas, Zverev pun kembali mengulas kekalahannya itu. ”Saya sangat menyesalkan momen itu karena gelar juara sebenarnya sudah ada di depan mata. Servis menjadi kunci permainan saya. Jika servis saya bagus, saya bisa menang. Sebaliknya, saat servis buruk, saya kalah seperti yang terjadi pada babak keempat Wimbledon. Semoga saya bisa mempertahankan servis yang baik pada laga-laga berikutnya,” tutur petenis keturunan Rusia itu.
Konsistensi permainan diperlukan Zverev karena dia berada dalam paruh undian yang sama dengan petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, yang difavoritkan juara. Djokovic juga melaju ke babak ketiga setelah mengalahkan Tallon Griekspoor, 6-2, 6-3, 6-2.
Undian membuka peluang bertemunya Zverev dan Djokovic pada semifinal, seperti pada pertemuan terakhir mereka di Tokyo 2020. Saat itu, Zverev menang dalam pertandingan dengan format best of three sets.
Motivasi tinggi
Motivasi besar setelah juara di Tokyo 2020 juga dibawa Bencic yang menjadi unggulan ke-11 tunggal putri. Bencic menyumbangkan emas bagi Swiss di tengah absennya Federer karena cedera lutut kanan. Cedera yang membuat Federer harus menjalani operasi itu juga membuatnya absen di Flushing Meadows.
Seperti Zverev, Bencic memenangi dua babak dalam straight sets. Dia mengalahkan petenis Italia, Martina Trevisan, 6-3, 6-1, pada babak kedua setelah menang atas Arantxa Rus (Belanda), 6-4, 6-4, pada babak pertama. Lawan berikutnya bagi petenis berusia 24 tahun itu ialah petenis tuan rumah, Jessica Pegula.
Laga Bencic melawan Trevisan, termasuk semua pertandingan pada hari Kamis, berlangsung dengan angin yang cukup kencang. Kondisi ini adalah efek dari badai yang melanda New York sehari sebelumnya, hingga belasan pertandingan harus ditunda sehari.
”Situasi di lapangan cukup sulit, tetapi setelah cuaca yang sangat buruk kemarin, saya tidak boleh mengeluh,” kata petenis peringkat ke-12 dunia tersebut.
Meski menyisakan angin kencang, cuaca di New York pada hari Kamis lebih cerah. Akibat badai hari Rabu, petenis dan penonton harus menanti hingga sekitar pukul 02.00, Kamis dini hari, untuk meninggalkan Flushing Meadows.
”Malam tadi, kami berusaha agar penonton bisa menunggu di stadion dengan aman,” ujar CEO Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, Danny Zausner.
Pada hari Kamis, banjir yang turut melanda kompleks dengan 22 lapangan tenis tersebut telah surut sehingga panitia mulai membereskan kursi penonton yang berantakan akibat angin kencang. (AP/REUTERS)