Sprinter-sprinter Indonesia diharapkan tampil lepas di nomor 200 meter T37 dan estafet 4x100 meter universal Paralimpiade Tokyo. Dua nomor ini bukan target medali, tetapi penting untuk pemanasan Karisma Evi Tiarani.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·6 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sapto Yogo Purnomo, peraih medali perunggu 100 meter T37, akan kembali tampil di nomor 200 meter T37 dan estafet 4x100 meter universal Paralimpiade Tokyo, Jumat (3/8/2021). Sprinter berusia 23 tahun itu berpotensi tampil tiga kali jika estafet lolos ke final. Setali tiga uang, persaingan di nomor estafet juga menjadi pemanasan krusial bagi Karisma Evi Tiarani yang ditargetkan meraih medali pada nomor 100 meter T42/63 yang berlangsung pada Sabtu (4/8/2021).
Pada nomor estafet 4x100 meter universal, tim Merah Putih akan diperkuat Putri Aulia (klasifikasi T13), Sapto Yogo Purnomo (T37), Karisma Evi Tiarani (T42), dan Jaenal Aripin (kursi roda T54). Putri sudah tampil pada nomor 100 meter T13 tetapi gagal lolos ke final. Demikian juga Jaenal, ia gagal start pada nomor 400 meter T54 karena didiskualifikasi, dan gagal lolos ke final di nomor 100 meter T54.
Sementara Sapto Yogo telah tampil di 100 meter T37 dan meraih medali perunggu dengan catatan waktu 11,31 detik yang sekaligus menjadi rekor Asia. Karisma Evi Tiarani, pemegang rekor 100 meter T42 dengan catatan waktu 14,72 detik, menjadikan nomor estafet sebagai pemanasan perebutan medali nomor 100 meter T42/63 yang akan berlangsung pada Sabtu (4/9/2021).
Dia akan menjadi pelari ketiga dan ini bisa menjadi kesempatan bagus bagi Evi karena pesaingnya dari Italia, Sabatini dan Caironi, tidak tampil di estafet universal karena Italia tidak memiliki atlet kursi roda (T54).
”Estafet ini menjadi pemanasan bagi Evi sebelum dia tampil di nomor 100 meter T42/63 pada Sabtu. Dia akan menjadi pelari ketiga dan ini bisa menjadi kesempatan bagus bagi Evi karena pesaingnya dari Italia, Sabatini dan Caironi, tidak tampil di estafet universal karena Italia tidak memiliki atlet kursi roda (T54),” kata Purwo.
Karisma Evi memang ditargetkan meraih medali di nomor 100 meter T42/63 yang persaingannya sangat ketat. Dia memiliki lawan sangat kuat, dua atlet Italia klasifikasi T63, yaitu pemegang rekor dunia Ambra Sabatini dengan 14,59 detik dan Martina Caironi yang memiliki waktu terbaik 15,01 detik. Keduanya berada di posisi pertama dan kedua peringkat dunia 2021 nomor 100 meter klasifikasi T63. Catatan waktu Evi selama pemusatan latihan tidak jauh dari catatan terbaiknya saat meraih emas Kejuaraan Dunia Atletik Paralimpiade Dubai 2019, yaitu 14,72 detik yang masih menjadi rekor dunia T42 dalam starting list Paralimpiade Tokyo 2020.
”Evi selama latihan di sini stabil, dan yang terpenting kondisi mentalnya bagus. Kita harapkan dia bisa tampil bagus di nomor andalannya pada Sabtu,” ujar Purwo.
Nomor estafet 4x100 meter universal ini merupakan nomor spesial karena peserta dipilih World ParaAthletics berdasarkan catatan waktu yang memenuhi standar. Negara yang terpilih hanya tujuh, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Perancis, Indonesia, Jerman, Kanada, dan Komite Paralimpiade Rusia (RPC). Catatan waktu Indonesia 50,09 detik, tertinggal cukup jauh dari tim favorit peraih medali. Amerika Serikat menjadi unggulan peraih emas dengan catatan terbaik musim ini 46,94 detik, disusul RPC dengan 47,67 detik, dan Jerman 47,78 detik.
”Di estafet kita pesankan kepada para atlet agar tampil lepas saja, tidak perlu memikirkan medali,” ujar Purwo.
Indonesia berada di heat 3 babak penyisihan yang berlangsung pukul 10.36 WIB. Indonesia akan bersaing merebut tiket ke final dengan tim RPC, Jerman, dan Kanada. Sekitar delapan jam kemudian, Sapto Yogo akan menjalani babak penyisihan 200 meter T37.
Bagi Sapto Yogo, nomor 200 meter bukan target utama. Dia sudah memenuhi target medali di 100 meter T37, dan kini diarahkan untuk tampil lepas pada 200 meter T37, serta membantu rekan-rekannya bersaing di estafet 4x100 meter universal. Pada Jumat, dia berpotensi tampil tiga kali jika nomor estafet 4x100 meter universal lolos ke final. Babak final akan berlangsung pada pukul 19.17 WIB, sekitar satu jam setelah heat 1 nomor 200 meter T37.
