Lionel Messi adalah ikon yang telah mendatangkan jutaan euro bagi Barcelona dan La Liga. Kepergiannya akan membuat Liga Spanyol kian menderita secara finansial setelah kehilangan banyak uang akibat pandemi Covid-19.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
Dalam 10 tahun terakhir, Lionel Messi telah menjadi ”magnet euro” bagi Barcelona dan Liga Spanyol. Hijrahnya ”La Pulga” ke Paris Saint-Germain diprediksi akan membuat La Liga kehilangan jutaan euro seiring telah hilangnya pemain yang mampu menjadi daya tarik.
Setelah kepergian Cristiano Ronaldo pada musim panas 2018, Messi menjadi tulang punggung Liga Spanyol untuk menarik minat jutaan pencinta sepak bola di seluruh dunia. Meskipun Ronaldo pergi ke Juventus, La Liga tetap dianggap menarik seiring tetap bertahannya Messi di Barca.
Hal itu terlihat dari meningkatnya nilai hak siar La Liga dari 900 juta euro atau sekitar Rp 15,1 triliun pada musim 2018-2019 menjadi 1,2 miliar euro (Rp 20,23 triliun) per musim untuk edisi 2019-2020 dan 2021-2022. Kesepakatan kontrak baru itu ditandatangani pada awal 2019.
Meski begitu, harga hak siar itu menurun 100 juta euro (Rp 1,68 triliun) per musim ketika pandemi menghantam seluruh kompetisi sepak bola di Eropa sejak paruh kedua musim 2020-2021. Menurut laporan Marca, selama 15 bulan pandemi, secara akumulasi La Liga telah kehilangan 1 miliar euro (Rp 16,8 triliun) seiring menurunnya nilai hak siar, tidak adanya pemasukan penonton, dan anjloknya angka penjualan cendera mata klub.
Presiden Getafe Angel Torres memprediksi, La Liga akan mengalami penurunan pemasukan tahunan hingga 30 persen pada akhir musim 2021-2022 setelah Messi tidak lagi berseragam Barca. Hal itu, lanjut Torres, didasari adanya rencana para sponsor dan pemilik hak siar untuk merevisi kontrak kerja sama dengan La Liga. Berdasarkan laporan La Liga terhadap laporan neraca keuangan tahunan, terdapat kenaikan pemasukan bersih Liga Spanyol dari sekitar 957 juta euro (Rp 16,14 triliun) pada Mei 2019 menjadi 987 juta euro (Rp 16,65 trilun) pada Mei 2020.
Messi adalah pemain ikonik terakhir yang ada di La Liga. Kehilangan dia membuat kompetisi Spanyol kurang atraktif dan kompetitif. Kepergiannya akan memengaruhi kondisi keuangan seluruh klub, tidak hanya Barca. (Angel Torres )
”Messi adalah pemain ikonik terakhir yang ada di La Liga. Kehilangan dia membuat kompetisi Spanyol kurang atraktif dan kompetitif. Kepergiannya akan memengaruhi kondisi keuangan seluruh klub, tidak hanya Barca,” ujar Torres kepada Marca.
Selain itu, kostum Barcelona bertuliskan nomor punggung 10 dengan nama Messi merupakan jerseisepak bola yang paling laris sejagat. Dari sekitar 2,1 juta kostum Barca yang terjual selama 2020, sebanyak 80 persen terjual dengan nama Messi.
Secara total, menurut Diagonal Iversiones, lembaga analisis manajemen aset asal Spanyol, penjualan kostum bernomor 10 itu memberikan rata-rata pemasukan 30 juta euro (Rp 505,9 miliar) bagi Barca setiap musimnya. Jumlah itu sekitar 4 persen dari total pemasukan uang yang dicatatkan Barca sebesar 715,1 juta euro (Rp 12,06 triliun) pada tahun lalu.
”Tidak ada lagi kostum yang terjual atas nama Messi, tidak ada gol yang tercipta, akan ada pengaruh besar kepada sponsor untuk klub dan liga,” kata Rodriguez Guerrero, Direktur Sports Economic Observatory.
Sementara itu, Presiden La Liga, operator Liga Spanyol, Javier Tebas, sesumbar bahwa kepergian Messi tidak akan memengaruhi Liga Spanyol, terutama dari sisi ekonomi. Ia pun optimistis Liga Spanyol masih memiliki sejumlah pemain bintang yang bisa menjadi daya tarik menggantikan ”La Pulga”.
”Kami sejujurnya ingin Messi bertahan di La Liga, tetapi sebelumnya kami telah kehilangan (Cristiano) Ronaldo dan Neymar. Terbukti tanpa keduanya tidak ada yang berbeda, jadi kami siap dengan kepergian Messi,” tutur Tebas.
Kesulitan
Presiden Barcelona Joan Laporta mengungkapkan, kehilangan Messi akan membuat dirinya harus bekerja ekstrakeras untuk memastikan para sponsor bertahan dan mendatangkan sponsor baru. Ia mengakui, selama satu dekade terakhir Messi adalah wajah Barca yang telah memberikan klub kejayaan melalui raihan trofi di atas lapangan dan pendapatan besar di sisi ekonomi.
Menurut laporan Football Money League 2021, Barca merupakan klub sepak bola dengan catatan nilai pemasukan tertinggi dalam sejarah industri olahraga. Pada 2019, ”Blaugrana” menjadi tim olahraga pertama yang mampu menghasilkan pemasukan lebih dari 800 juta euro atau tepatnya 840 juta euro (Rp 14,16 triliun). Meskipun pendapatan mengalami penurunan pada 2020, Barca tetap mampu menghasilkan 715 juta euro (Rp 12,05 triliun) yang menjadikan tim yang bermarkas di Stadion Nou Camp sebagai klub sepak bola dengan pemasukan tertinggi di dunia.
Akan tetapi, pengeluaran Barca juga terlewat besar. Laporta mengungkapkan, pengeluaran Barca untuk membayar gaji mencapai 95 persen dari pemasukan. Hal itu membuat Barca tidak bisa memenuhi aturan pembatasan gaji La Liga di musim 2021-2022 sehingga gagal memperpanjang kontrak Messi.
”Melepas Messi adalah cara kami menyelamatkan klub hingga 15 tahun mendatang,” kata Laporta, pekan lalu. (AFP)