”Ini tantangan bagi Yogo karena dia berpotensi tampil tiga kali pada Jumat karena itu pada Kamis dia istirahat penuh supaya tenaganya maksimal. Dia juga berpotensi besar menjalani final 200 meter pada Sabtu pagi (pukul 8.27 WIB),” ungkap pelatih atletik paralimpiade Purwo Adi Sanyoto dari Tokyo.
Pada nomor 200 meter T37, Sapto Yogo hanya ditargetkan lolos ke final karena catatan waktunya terpaut cukup jauh dari para pesaingnya. Nomor ini juga bukan andalan atlet berusia 23 tahun itu karena ada kelemahan saat melewati tikungan ke kiri.
Di 200 meter kita tidak menargetkan medali, karena Yogo punya kelemahan di tikungan.
”Di 200 meter kita tidak menargetkan medali karena Yogo punya kelemahan di tikungan. Dia kaki dan tangan kanannya lemah, jadi kalau belok ke kiri tubuh bagian kanan kan harus kuat. Dia tubuh bagian kanannya tidak kuat, jadi di tikungan ada kelemahan karena 200 meter ada menikung ke kiri,” ujar Kepala Pelatih Atletik Paralimpiade Indonesia Slamet Widodo.
”Kaki kanan dan tangan kanannya agak lemah, karena disabilitas dia di situ. Jadi di 200 meter dinikmati saja. Sejak awal target kami memang di 100 meter, jadi strategi saya memang fokus di 100 meter,” jelas Slamet.
Meskipun tidak ditargetkan meraih medali 200 meter T37, Sapto Yogo tetap mempersiapkan diri secara maksimal. Sejak meraih medali perunggu pada 27 Agustus, sprinter muda itu terus berlatih teknik melewati tikungan ke kiri dengan lebih cepat. Dia menjalani istirahat pada Kamis (2/9/2021), untuk menjaga kondisi fisiknya tetap bugar menjelang dua kali tampil pada Jumat siang dan malam.
Berdasarkan catatan peringkat dunia 2021, persaingan nomor 200 meter T37 diisi oleh pesaing Sapto Yogo di nomor 100 meter. Rekor dunia dipegang oleh sprinter Nick Mayhugh dengan waktu 22,80 detik. Mayhugh merupakan peraih medali emas 100 meter T37 Paralimpiade Tokyo dengan waktu fantastis 10,95 detik. Peringkat kedua dan ketiga 200 meter T37 ditempati pelari Brasil, Christian Gabriel Luiz da Costa, dengan 22,85 detik, dan Ricardo Gomes de Mendonca dengan 23,02 detik.
Sementara pemegang rekor dunia 200 meter T37 Andrei Vdovin dengan catatan 22,59 detik yang dicetak pada 2015 saat ini menempati posisi keempat dengan 23,14 detik. Sprinter di bawah bendera Komite Paralimpiade Rusia (RPC) itu merupakan peraih perak 100 meter T37 Paralimpiade Tokyo. Di bawah Vdovin ada Michal Kotkowski dari Polandia (23,31 detik) dan Charl du Toit dari Afrika Selatan (23,56 detik).
Sementara Sapto Yogo berada di urutan ketujuh peringkat dunia 2021 dengan catatan waktu 23,57 detik. Jika dilihat dari selisih waktu catatan terbaik 2021 itu, peluang Sapto Yogo meraih medali sangat berat. Namun, dia berpeluang lolos ke final jika dilihat dari persaingan pada babak penyisihan. Sapto Yogo berada di heat 1 bersama dengan Charl du Toit dan Nick Mayhugh. Jika dilihat dari catatan waktu, Sapto Yogo berada di posisi ketiga, dan berpeluang lolos ke final. Ancaman berpotensi dari Chermen Kobesov dari RPC yang dikalahkan Yogo dengan selisih waktu 0,01 detik di final 100 meter T37.
”Yogo kini kita targetkan masuk final. Jika hasil di heat bagus, bisa ada perubahan target karena di sini rangking dunia banyak yang meleset hasilnya, banyak kejutan,” ujar Purwo.
”Kita persiapkan Yogo dengan berlatih start dan teknik menikung ke kiri. Kita segarkan lagi ingatan dia, untuk mencondongkan tubuh ke kiri tetapi kaki tidak boleh menginjak garis lintasan supaya tidak didiskualifikasi. Beberapa hari ini dia kita genjot latihan seperti itu,” ungkap Purwo.
Purwo juga menyoroti kondisi mental Sapto Yogo yang stabil dan tidak terpengaruh dengan kondisi di Tokyo, termasuk hujan deras dalam dua hari terakhir. Itu menunjukkan kondisi mental yang stabil dan sangat penting menjelang kejuaraan. ”Secara mental stabil. Ini berbeda dengan saat di Tunisia, dia sempat mengeluh kedinginan, dan itu menunjukkan dia tidak nyaman. Sedangkan di sini, dia tetap enjoy dan tenang, semoga bisa memberikan kejutan,” ujar Purwo.